NovelToon NovelToon
THE KNIGHT

THE KNIGHT

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Reinkarnasi / Perperangan
Popularitas:14.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mirabella Randy

Menyaksikan genosida jutaan manusia tak berdosa langsung di depan mata, membuat Arya terluka dan mendendam parah kepada orang-orang Negeri Lembah Merah.

Entah bagaimana, Arya selamat dari pengepungan maut senja itu. Sosok misterius muncul dan membawanya pergi dalam sekejap mata. Ia adalah Agen Pelindung Negeri Laut Pasir dan seorang dokter, bernama Kama, yang memiliki kemampuan berteleportasi.

Arya bertemu Presiden Negeri Laut Pasir, Dirah Mahalini, yang memintanya untuk menjadi salah satu Agen Pelindung negerinya, dengan misi melindungi gadis berusia tujuh belas tahun yang bernama Puri Agung. Dirah yang bisa melihat masa depan, mengatakan bahwa Puri adalah pasangan sejati Arya, dan ia memiliki kekuatan melihat masa lalu. Puri mampu menggenggam kebenaran. Ia akan menjadi target utama Negeri Lembah Merah yang ingin menguasai dunia.

Diramalkan sebagai Ksatria Penyelamat Bima dan memiliki kemampuan membaca pikiran, mampukah Arya memenuhi takdirnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mirabella Randy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

GURUN TENGAH

Gurun Tengah.

Tempat paling gersang, tandus, sunyi, seakan tanpa batas, seperti langit dengan warna senja di sebuah planet mati. Angin yang bertiup sangat kering. Aroma yang tersaji sama sekali tak menyentuh hati. Tak ada kesejukan, apalagi keindahan.

Tak ada kehidupan di sini, kecuali detak jantungku sendiri.

Aku sulit memercayainya. Persis seperti mimpiku tempo hari.

Pasir di bawah kakiku terasa hangat meski matahari baru muncul dan meninggi seujung jari. Aku sengaja melepas sepatu botku dan bertelanjang kaki menyusuri dataran asing, halus, bergelombang. Tempat ini tak pernah kukunjungi sama sekali sebelumnya. Tak pernah kukenal, apalagi kubayangkan.

Lalu mengapa aku bisa memimpikannya?

Aku berjalan pelan, mataku nanar. Dalam mimpi itu, aku terluka parah, dan Puri memanggilku. Saat ini aku sama sekali tak terluka--setidaknya, tidak secara fisik.

Sesuatu, atau seseorang, berusaha menarik perhatianku. Ia berasal dari kedalaman diriku. Rengekan terdengar dari lubang tergelap di dasar kerajaan benakku, saat ingatanku memutar mimpi dengan luka menyakitkan itu. Jelas itu salah satu hantu pikiranku.

Aku mengusir ingatan luka dalam mimpi itu. Mengabaikan dan membungkam rintihan lirih itu. Aku tahu hantu itu ingin menunjukkan sesuatu. Tapi aku tak mau melihatnya.

Saat ini, aku memilih lari.

Sebenarnya, aku memang sedang melarikan diri dari status tak resmi sebagai tahanan Istana Negara. Dan sekarang, aku masih harus terus melarikan diri sebagai buronan, menghindari sergapan dan peluru para pemburuku.

Dua negeri terbesar dan terkuat di seluruh Bima sedang memburuku saat ini. Negeri Lembah Merah dan Negeri Laut Pasir. Yang satu mengincar nyawaku, yang satu mengincar kebebasanku.

Siapapun dalam posisi ini pastilah merasa gentar, tertekan, ketakutan. Namun tidak bagiku. Aku tetap bisa berdiri dan berjalan tenang, bahkan di bawah cahaya matahari yang sangat terang, seperti sekarang. Meski tentu saja, ini hanya sementara.

Arya Balawa harus hilang. Aku harus segera mengganti identitasku dan hidup sepenuhnya dalam bayang-bayang.

Aku sengaja menerbangkan mobilku hingga ke Gurun Tengah seperti ini. Tak ada kehidupan di sini, tempat ini juga jauh dari jangkauan siapa pun. Para pemburuku, terutama para Agen Pelindung, saat ini tak akan mengejarku sampai tempat ini. Aku hanya buronan kelas tiga, tak cukup berharga untuk dikejar sampai ke antah berantah. Kecuali, jika mereka yakin aku menetap di sini, baru mereka akan memburuku sampai tempat ini.

Maka dari itu, persinggahanku ke gurun ini hanya sementara. Sesaat saja sudah sangat berguna. Begitu mendarat, aku langsung membongkar mesin mobilku dan mencabut alat pelacak yang ada di dalamnya, lalu menanamkan alat anti-sadap dan pengacau sinyal tercanggih yang kubuat khusus untuk mobil ini selama tiga hari terakhir sebelum aku kabur. Sekarang, tak akan ada yang bisa mendeteksi keberadaan mobilku. Satelit negara mana pun tak akan bisa melacaknya.

Markas bergerakku kini aman dari jangkauan pandang teknologi musuh.

Setelah mencabut alat pelacak, aku mengeluarkan salah satu drone kecil otomatis bertenaga surya yang menjadi fitur khusus mobilku. Kupasang pelacak itu di drone, yang sudah kutanamkan prosesor dengan program untuk beterbangan secara acak ke berbagai penjuru negeri. Prosesor itu juga mengatur fitur pemindai dan pemantau yang ada di drone untuk mengirimkan semuanya ke server khusus yang hanya bisa diakses diriku, melalui ponsel dan tablet baruku.

Aku berhasil menanamkan kode program yang kuinginkan dalam prosesor itu kemarin. Dan hanya perlu waktu lima belas menit untuk memasang dan mengaktifkannya di drone. Saat selesai, senyumku terkembang dan aku merasa menang.

Dengan begini, aku bisa mengecoh para pemburuku jika mereka ingin menemukanku berdasarkan pelacak di mobilku, sekaligus mendapat banyak hasil pemantauan dari seluruh negeri, yang bisa melengkapi informasi yang selama ini dikumpulkan robot-robot nyamukku.

Aku aman dari perburuan dan punya mata yang tajam dan kuat untuk mengawasi pergerakan semua musuhku. Sekali dayung, satu dua negeri terlampau. Bukan cuma dua tiga pulau.

Setelah drone kulepas di udara dan terbang otomatis menjauh ke timur, aku memutuskan berjalan-jalan sejenak sambil menaksir tempat untuk menguji coba bom kancing dengan daya ledak terbesar.

Selama berada di kamar rahasia, aku berhasil membuat beberapa buah bom kancing yang pernah kudesain, selain robot-robot nyamuk yang kini masih aktif berkeliaran di seluruh negeri, tak terdeteksi. Beberapa bom kancing yang kubuat dengan daya ledak rendah sudah kupakai untuk melarikan diri dari Istana Negara semalam--sebuah uji coba sekaligus jalan pembebasan yang menguntungkan. Beberapa dengan daya ledak tinggi ada di tanganku sekarang, siap diuji coba.

Harusnya, di sekitar sini ada tebing atau reruntuhan batu yang bisa kugunakan untuk uji coba ledakan besar, seperti yang pernah kulihat di internet dan pencitraan satelit.

Apa aku harus mengerahkan robot nyamuk untuk mencari puing dan tebing itu? Sayangnya, sekarang aku sudah tak punya akses ke satelit negara. Aku tak bisa lagi menggunakan fitur pindai dan pelacaknya. Aku bisa saja meretasnya, tapi aku tak mau mengambil resiko ketahuan dan ditemukan.

Aku harus segera lenyap tanpa jejak.

Setelah berjalan beberapa waktu bagai musafir hilang arah, mataku akhirnya menangkap puing-puing raksasa putih berkilau di kejauhan.

Itu dia.

Aku pun berlari menuju reruntuhan itu. Aku terbiasa berlari di tanah berumput rapi. Aku pernah berlari di antara desing peluru dan ledakan berapi. Tapi aku tak pernah berlari di lautan pasir seperti ini--meski aku menggunakan ilmu meringankan tubuh, rasanya tetap saja berat. Ujung-ujung jariku tetap membenam, seakan kelembutan dan kehangatan pasir ini memiliki gravitasinya sendiri, menolak segala jenis pembelaan diri.

Saat mencapai lokasi puing-puing raksasa itu, aku berhenti, nyaris jatuh saking terguncang.

Itu bukan reruntuk batu biasa. Itu adalah reruntuhan kuil kuno berdinding putih, persis seperti yang pernah kulihat dalam mimpiku.

Bagaimana bisa?

Aku berjalan sangat pelan. Langkahku seperti peziarah yang hendak mengunjungi tanah suci. Limbung dalam sensasi asing yang tak bisa dijelaskan.

Tempat apa ini?

Aku menyentuh bebatuan kasar yang tak begitu hangat. Aku tergerak untuk maju, melangkahi puing-puing tak beraturan dengan mudah. Hingga akhirnya aku mencapai aula bundar, yang dipenuhi retakan dan nuansa hening.

Ada sebuah altar batu menjulang tak begitu tinggi, satu-satunya kreasi yang tak hancur di antara kerusakan ritus kuno ini. Altar itu terbuat dari batu putih yang dipenuhi ukiran simbol dan huruf aneh. Ada pahatan ceruk menyerupai sosok manusia berbaring di tengahnya, dengan lubang misterius terpatri persis di bagian jantung.

Anehnya, melihat pahatan dan lubang di ceruk itu menimbulkan rasa sedih dan rindu luar biasa dalam hatiku.

Kenapa...?

Lamunanku buyar saat ponselku bergetar di kantong celanaku. Aku merogoh dan membuka kunci layarnya. Notifikasi muncul dari aplikasi pengatur dan pengendali robot-robot nyamukku.

Sepuluh robot nyamukku baru saja melumpuhkan sepuluh orang yang dinilai menggila dan mengacau, dan melalui tangkapan kamera robot-robotku, aku bisa melihat masih lebih banyak lagi orang yang menggila dan saling menyerang satu sama lain dengan senjata maupun tangan kosong.

Entah bagaimana, saat ini ada bentrok pecah antar warga di tempat sepuluh robot nyamukku berada, sebuah desa yang berjarak seratus kilometer dari tempatku berdiri saat ini. Desa terpencil yang terletak di pesisir utara, yang akhir-akhir ini semakin tinggi tingkat kriminalitasnya dibanding tempat lain di Negeri Laut Pasir, bahkan sudah menelan korban jiwa.

Itulah tempat berikutnya yang kutuju dalam pelarianku kali ini. Desa Madura.

Aku menghela napas. Kalau begini, aku harus segera melaksanakan rencana selanjutnya. Bukan waktunya aku memikirkan mimpi dan masa lalu yang bagiku sendiri sama misteriusnya dengan masa depan. Tak ada gunanya tenggelam dalam pusaran abu-abu waktu. Ada masa kini yang lebih penting untuk diperjuangkan. Pertarungan hidup yang sesungguhnya, dimulai sekarang.

Kuputuskan untuk mundur dan meninggalkan tempat ini. Aku akan kembali ke mobilku dan terbang mencari tebing atau reruntuhan lainnya. Jika dalam waktu sepuluh menit aku tak menemukan apa-apa, maka aku akan langsung terbang meninggalkan gurun ini. Uji coba bom bisa dilakukan lain kali. Prioritasku saat ini adalah mencari kebenaran dan mencegah lebih banyak tragedi terjadi di Desa Madura.

Cintaku...

Aku membeku. Tepat saat akan meninggalkan kuil, aku mendengar suara itu, entah bagaimana memanggil.

Puri...?

Sejenak aku berbalik, menaksir sekitar dengan gugup. Jelas tak ada siapapun di sini selain aku.

Kenapa aku mendengar suara lembutnya memanggilku...? Seperti mimpi itu...

Aku menggelengkan kepala untuk menjernihkan pikiran, lalu bergegas meninggalkan reruntuhan. Barangkali itu tadi halusinasi. Tanganku mencengkeram erat batu hitam liontin di leherku, kesedihan dan kerinduan kembali menjalari hatiku.

Bahkan di tempat seperti ini, aku tak bisa berhenti memikirkannya.

Sedang apa dia sekarang? Apa dia aman? Apa tidurnya nyenyak semalam? Apa dia tahu aku telah pergi dari Istana dan menjadi buronan?

Aku tak bisa lagi menjangkaunya dengan kekuatanku. Terlalu jauh. Rupanya kekuatan magisku juga memiliki batas. Aku sudah pernah mengujinya, dan aku hanya bisa menjangkau pikiran seseorang paling jauh dalam radius lima kilometer dariku. Lebih dari itu, kepalaku akan terasa berat dan tubuhku akan terasa lelah.

Sementara sekarang aku berjarak hampir seribu kilometer darinya. Jauh panggang dari api aku bisa merengkuh benaknya seperti biasa.

Tapi aku masih punya cara lain, tentu saja. Aku berhenti sejenak di antara pasir yang mendesir tertiup angin. Setelah mengaktifkan mode panggilan otomatis untuk mobilku, aku kembali membuka aplikasi robot nyamukku, dan memilih melihat hasil pemantauan langsung satu robot nyamuk yang memang kuatur untuk berkeliaran di dalam rumah Puri.

Dan aku melihatnya. Puri sedang bermeditasi seperti biasa di lantai kamar tidurnya. Wajah cantiknya begitu teduh dan damai. Saat ini aku tak bisa membaca pikirannya, namun melihatnya aman dan sehat seperti ini, membuat hatiku lega dan tenang.

Maaf aku tak bisa menjagamu sekarang... tapi yang kulakukan sekarang juga demi melindungimu... aku harus segera menemukan sumber kasus ini dan menutupnya selamanya... aku harus bisa mencegah musuh menguasai negara ini... akan kupastikan kamu selalu aman dan bahagia selama aku masih bernapas di sini... aku berjanji...

Terdengar suara deru halus, dan mobilku muncul dari arah barat, meluncur mulus tanpa ada yang mengendarai lalu berhenti sempurna di sebelahku. Pintu kemudinya membuka otomatis.

Aku menarik napas dalam-dalam lalu masuk ke dalam mobil, mensyukuri hawa sejuk yang berhembus dari pendingin udara di dasbor dekat kemudi. Kuaktifkan mode terbang, dan dalam sekejap aku sudah melayang di atas gurun.

Setelah terbang dan berkeliling selama lima menit dengan kecepatan tinggi, akhirnya aku menemukan tebing batu tinggi di sisi timur.

Kuposisikan mobilku melayang di atas permukaan datar tebing. Kujatuhkan satu bom kancingku, dan segera kuaktifkan perisai elektrik mobilku.

DUAR!

Ledakannya sedahsyat yang kuingat saat aku menghancurkan pangkalan militer Negeri Lembah Merah. Bahkan efek ledakannya sesaat menciptakan badai di sekitar tebing, yang dalam sekejap berubah menjadi butiran pasir dan debu kuning selembut sutra, menyatu sempurna dengan gurun di sekitarnya.

Aku mengangguk puas. Upayaku menciptakan bom terkuat dalam ukuran terkecil kini berhasil. Aku telah maju selangkah di depan musuh, karena mereka tak punya sesuatu seperti ini. Sekarang, aku tinggal mencari cara menemukan rumus pelebur perisai elektrik.

Meski aku tak yakin bisa menemukannya di tengah misi pribadi dan rahasiaku nanti. Aku punya firasat, apa yang akan kuhadapi setelah ini bukan sesuatu yang mudah.

Sekali lagi, aku tak gentar. Justru aku sangat bersemangat sekarang. Walau setelah ini, aku harus melakukan sesuatu yang tak pernah kulakukan sebelumnya. Sesuatu yang tak akan dibayangkan siapapun bahwa aku akan melakukannya, atau siapapun di dunia ini akan melakukannya. Gagasan ini agak mengerikan, tapi bagiku sangat brilian.

Aku menarik napas dalam-dalam, bersiap mewujudkan gagasan itu, meski batinku menggeram tak senang.

Semuanya akan berubah sangat drastis, sangat dramatis, mulai sekarang.

...***...

1
anjurna
Karena kamu menikmati waktu bersamanya Ar. Makannya tidak terasa waktu cepat berlalu
anjurna
Arya fokusmu terbelah jadi dua🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🥰
anjurna
Anak kita😊🤭🤭🤭
anjurna
Dapat melihat wajah anaknya, bahkan sebelum lahir.
anjurna
Sabar Ar. Perempuan memang suka begitu/Chuckle/
anjurna
Hayo Ar, gundahmu karena apa?🧐🤔🤭🤭🤭
anjurna
Arya fokus Ar. Paham kok Puri itu cantik😂😂😂
anjurna
Makanannya🤤🤤🤤
anjurna
Yayaya. Yang sudah jatuh cinta mah bebas.
anjurna
Ar jangan sampai lupa caranya bernafas ya Ar🤭🤭🤭
anjurna
Yakin Ar?
anjurna
Arya kayaknya akan lebih mengherankan kalau bola matamu sampai keluar dari rongganya. Mengherankan dan menakutkan😁😁😁✌
anjurna
Karena wanita tidak pernah salah😆😆😆
anjurna
Ar membayangkan apa sih Ar🤭🤭🤭
anjurna
Ar jangan menganggapnya aneh😌
anjurna
Jangan pesimis Ar.
anjurna
Hantu pikiranmu lucu Ar🤭🤭🤭
anjurna
Tiba-tiba hawa terasa panas/Awkward//Awkward//Awkward/
anjurna
Dengarkanlah hantu pikiranmu Ar.
anjurna
Ar, bangkit Ar. Udah di pancin sama calon mertuamu loh.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!