NovelToon NovelToon
Desa Hujan

Desa Hujan

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: David Purnama

Sudah dua tahun ini Feri tidak pernah pulang ke rumah. Ia tinggal di asrama tempatnya bersekolah. Rencananya ia hanya akan pulang setelah lulus. Tapi di liburan kenaikan kelas kali ini firasatnya berbeda. Hatinya menuntunnya untuk pulang. Ia juga mengajak sahabatnya untuk pulang ke desa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Epilog

Belum juga tuntas rasa duka mereka setelah salah satu siswa terbaiknya kembali dari libur panjang dengan hanya secarik kertas yang mengabarkannya telah berpulang. Pihak sekolah kembali dibuat geger lagi dengan meninggalnya salah satu karyawan yang telah lama mengabdi di tempat mereka. Pak Mahmud si penjaga sekolah ditemukan sudah meninggal di pos jaganya.

Hari itu adalah hari yang diperingati sebagai hari besar nasional. Pak Zen datang pagi-pagi guna menyiapkan kesiapan upacara yang akan diadakan untuk memperingatinya. Seharusnya seperti hari-hari biasa gerbang sekolah di jam itu sudah dibuka. Tapi Pak Zen masih belum bisa masuk.

“Pak Mahmud”, teriak Pak Zen memanggil si penjaga sekolah.

Berulang kali Pak Mahmud dipanggil tapi tidak juga muncul. Bahkan membalas panggilannya pun tidak. Begitu juga dengan telpon melalui saluran pribadinya yang juga tidak diangkat-angkat. Pak Zen yang sudah tidak sabar pun memilih untuk memanjat pagar supaya bisa membuka pintu gerbang sendiri.

Pak Zen berjalan menuju pos jaga untuk mengambil kunci pintu gerbang. Di pos jaga itu akhirnya ia bisa menjumpai Pak Mahmud. Penjaga sekolah itu ditemukan sudah dalam keadaan tak bernyawa dengan posisi duduk di kursi terbujur kaku dengan mata yang melotot dan buih-buih busa yang keluar dari mulutnya yang menganga.

Segera saja Pak Zen menghubungi rekan-rekan yang lain tentang peristiwa yang menggemparkan ini. Baru untuk pertama kalinya kejadian semacam ini terjadi di tempat kerjanya.

***

Musim hujan telah memutuskan untuk pergi mengakhiri segala kesedihan yang ia berikan. Datanglah kemarau yang perlahan mulai menampakan diri untuk mengambil alih keadaan.

Desa Banyukumpul dalam keadaan yang berseri-seri setelah resmi memasuki musim panas. Musim hujan dengan segala kenangan dan peristiwa yang melelahkan hati selalu mereka tinggalkan jauh di belakang. Layaknya sebuah masyarakat yang berjalan dengan semestinya terlihat tidak ada sama sekali kejanggalan di perkampungan yang letaknya menjauh dari tempat-tempat lainnya.

“Kenapa dulu waktu aku menikah dengan Rustam mas Yayan diam saja”, tanya Endang kepada Yayan yang kini telah sah menjadi suaminya.

“Memangnya dulu kamu mau aku berbuat apa?”, balas Yayan.

“Bagaimana mungkin aku tidak membiarkan dua orang yang saling mencinta”, ujar Yayan.

Sebuah kesabaran yang selalu berakhir dengan mesra.

***

Di awal pagi yang harinya begitu cerah dan menjanjikan. Upacara serah terima jabatan dan pisah sambut berjalan dengan begitu hikmat. Kecamatan itu kini telah memiliki pemimpin yang baru yang ditugaskan di sana. Seorang muda yang diharapkan bisa membawa perubahan di wilayah yang lokasinya terasing dan jauh dari yang lainnya.

Setelah usai beramah-tamah sekaligus memotong tumpeng tradisi yang disertakan dengan doa dan harapan yang dipanjatkan camat muda itu langsung saja mengarungi harinya dengan bekerja. Ia sudah tidak sabar ingin berbuat dan memberikan dampak yang positif di tempat kerjanya yang baru tanpa perlu membuang-buang waktu dan menunda-nunda.

Putra Bangsa namanya. Camat baru itu menaruh perhatian kepada sebuah file yang berisi catatan-catatan dari salah satu desa di wilayahnya yang dirasanya ada sesuatu yang janggal.

“Saya besok mau kunjungan ke desa Banyukumpul. Tolong bapak-bapak ibu-ibu disiapkan segala keperluannya untuk berangkat ke sana”, pinta Pak Camat kepada para stafnya pada saat rapat.

“Maaf Pak. Tapi kalau besok hujan bagaimana Pak?”, tanya salah seorang staf begitu mendengar nama desa itu disebutkan.

“Ya tinggal pakai payung. Pakai jas hujan. Besok jangan lupa disiapkan sekalian”, timpal Pak Camat.

“Tapi lokasinya jauh Pak”, potong staf yang lain.

“Ya kan naik mobil sama-sama. Masa dari sini kamu mau jalan kaki”, kata Pak Camat.

“Tapi….”,

Belum selesai staf yang lain mencoba memotong Pak Camat mulai menaikan nada bicaranya,

“Tapi apa?”,

“Apa jangan-jangan kalian sama sekali belum pernah kunjungan ke sana!?”

Tidak ada satu orang pun yang menjawab pertanyaan itu.

1
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯
makin penasaran
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯
gurauan nya kurang bisa gw pahami
Kustri
ini beneran 26 part?
pendek BGT...
coba lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!