NovelToon NovelToon
Hati-hati Dengan Keinginanmu

Hati-hati Dengan Keinginanmu

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Persahabatan / Kutukan / Romansa
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Palma Jebugan

Kisah cinta?
Bisa jadi.

Mistik?
Mungkin bisa dikatakan begitu.

Aneh?
Sudah pasti, tapi memang ini yang terjadi.

Akira, pria muda berusia 38 tahun yang sukses dalam setiap hal di hidupnya, yang malah membuatnya sedemikian bosan karena ketiadaan tantangan disana, terjebak dalam lingkaran kehidupan aneh yang terus saja melemparkannya ke berbagai jenis kehidupan lain tanpa mampu ia cegah.

Sementara ia terus belajar banyak hal mengenai beragam jenis kehidupan yang sebelumnya tak pernah ia mengerti atau bahkan perhatikan, Akira menemukan hal yang selama ini ia cari.

Hidup yang pernah ia miliki adalah yang terbaik, dan ia mulai merindukan dirinya sendiri dan semakin lama, semakin ia mencoba untuk kembali...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Palma Jebugan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semuanya Indah (II)

Mama terdiam. Pemuda di sampingnya itu terus bercerita tentang beragam hal. Tentang bagaimana ia tersesat dan jatuh ke jurang, tentang bagaimana ketika ia tak sadar, seakan ia diajak pergi dan dipertunjukkan berbagai hal yang membuatnya mengerti akan semua kesalahan yang sudah ia lakukan. Cerita pemuda itu memberikan banyak hal yang akhirnya menjelaskan setiap perubahan yang ia tunjukkan. Yang pada akhirnya, membuat wanita itu tak mampu lagi menahan tangisnya.

"Adek tahu kalau mama sering sedih karena adek. Adek minta maaf, Ma. Adek sudah banyak dosa sama Mama. Tapi adek tahu itu sekarang. Adek tahu kalau Mama sayang sama adek, adek yang salah selama ini..." tuntas Akira sambil terus menghela nafas berat. Berbohong pada wanita ini adalah jalan terakhir yang bisa ia lakukan. Intuisinya terlalu tajam untuk dikelabui. Ia hanya bisa menenun dan mencampur berbagai kenyataan supaya semuanya pas dengan berbagai perubahan sikap dan watak serta perilakunya.

Tapi hasilnya lumayan memuaskan. Melihat bagaimana ekspresi mama, kecil kemungkinannya ia tidak mempercayai penjelasannya. Meski dibilang wanita super modern, mama adalah individu yang lebih percaya ramalan ketimbang rencana rinci yang berdasarkan riset. Menyalahkan setiap perubahannya pada hal mistik akan menjadi jalan keluar terbaik.

Butuh waktu untuk wanita itu akhirnya bisa menata dirinya sendiri. Hanya saja, pertanyaan yang muncul darinya segera membuat Akira nyaris jatuh dari kursinya.

"Mama akhirnya bisa mengerti dan mama senang adek bisa berubah. Mama akan mengharapkan banyak hal dari adek mulai sekarang. Cuma ada apa dengan calon menantu mama ini, kok susah banget diajak belanja bareng ya?"

"Eh, anu... Ehm, calon menantu mama yang mana ya?" jawab Akira lemah saat dengan terbata mencoba mencari jalan keluar dari ini.

Penjelasan panjang lebar dan pertanyaan model apa ini yang keluar???

Wanita itu tertawa kecil sambil menutupi mulutnya. Mama memang masih sangat cantik. Sungguh papa Anton lupa berpikir ketika mengganti wanita sebaik ini dengan wanita lain, desah pikiran Akira kagum.

"Sekar itu, gadis cantik yang tinggal disini, dan tak bisa melepaskan matanya darimu ketika adek sakit itu. Itu calon menantu mama kan?" jawabnya dengan wajah menggoda.

Eh?

Akira tak mampu menjawab. Ia hanya tertawa lemah ketika godaan-godaan mama terus muncul dan membuat wanita muda tampak makin bahagia melihatnya merona tanpa mampu menjawab.

Ah, mungkin kujelaskan lain waktu soal yang ini. Saat ini cukup, desah pikiran Akira. Melihat sosok yang sudah ia anggap sebagai orang terdekatnya ini sedemikian bahagia, ia tak memiliki keinginan untuk merusaknya terlalu cepat. Sore berlalu dalam keceriaan dan kebahagiaan Mama yang makin meningkat. Membuat rumah itu makin berwarna dalam keriuhan dan hangatnya keluarga. Meski Akira menyadari kalau sakit kepala hebat akan mendatanginya lagi dalam waktu dekat ketika tiba waktunya memberikan penjelasan pada Mama soal Asih, ia memilih untuk mengesampingkannya untuk saat ini. Akira jauh lebih menikmati atmosfer ringan dalam canda seperti ini...

......................

Butuh dua hari lagi dari sejak Akira mampu beraktivitas dengan baik sebelum akhirnya Mama mengijinkan pemuda itu meninggalkan rumah. Meski dengan syarat, Mama ikut. Tapi Akira tak keberatan sedikitpun. Selama waktu Mama berencana tinggal di Indonesia, ia sudah berencana untuk menghabiskan waktunya bersama wanita itu.

"Adek beneran nggak keberatan Mama ikutan?" tanya mama dengan wajah sangsi ketika Akira mengiyakan keinginannya untuk menyertai kegiatan putranya itu.

"Ya enggaklah, Ma. Kenapa juga adek mesti keberatan coba?" sahut Akira sambil tertawa.

"Lha biasanya seumuran kalian ini kan susah banget kalo orang tua ikutan nimbrung gitu?"

"Lha kalo Mama lupa ngaca. Wajah mama sama wajah adek tu nggak beda jauh mudanya. Lagian, punya mama gaul ditinggal di rumah doang, sayang lho...." sambar Akira sambil terkekeh.

"Ehm, beneran, mulut manis tukang bohong ini. Awas ya nanti kalo Mama ditinggal-tinggal."

Akira terkekeh ketika melihat rona bahagia bercampur malu yang sempat muncul di wajah mama.

"Adek janji. Lagian nanti Adek akan butuh banyak saran dan pertimbangan dari pengusaha yang udah duluan sukses." jawab Akira.

Yah, meski secara kenyataan, tubuh yang ia tempati adalah anak wanita ini, jiwanya adalah jiwa sosok berusia sepantaran mama. Walaupun tak memiliki tendensi apapun, ia lebih menikmati kehadiran mama dibandingkan wanita lain seumurannya saat ini.

"Memang hari ini Adek mau kemana sih?"

"Adek mau lihat proses perluasan tempat usaha Adek, Ma. Ada beberapa poin yang kurang menurut Adek. Kali aja Mama bisa bantu nanti..."

"Owh, ternyata gitu maksudnya ya? Mau cari konsultasi gratisan nih ceritanya?" sambar mama sambil tertawa sementara Akira hanya nyengir. Tak ada yang bisa mengalahkan suasana pagi yang cerah dan lengkap dengan gurauan seperti ini.

Ah, hidup itu memang seharusnya seperti ini, desah pikiran Akira senang.

......................

Dan lagi, pandangan mama kembali perlu disegarkan dan ditata ulang soal anaknya ini. Meski akhirnya mereka berangkat dengan mobil sewaan, kejutan awal datang ketika mereka mampir ke Bank sebelum berangkat menuju lokasi yang hendak dituju.

"Ini uang modal yang kemarin Adek pinjam ya Ma, adek sudah depositokan sejumlah yang adek pinjam kemarin, ditambah sedikit interest dengan pertimbangan naiknya harga emas 2 bulan belakangan." kata Akira sambil mengangsurkan lembar kepemilikan deposito senilai dua Milyar atas nama mama.

"Lho, memangnya kemarin berapa yang adek pinjam?" tanya Mama sambil mengerutkan alisnya tajam. Meski simpanannya banyak, tidak mungkin nilainya sebesar ini. Tapi anak itu hanya mengangkat bahu sambil tersenyum.

"Isi brankas mama adek kuras semua." jawab Akira sambil tertawa.

Mau tak mau, Mama ikut tertawa. Mendengar isi brankasnya dikuras oleh anaknya ini tidak membuatnya bersedih sama sekali. Ia bahkan rela jika seluruh uang itu habis jika untuk anaknya ini. Apalagi jika yang dimaksud berubah jadi semanis ini. Baginya, tak ada harta sebanyak apapun yang bisa menukar kebahagiaannya.

"Et, hayo, nggak boleh nangis lagi. Kalau nangis pulang pokoknya."

Mendengar candaan anaknya ini, mau tak mau Mama tertawa, meski air mata bahagia tetap saja meluncur turun.

"Nanti mama kompensasi beliin mobil deh. Terlanjur mewek..." ujarnya sambil mengusap air matanya. Hati wanita itu nyaris meluap dengan kebahagiaan.

Namun jika itu sudah membuat mama bahagia, kenyataan yang muncul ketika akhirnya mereka sampai ke calon tempat usaha yang dimaksud, mama hampir kehilangan kata.

Anaknya, Anton-nya, yang menurut apa yang ia ingat adalah seorang anak yang manja dan rusak oleh kondisi keluarga yang berantakan, yang lebih sering bertindak tak masuk akal dalam menghadapi hal seremeh apapun, bertindak layaknya jenderal veteran di bidang konstruksi dan pengembangan lahan.

Pemuda setinggi sekitar 175 cm yang bahkan belum memiliki badan seorang lelaki dewasa itu mantap dan percaya diri dalam setiap tindakan yang dilakukannya. Nyaris mengenal setiap orang yang terlibat dalam pembangunan dari tukang batu hingga site manager dan menyapa mereka dengan nama ketika ia bercanda dengan bebas. Intuisinya kembali berdering ketika pemuda itu merespon dengan cepat ketika berbagai seruan "Mas Akira ini..." atau "Mas Akira itu..." hingga "Mas Akira begini..." seakan nama Akira ini sudah ia sandang selama beberapa lama. Meski cerita pemuda itu sempat memupus semua kecurigaan dalam hatinya, entah kenapa rasa itu muncul lagi.

Mama cemas...

"Selamat siang, Tante. Saya Andini, junior Bang Kolep di organisasi pecinta alam. Tadi Bang Kolep bilang kalau mama-nya sendirian disini sementara dia baru check site. Tante mau saya temani jalan di lokasi? Cafe yang baru juga sudah beroperasi kalau Tante haus."

"Bang Kolep?" sahut wanita itu sambil mengerutkan kening. Gadis muda ini ngomong apa sih?

"Ah, maaf, Bang Anton, maksudnya." jelas Andini buru-buru ketika melihat ini.

"Oh, begitu. Nakal juga ini anak. Tadi janji nggak ninggalin Mamanya. Adik ini selain juniornya Anton, disini ngapain? Nggak mungkin kan cuma sekedar nunggu untuk temenin Tante?"

"Saya bantu Bang Anton jadi sekretaris serabutan sambil belajar logistik proyek, Tante. Sekolah saya sementara tertunda karena nggak ada biaya, jadi saya ngumpulin duit lagi. Untung ada Bang Anton nawari saya ikutan kerja." jawab gadis itu sambil tersenyum manis tanpa menutupi kekagumannya terhadap sosok yang tengah asyik tunjuk sana sini di kejauhan itu

"Lho, maafkan kalau tante lancang. Orang tua Andin?"

"Ibu tidak bekerja, Tante. Ayah meninggal tahun lalu dan adik saya 3..." jelas gadis itu ringan.

"Maafkan tante, tante turut berduka. Tapi sekarang gimana, apa cukup penghasilan yang didapat dari ini?" sahut mama tanpa bisa menahan dirinya.

"Lumayan, Tante. Tahun ajaran baru besok, Andini bisa sekolah lagi. Bang Anton bilang sih saya harus menguasai laporan logistik proyek di awal tahun ajaran baru, jadi saya bisa datang ke proyek setelah sekolah."

Mama terkesiap mendengar ini. Pandangannya jatuh pada anaknya yang tampaknya menyadari kalau mamanya tengah memperhatikan dan melambaikan tangannya sambil tersenyum.

Sejak kapan kamu berubah jadi sedewasa ini, Nak?

"Mari tante, saya tunjukkan buah karya Bang Anton." desak Andini ketika melihat ibu pemuda yang dihormatinya malah terdiam.

"Eh, iya. Ayo Nak, temani tante. Ceritakan semua tentang Bang Anton-mu ini. Apalagi kalau dia nakal." sahut mama sambil tertawa, tanpa kentara menutupi kegelisahan yang terus menguat dihatinya. Perubahan yang drastis ini terlalu mencurigakan. Intuisinya terus mengatakan kalau ada yang tak beres, dan ia perlu menggali lebih jauh dari ini semua

1
Akbar Asahan
Lagi fokus baca dulu ya kak
Dpangky: ahihihi, silahkan
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!