Nanda Afrilya adalah seorang gadis yang berusia 21 tahun yang dibesarkan di sebuah panti asuhan. Ia terpaksa menikah dengan seorang pria yang tak dikenalnya sebagai bayaran pada orang kaya yang telah memberikan hunian baru pada warga panti karena panti asuhan tempatnya dibesarkan telah digusur.
Ia pikir dengan menikah, ia akan meraih kebahagiaan, namun yang terjadi justru sebaliknya. Hidupnya yang sejak kecil sudah rumit, malah makin rumit sebab ternyata ia merupakan istri kedua dari laki-laki yang telah menikahinya tersebut.
Lalu bagaimanakah ia menjalani kehidupan rumah tangganya sedangkan ia hanyalah seorang istri yang tak diinginkan?
Mampukah ia bertahan?
Atau ia memilih melepaskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.18 Hari pertama di rumah Gathan
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Sejak Nanda datang tadi pagi ke rumah itu, ia belum juga keluar dari dalam kamar. Ia merasa takut, enggan, malu, merasa bersalah, semua rasa bercampur menjadi satu. Padahal ia tahu, Gathan telah keluar pagi tadi. Mungkin ia ke kantornya, pikirnya. Begitu pula Freya, tadi ia sempat mengintip dari jendela kaca kamarnya saat Freya masuk ke dalam mobilnya dan melajukannya keluar.
Nanda sudah berdiri di depan pintu kamarnya. Ia tak mungkin mengurung diri terus, bukan. Karena itu Nanda mencoba menghilangkan rasa gugupnya dan mencoba lebih mengenali isi rumah itu termasuk siapa saja yang berada di dalamnya.
Baru saja Nanda memegang handle pintu, tiba-tiba ponsel jadulnya berdering. Android tipe lama berukuran 4 inci dengan layar sedikit retak, buram, dan lusuh. Beruntung ponsel itu masih bisa digunakan untuk menginstal aplikasi perpesanan sejuta umat dengan simbol gambar telepon berwarna hijau.
Nanda tersenyum miris melihat ponselnya sendiri, tak mau si penelepon menunggu lama, Nanda pun segera mengangkat panggilan itu.
"Halo, assalamualaikum." ucap Nanda lembut.
"Wa'alaikum salam, Nda." sahut seseorang di seberang sana tak kalah lembut. "Kamu lagi ngapain, Nda?" tanya seorang itu.
"Nanda baru mau keluar kamar, Bu. Pingin keliling-keliling biar lebih tau seluk beluk rumah pak Gathan." ucap Nanda sekenanya.
"Mama, Nda, mama. Harus berapa kali sih mama ngingetin kamu buat panggil mama. Kamu bukan lagi pelayan di Starla, ingat itu. Terus itu, masa' kamu manggil suami pak sih! Ganti dong!" omel Lavina membuat Nanda yang tadinya gugup saat hendak keluar kamar, menjadi tenang dan tersenyum. Ia sungguh tak menyangka bisa mendapatkan seorang mertua yang begitu menyayanginya. Padahal bila ditilik dari strata, ia bukanlah siapa-siapa. Benar-benar tak sebanding. Walaupun pernikahannya terkesan terpaksa dan misterius karena ada hal yang ternyata ditutupi entah apa penyebabnya, tapi perlakuan Lavina dan Ganindra sudah cukup membuatnya tenang.
"Iya, ma, maaf." ucap Nanda seraya meringis karena masih kaku menyebut kata mama pada orang lain. "Untuk panggilan pak Gathan, Nanda belum bisa ubah ma. Mungkin kalau kita udah lebih kenal, baru Nanda akan ubah panggilannya." tutur Nanda lembut.
"Anak pintar." puji Lavina sambil terkekeh di seberang sana. Lalu Nanda beranjak menuju balkon kamarnya. Balkon itu langsung menghadap ke area kolam renang yang ada di belakang kamarnya. Airnya begitu jernih membuat Nanda rasanya ingin berenang di dalamnya. 'Eh, aku kan nggak bisa berenang!' gumamnya dalam hati lalu terkekeh sendiri.
"Kamu ngetawain apa sih, Nda? Ada yang lucu, hm?" cecar Lavina saat mendengar kekehan Nanda.
"Nggak kok, ma. Nggak ada yang lucu." kilah Nanda malu menceritakan khayalannya tadi.
"Kirain ada apa. Oh, ya sayang, kamu nggak kenapa-kenapa kan di sana? Perempuan itu nggak ngapa-ngapain kamu kan?" tanya Lavina penuh selidik. Sebenarnya ia khawatir melepaskan Nanda tinggal di sana. Tapi bila pisah rumah, pasti frekuensi pertemuan mereka akan berkuurang karena harus berbagi waktu. Belum lagi, bisa saja Freya menghalang-halangi pertemuan mereka berdua dan Lavina tidak menginginkan hal itu terjadi.
Nanda terkekeh mendengar nada kekhawatiran Lavina. Ia dapat merasakan, sepertinya Lavina lebih menyayangi dirinya dibandingkan Freya, tapi alasannya apa? Bila diingat-ingat, saat pertemuan mereka pertama kali di cafe Starla tempo hari pun, Lavina justru membela dirinya, bukan Freya. Lavina itu orang baik, pasti ada alasan mengapa ia tidak menyukai Freya.
'Apakah pak Gathan menikahi Bu Freya tanpa restu?' gumam Nanda bertanya-tanya dalam hati.
"Nanda baik-baik aja kok, ma. Mama nggak perlu khawatir." tukas Nanda menenangkan Lavina.
Lavina pun menghela nafas lega setelah mendengarnya.
"Kamu ingat ya, Nda. Kalau mereka atau ada dari mereka berbuat macam-macam sama kamu, laporin aja ke mana, biar mama yang kasi mereka pelajaran." pesan Lavina sebelum panggilan telepon itu ditutup.
....***...
Selesai berbicara di telepon dengan Lavina, Nanda memberanikan diri keluar dari kamar. Ia ingat, tadi saat baru datang, ia melihat beberapa pekerja yang bekerja di rumah ini. Ia ingin sekali berkenalan dan mengetahui segala yang berhubungan dengan Gathan dan Freya serta rumah ini. Dengan langkah perlahan, Nanda pun menyusuri undakan tangga yang bentuknya mengular. Sampai di bawah Nanda pun bingung karena rumah itu terlihat sepi. Lalu ia berjalan menuju ke belakang menggunakan instingnya hingga ia melihat seseorang sedang berkutat di dengan sutil dan wajan.
"Maaf mbak, ada yang bisa Nanda bantu?" tawar Nanda membuat seseorang itu menjengit kaget dan menoleh ke arah Nanda.
"Eh, nona ... nggak ... nggak perlu. Saya bisa sendiri kok." ucap perempuan berusia 30 tahunan itu.
"Tapi Nanda bosan mbak nggak ada yang dikerjain." Rajuk Nanda. "Eh, kita belum kenalan. Saya Nanda mbak." ucap Nanda sumringah.
Perempuan itu pun lantas tersenyum melihat sifat ramah Nanda yang sangat jauh berbeda dari Freya.
"Saya Surti non. Saya art di sini. Saya bagian masak sama cucu piring. Sebenarnya ada satu lagi yang biasa bersih-bersih sama cuci pakaian, tapi dia sedang cuti balik kampung beberapa hari." ucap Surti menjelaskan.
"Wah, salam kenal ya mbak Surti!"
"Non ini beneran istri tuan Gathan ya?" tanya Surti was-was sekaligus penasaran. Sebenarnya ia takut-takut bertanya seperti itu, tapi melihat sikap ramah Nanda, ia yakin Nanda enak diajak bicara.
"Hmm ... i-iya mbak." jawab Nanda sendu.
"Lho kok sedih? Surti ada salah ngomong ya non? Maafin Surti ya kalau iya!" ucap Surti seraya memelas.
"Mbak nggak salah kok. Kenyataannya kayak gitu. Nanda yakin, pasti kalian merasa marah dan benci sama Nanda sebab Nanda jadi pelakor diantara pak Gathan dan Bu Freya." ucap Nanda seraya menghela nafas berat.
"Nggak kok, non Nanda tenang aja, kami nggak mikir ke arah situ. Pasti kalian memiliki alasan sendiri kan menikah. Apapun alasannya, sekarang non Nanda udah jadi Nyonya di rumah ini jadi sudah sepantasnya kami menghormati dan melayani nona."
"Ck ... nggak perlu segitunya mbak. Oh ya, mbak masak apa? Ada yang perlu Nanda bantu? Dari pada bengong terus, Nanda bosen." ucap Nanda sambil melirik beberapa sayuran yang hendak dipotong.
"Nggak usah non, beneran deh, nggak usah. Surti nggak mau entar tuan Gathan marah." tolak Surti sambil mengibaskan tangannya.
"Marah? Nggak mungkin lah mbak. Siapa sih saya? Cuma istri kedua aja. Itu pun nggak bakalan mungkin jadi istrinya kalau bukan karena permintaan mama Lavina." sahut Nanda bersikeras ingin membantu. Lalu dengan cekatan, Nanda mengambil pisau pengupas dan mengupas kentang yang ada di hadapannya. "Kentangnya untuk buat apa mbak?" tanya Nanda yang sedang asik mengupas kentang.
Surti tentu terkejut dengan fakta kalau Nanda menikah dengan Gathan karena permintaan ibu dari tuannya tersebut. Tak ingin terus menerus menolak, Surti pun membiarkan Nanda turut membantu ia memasak.
"Buat perkedel, non."
"Oh, buat Nanda yang buatnya ya mbak! Nanda bisa kok. S
Emang pak Gathan makan siang di rumah ya mbak?"
"Tadi sih bilangnya gitu. Tapi kalau biasanya nggak. Mungkin karena hari ini hari pertama non Nanda ada di rumah ini jadi tuan Gathan pingin temenin." ucap Surti menggoda Nanda.
"Alah, mbak Surti ngadi-ngadi deh! Mana mungkin gitu." sahut Nanda mesem-mesem.
...***...
...Happy reading 🥰🙏🥰...