Wira adalah anak kecil berusia sebelas tahun yang kehilangan segalanya, keluarga kecilnya di bantai oleh seseorang hanya karena penghianatan yang di lakukan oleh ayahnya.
dalam pembantaian itu hanya Wira yang berhasil selamat karena tubuhnya di lempar ibunya ke jurang yang berada di hutan alas Roban, siapa sangka di saat yang bersamaan di hutan tersebut sedang terjadi perebutan artefak peninggalan Pendekar Kuat zaman dahulu bernama Wira Gendeng.
bagaimana kisah wira selanjutnya? akankah dia mampu membalaskan kematian keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Peti Mati
Sementara itu sebuah mobil sedan mewah tiba di depan sebuah gedung yang menjulang tinggi ke atas, terdapat beberapa pria berbadan kekar yang berjaga di Depan bangunan itu dan yang paling mencolok adalah seorang pria berbadan kurus yang berdiri paling depan.
Seorang pria dengan jas dan kacamata terlihat keluar sambil membawa koper, dia tidak lain tidak bukan adalah Sandi Prasetyo.
"Haha.... bagus sekali Sandi! Dengan begini Argawinata Group bisa meniru apa yang di jual oleh Damian Corp!" Ucap pria kurus yang berdiri paling depan itu.
Sandi menundukan kepalanya dengan hormat walaupun dia melakukan hal yang cukup membanggakan menurut pria kurus ini namun Sandi sama sekali tidak terlihat menunjukan sikap sombongnya, menunjukan bahwa kedudukan pria kurus ini jauh di atas dirinya.
"Senang bisa membantu Argawinata Group, Tuan Jaka. Maaf Tuan Jaka bagaimana dengan perjanjian kita?" Tanya Sandi Prasetyo dengan hati hati.
"Tentu saja aku akan menepati janjimu! Sekarang kamu berada di bawah perlindungan Keluarga Argawinata sekaligus kamu akan memiliki posisi yang sangat tinggi di Argawinata Group!" Ucap Tuan Jaka kemudian dia mengulurkan tangannya, "selamat datang di Argawinata Group!"
"Kamu tidak perlu khawatir jika di incar oleh keluarga Damian! Mereka tidak akan berani menyerang dirimu, karena mereka sama saja akan mengibarkan bendera perang terhadap kita!" Imbuh Tuan Jaka.
Sandi Prasetyo membalas jabatan tangan Tuan Jaka sambil tersenyum senang, ya alasan Sandi membocorkan rahasia produk Damian Corp karena Sandi di tawarkan posisi yang sangat tinggi oleh Tuan Jaka. Sandi sendiri sama sekali tidak memperdulikan istrinya, adik iparnya, anaknya dan mertuanya mau mereka mati atau tidak bukan urusannya.
Karena bagi Sandi dia bisa membangun keluarga kapanpun dia mau, yang terpenting saat ini adalah jabatan dan uang!
Sementara itu dari kejauhan terlihat seorang pria muda yang duduk di motor memandangi Sandi dan Tuan Jaka dari kejauhan, dia adalah Dirga.
Dari balik helmnya Dirga menggertakan giginya dengan geram, dia tidak mungkin bisa membunuh Sandi sementara Sandi sekarang berada di bawah perlindungan Argawinata membunuh Sandi sama saja mengibarkan bendera perang.
Terpaksa Dirga kembali dengan wajah kecewa, dia sangat kecewa seharusnya dia mengejar Sandi terlebih dahulu. Sementara untuk Jasmine dan yang lainnya di lakukan setelah membunuh Sandi.
***
Akhhhhhh!!!!
Teriakan penjaga yang di lempar jarot menggema dari dalam sumur. Hingga detik berikutnya.
Bruk!
Terdengar suara mendaratnya penjaga itu di tanah.
"Hei, bagaimana keadaan di sana?" Tanya Tuan Muda Alvaro dari atas.
"Di sini sangat gelap Tuan Muda, ternyata di dasar sumur ini sangat luas dan terdapat semacam ruang lorong bawah tanah Tuan!" Jawab penjaga itu dari bawah dengan suara yang sedikit keras.
"Lorong bahwa tanah? Tidak salah lagi!" Gumam Tuan Muda Alvaro.
Wus...
Dia langsung terjun bebas ke bawah.
"Hei awas bodoh!!" Teriak Tuan Muda Alvaro yang melihat penjaga itu masih berdiri di tempat.
Penjaga itu menoleh ke atas, dia hendak minggir namun sayang sekali sudah terlambat, dengan cepat tubuhnya langsung tertindih tubuh Tuan Muda Alvaro.
Bruak!
Tuan Muda Alvaro langsung mendarat di tubuh Penjaga itu.
"Argghh!! Sial! Kenapa kamu tidak segera menyingkir?" Tanya Tuan Muda Alvaro dengan ganas.
"Ma-- maafkan aku Tuan! Anda tidak memberikan aba aba untuk melompat!" Jawab penjaga itu.
"Berani sekali kamu menjawab!" Bentak Tuan Muda Alvaro.
"M--maafkan aku Tuan!"
Tuan Muda Alvaro menarik nafasnya secara perlahan, dia mencoba menahan emosinya, "aku memaafkanmu karena perasaanku sedang senang! Menurut catatan di ujung lorong ini terdapat sebuah peti penyimpanan dari salah satu mustika pelengkap kalung kencono Sukmo ini!" Ucap Alvaro.
Wus...
Bruak!!
Tiba tiba Jarot terjun bebas dan langsung mendarat di atas tubuh Alvaro.
"Arrggghh!!!" Rintih Alvaro yang merasakan tubuh pamannya sangat berat.
Jarot segera menyingkir dari atas tubuh Alvaro dan menggaruk kepalanya dengan ekspresi sungkan, "Hehe, Maafkan paman Alvaro." Ucap Jarot.
Alvaro hanya bisa memasang wajah kesal, dia sama sekali tidak berani membentak pamannya.
Alvaro langsung menoleh ke atas, dia melihat para penjaga yang lain hendak melompat, "Hei bajingan jangan melompat bodoh!!" Teriak Tuan Muda Alvaro.
Namun sayang sekali beberapa penjaga sudah ada yang melompat dan terjun bebas kebawah.
***
Mari kita skip adegan konyol dari Tuan Muda Alvaro dan rombongannya karena sama sekali tidak cocok dan akan menjatuhkan harga dirinya hehe.
Oka lanjut ke cerita....
Tuan Muda Alvaro, Jarot dan yang lainnya kini menatap panjangnya lorong bawah tanah yang berada di depan mereka.
Terlihat Tuan Muda Alvaro yang kembali memejamkan matanya sembari memegang erat rantai kalung itu.
Dia mencoba merasakan aura yang terpancar dari kalung itu. Dengan cepat Tuan Muda Alvaro kembali merasakan aura dari kalung itu, dia langsung memimpin jalan.
Mereka semua berjalan dengan sangat hati hati karena mereka takut ada jebakan, termasuk Tuan Muda Alvaro dan Jarot yang notabennya bukan orang biasa.
"Ini benar benar sangat aneh, Alvaro. Seharusnya tempat untuk menyimpan pusaka berharga akan terdapat berbagai jebakan!" Ucap Jarot dengan sangat serius.
Alvaro termenung apa yang di ucapkan Pamannya memang benar, Biasanya tempat yang menyimpan sebuah pusaka atau harta karun berharga akan terdapat berbagai macam jebakan.
Entah itu jebakan kutukan, panah yang tiba tiba melesat, semburan api yang datang dari mulut patung, namun semua jebakan itu tidak terdapat di lorong ini, seolah ini hanyalah lorong biasa yang tidak menyimpan apa pun.
"Aku juga merasakan ini aneh paman... Namun bukankah bukankah ini malah bagus, kita coba saja telusuri lorong ini terlebih dahulu. Tidak ada salahnya mencoba bukan? Toh aura kalung ini menuntun kita untuk menuju ke sini." Jawab Alvaro dengan santai.
Jarot menganggukan kepalanya.
Waktu berjalan cepat setelah berjalan hampir setengah jam akhirnya mereka tiba juga di ujung lorong.
Ujung lorong ini ternyata adalah sebuah pintu kayu besar yang terlihat sangat kuno, namun walaupun kuno pintu itu seolah pintu biasa yang tidak memancarkan aura apapun.
"Waspada... pasti di balik pintu ini ada jebakan atau mungkin makhluk halus yang menjaga Mustika dari kalung Kencono Sukmo!" Ucap Jarot dengan sangat serius.
Baik Tuan Muda Alvaro dan semuanya menganggukan kepalanya.
Secara perlahan Jarot kemudian membuka pintu itu.
Krieett!!
Bunyi derita pintu yang terbuka membuat jantung mereka berdetak lebih kencang. Namun ketika pintu itu terbuka sepenuhnya betapa terkejutnya mereka karena tidak mendapati ada satupun jebakan atau makhluk halus yang menjaga.
"Ini benar benar sangat aneh?! Mengapa kita sama sekali tidak menemukan apapun selama kita menyusuri tempat ini?" Ucap Jarot dengan ekspresi bingung.
Tuan Muda Alvaro juga bingung, namun dengan cepat dia merubah ekspresinya ketika melihat sebuah peti mati yang berada atas batu altar.