Setelah mengusir Arya Widura dari Madangkara, Permadi dan Shakila menjadi orang kepercayaan Prabu Wanapati. Hubungan Dewi Garnis dan Widura pun kandas. Akan tetapi, Widura bersumpah, tidak akan pernah berhenti membongkar kedok Permadi dan Shakila sebagai orang Kuntala. Dewi Garnis dan Raden Bentar berjanji untuk membersihkan nama baik Widura.
Ternyata, bukan hanya Widura saja yang tahu identitas Permadi dan Shakila, ada orang lain lagi, seorang laki-laki misterius yang selalu mengenakan cadar hitam. Lewat si cadar hitam, Bentar dan Garnis mendapatkan kebenaran tentang siapa Permadi dan Shakila itu. Mereka adalah orang-orang licik yang berusaha untuk menggulingkan Kerajaan Madangkara dan mengembalikan kejayaan Kerajaan Kuntala. Menghadapi orang seperti mereka tidak bisa menggunakan kekerasan akan tetapi, harus menggunakan siasat jitu. Berhasilkah Bentar dan Garnis membongkar kedok mereka ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eric Leonadus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Babak Kelima
#05
Setelah memadamkan pemberontakan Adipati Pulungan, kepulangan Garnis dan Permadi disambut meriah oleh rakyat Madangkara. Sementara itu, Widura yang curiga dengan asal – usul Permadi dan Shakila sebagai orang Kuntala berusaha untuk mencegah penobatan gelar kehormatan dari Prabu Wanapati. Hal itu semata – mata dimaksudkan untuk mencegah masuknya kembali orang – orang Kuntala yang berniat merongrong kewibawaan Kerajaan Madangkara.
Demi mengumpulkan bukti – bukti untuk membongkar kedok Permadi dan Shakila, Widura rela meninggalkan Madangkara menuju Banten Girang yang jaraknya cukup jauh dari Madangkara. Sekalipun dibantu dengan Ranti, salah seorang Kuntala yang sengaja ditugaskan untuk mengawasi gerak – gerik Widura, pria asal Blambangan itu tidak mendapatkan keterangan sedikit pun tentang Permadi dan akhirnya kembali ke Madangkara dengan tangan hampa.
Sekembalinya ke Madangkara, Widura dan Ranti dihadang oleh sepasukan prajurit khusus Madangkara. Mereka terlibat perselisihan, Widura nyaris diseret oleh kuda – kuda dalam keadaan terikat, akan tetapi, muncullah Raden Bentar. Ranti dibebaskan dan kembali ke Banten Girang sementara Widura harus menjalani proses persidangan yang dihadiri Permadi dan Shakila.
Setelah melalui proses persidangan yang cukup rumit dan memakan waktu yang panjang, maka, diputuskan bahwa Widura harus kembali ke Blambangan. Siang itu juga Widura pulang ke Blambangan sementara rakyat Madangkara hampir seluruhnya menghadiri pesta yang diadakan oleh pihak Kerajaan sebagai ucapan syukur karena Garnis, Permadi dan Shakila berhasil memadamkan pemberontakan di Kadipaten Pulungan.
Di saat semua orang sedang berpesta , tak seorangpun mengetahui Permadi dan Shakila mengadakan pertemuan rahasia. Mereka terlibat silang pendapat, pertengkaran kecil. Shakila tidak mengerti, mengapa Permadi mengambil keputusan untuk melepaskan Widura, karena menurutnya Widura bagai duri dalam daging, harus disingkirkan agar tidak lagi menjadi penghalang rencana mereka di masa – masa yang akan datang.
“Tenanglah, Shakila... kau pikir aku akan membiarkannya keluar dari Madangkara hidup – hidup ? Tidak. Orang semacam dia, memiliki watak yang keras. Aku mengenal dengan baik watak – watak orang semacam itu ... TIDAK AKAN MENYERAH. Bagiku, orang semacam dia adalah penghalang, tetapi, bisa juga dimanfaatkan,” jelas Permadi.
“Apa maksudmu, Permadi ?” tanya Shakila.
“Untuk sementara waktu ini, dia takkan kembali ke Madangkara,” ujar Permadi, “Dia mungkin bisa kembali ke Blambangan untuk mencari dukungan, jika itu beruntung bisa sampai kesana. Tapi, tahukah, kau apa yang akan dihadapinya di tengah perjalanan ?”
“Jadi, kau ... kau ... “ujar Shakila.
“Aku sudah memberikan pesan singkat kepada Juragan Gurindar tentang kejadian ini. Aku juga memerintahkan Kentor dan Mamut untuk mengikutinya pergi ke Blambangan. Juragan Gurindar adalah saudagar yang kaya raya, memiliki banyak kenalan baik dari kalangan rakyat jelata, perampok, pendekar – pendekar berilmu tinggi, pejabat rendah hingga pejabat tinggi. Aku punya firasat, kelak ... cepat atau lambat, dia pasti kembali lagi... tapi, orang – orangku sudah bersepakat untuk memberikan informasi palsu ... jadi, butuh waktu yang cukup lama. Apa yang terjadi pada Widura, tinggal menunggu waktu saja. Selama mereka tidak ada yang berbuat macam – macam, maka, kita akan aman – aman saja. Aku yakin, Widura tidak akan pernah kembali ke Blambangan ataupun datang ke Madangkara ini lagi. Sementara, aku .... bukankah Prabu Wanapati telah memberiku kepercayaan penuh. Dan, jabatan tinggi sudah kuraih.... dia bisa apa ? Nah, mumpung sekarang di luar sana ada pesta meriah ... bukankah lebih baik menikmati saja pesta rakyat ini dengan baik,” jelas Permadi sambil tertawa diikuti dengan Shakila untuk kemudian kembali ke acara pesta rakyat tersebut. Mereka tak menyadari bahwa ada sepasang mata yang terus menerus mengamatinya. Setelah mereka pergi, sesosok bayangan hitam berkelebat ringan melompat dari atap satu ke atap lain lalu menghilang.
..._____ bersambung _____...