Menikahi Pria Koma

Maudy kebingungan melihat sifat Elgara yang berubah terhadap nya, ia menatap Elgara seolah tak percaya kalau Elgara akan sekasar ini dengan nya walaupun sedang mabuk.

Keesokan harinya ....

Tadi malam Maudy terpaksa harus keluar dari kamar dengan kaki yang terseok-seok, ia terkilir karena di didorong oleh Elgara, dirinya juga tidur di kamar tamu dengan air mata yang sepanjang malam terus mengalir.

Sementara itu Elgara, setelah keluar dari kamar tadi malam Maudy tidak tau bagaimana keadaan nya saat ini, sementara mama Mulia tidak tau apa-apa karena beliau terlalu sibuk mengurus bayaran pesatnya dan setelah itu beliau pergi kembali ke kediaman nya.

Pagi ini Maudy keluar dari kamar tamu sambil berjalan dengan sedikit pincang, ia melihat Elgara yang juga keluar dari kamar nya dengan stelan jas hitam, terlihat kalau dia sedang bersiap-siap untuk pergi ke kantor.

"Mas, kau sudah tidak mabuk kau baik-baik saja?" tanya Maudy sambil berusaha berjalan dengan cepat untuk menghampiri Elgara.

Namun Elgara tidak mempedulikan nya, ia seolah tuli akan pertanyaan yang di lontarkan Maudy barusan.

Ia berjalan cepat meninggalkan Maudy dan menuruni tangga.

Maudy kembali tercengang dengan sikap dan perubahan Elgara yang secara tiba-tiba tampa ia tau penyebab nya apa.

"Perasaan aku tidak melakukan kesalahan apapun, aku juga sudah menuruti apa yang dia katakan, aku juga tidak terlalu galak dengan nya, kemana sifat pecicilannya? Kemana sifat suka bercanda itu? Senyum nya? Dan juga kebaikan nya? Kenapa dia tiba-tiba berubah jadi sosok laki-laki dingin apa salah ku sebenarnya?" ucap Maudy yang merasa sedih karena tiba-tiba sang suami yang sudah membuat nya jatuh cinta tiba-tiba saja jadi dingin sedingin kutub Utara.

Yani yang datang untuk membersihkan kamar Elgara seketika kebingungan melihat Maudy yang menangis di depan kamar Elgara sambil memegang kaki nya.

"Nyonya, astaga nyonya ada apa?" ujar Yani sambil memegang lengan Maudy yang hendak jatuh, ia sampai melepaskan pel dan air yang ia bawa.

"Aku baik-baik saja, tadi malam tergelincir dan sepertinya kaki ku terkilir, Yani tolong antarkan aku kembali ke kamar setelah itu suruh Tuti datang bawakan minyak urut untuk kaki ku," jelas Maudy berusaha menyembunyikan kesedihannya dari Yani.

"Baik nyonya, mari," ucap Yani yang hatinya sedikit tidak enak karena melihat keadaan Maudy yang seperti ini.

Ia pun mengantarkan Maudy ke kamar tamu dan kemudian meminta Tuti untuk datang ke kamar tersebut agar bisa memijat kaki Maudy.

"Tuti, sebenarnya ada apa? Kenapa nyonya tidur di kamar tamu?" kata Yani sambil berjalan di sebelah Tuti yang membawa botol minyak urut.

"Aku tidak tau, tapi tadi malam nyonya meminta ku membuka satu kamar yang ada di lantai atas ini karena dia ingin tidur, tapi aku tidak bertanya apapun dan dia bilang kaki nya terkilir karena jatuh," jelas Tuti secara detail.

"Begitu ya, tapi tuan muda malah pergi ke kantor, aku juga sempat melihat kalau tuan muda tidak mempedulikan nyonya," kata Yani lagi.

"Benarkah? Apa mereka ada masalah? Apa nyonya Mulia sudah tau?" kata Tuti lagi.

"Sudah, jangan banyak bicara dulu sebaiknya nanti Kuta pelan-pelan tanyakan dengan nyonya muda," ucap Yani menyarankan.

"Baiklah, kau kerjakan pekerjaan mu dulu, aku ke kamar nyonya," kata Tuti yang kemudian mereka pun berpisah dalam kamar berbeda.

Sementara itu di sisi lain.

"Semua nya, perkenalkan ini adalah tuan muda Elgara dan mulai hari ini beliau yang akan menggantikan posisi nyonya Mulia," ucap sekertaris nya Elgara memberikan pengumuman kepada seluruh karyawan.

Mereka sama sekali tidak kaget karena memang tadi malam sudah di jelaskan oleh mama Mulia tentang pergantian posisi ini.

"Selamat datang tuan muda," jawab mereka secara bersamaan.

"Terima kasih banyak, aku harap kita bisa bekerja sama dengan baik di kantor," ujar Elgara sambil menampilkan senyum manisnya.

Setelah perkenalan selesai, sekertaris mama Mulia yang kini menjadi sekretaris Elgara mengantarkan boss baru nya tersebut ke ruangan yang telah di siapkan.

"Ini adalah ruangan nyonya, silahkan tuan muda semoga nyaman," ucap sekertaris tersebut.

"Terima kasih, kalau begitu kau bisa kembali bekerja," ucap Elgara.

"Baik tuan muda," jawab nya yang kemudian berjalan pergi meninggalkan Elgara sendiri di ruangan tersebut.

Elgara masuk ke dalam ruangan sang mama sambil melihat sekeliling ruangan dan juga apa saja yang ada di dalam ruangan tersebut.

"Mama cukup bekerja keras selama, ini aku tidak boleh mengecewakan nya," kata Elgara yang kemudian berjalan dan duduk di kursi meja kerja nya.

Ia pun mulai bekerja sejenak melupakan masalah nya dan Maudy.

Sementara itu di sisi lain.

"Aduh bik sakit sekali," ujar Maudy sambil memegang kaki nya yang terasa sakit karena sedang di urut oleh Tuti.

"Tahan sedikit nyonya, kaki nyonya terkilir jika di biarkan bisa jadi bengkak loh," kata Tuti terus memijat.

"Iya bik aku tau," jawab Maudy sambil menahan rasa sakit nya.

"Nyonya, maaf kalau saya lancang sebenarnya kenapa? Ada apa dengan tuan muda dia terlihat tidak peduli sama sekali terhadap nyonya, kalian juga pisah kamar mohon maafkan saya nyonya tapi kami di tugaskan nyonya Mulia untuk menjaga nyonya dan melaporkan keadaan di sini jadi saya harus tau," ucap Tuti berhati-hati ia menanyakan hal tersebut kepada Maudy.

"Aku kira aku saja yang kebingungan dengan sikap mas El, ternyata mereka juga?"batin Maudy.

"Nyonya, kenapa nyonya diam?" tanya Tuti penasaran.

"Aku juga tidak tau bik, tadi malam aku masuk ke kamar dan melihat kalau mas El sedang mabuk, jadi aku marah tapi dia meminta ku meninggalkan nya sendiri aku juga tidak tau apa yang terjadi, dia tiba-tiba berubah sikapnya tidak sama seperti kemarin," kata Maudy yang jujur kalau dia memang tidak tau apa yang terjadi dengan suaminya.

"Begitu ya nyonya? Kenapa aneh sekali? Nyonya tenaga saja, biar saya laporkan kepada nyonya Mulia beliau bisa memarahinya," ucap Tuti yang kesal.

"Tidak baik, jangan lakukan itu, ini masalah antara kami berdua aku bisa menyelesaikan nya jangan bilang dengan mama, aku tidak ingin mama khawatir," ujar Maudy setengah memohon.

"Baik lah kalau begitu nyonya, saya tidak bisa membantah nyonya," kata Tuti lagi.

Tak lama kemudian Tuti pun selesai memijat kaki Maudy, ia ijin keluar dan membiarkan Maudy beristirahat di dalam kamar.

Hati Maudy rasanya sangat sedih ia barusaja berfikir kalau dirinya akan punya kebahagiaan setelah Elgara bangun rasanya kebahagiaan Maudy semakin bertambah namun ketika menyadari perubahan Elgara ia kembali merasakan tak ada kebahagiaan untuk nya di dunia ini.

Bersambung ....