NovelToon NovelToon
Jodohku Ternyata Sahabat Kakakku

Jodohku Ternyata Sahabat Kakakku

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:85.5k
Nilai: 5
Nama Author: Chocoday

Aku Raima Nur Fazluna, gadis yang baru saja menginjak usia 21 tahun. Menikah muda dengan Sahabat Kakakku sendiri yang sudah tertarik sejak awal pertemuan kita.

Namanya Furqan Hasbi, laki-laki yang usianya berbeda 5 tahun di atasku. Dia laki-laki yang sudah menyimpan perasaannya sejak masa sekolah dan berjanji pada dirinya sendiri akan menikahiku suatu saat nanti ketika dirinya sudah siap dan diantara kita belum ada yang menikah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chocoday, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22

Kita bermain cukup lama di pantai itu, hingga tanpa sadar matahari sudah mulai terbenam.

Kak Furqan mengajakku untuk kembali ke rumah bibinya. Aku mengangguk setuju karena sudah merasa cukup bermain hari ini.

Bi Ima melihat kebersamaan kita berdua, matanya terus sinis menatapku. Aku berusaha tenang dan melihat ke sembarang arah.

"Furqan," panggil Bi Ima, "kata Nenek ke sini dulu katanya!"

Kak Furqan menoleh padaku, "udah sana gak apa-apa. Neng bisa sendiri ke rumah bibi, lagian gak terlalu jauh."

"Ya udah hati-hati ya!" Aku mengangguk mengiyakan.

Kak Furqan masuk ke rumah adik dari neneknya, dia tersenyum melihat neneknya yang duduk di sofa ruang tengah yang tidak terlalu luas.

"Apa kabar Nek?" tanya Kak Furqan sembari duduk di sampingnya.

"Baik Furqan. Nenek cuman mau tanya perempuan yang dibawa kamu itu siapa?" tanyanya lembut.

"Dia calon istri Furqan, insyaallah," jawab Kak Furqan dengan yakinnya.

Nenek tersenyum mendengar jawaban Kak Furqan, "dia keliatan cewek baik-baik, kamu jangan sampe kecewa-in dia ya!" pesan nenek diangguki Kak Furqan.

Kak Furqan mengobrol cukup lama dengan neneknya. Sedangkan aku langsung kembali ke rumah bibi untuk membantunya menyiapkan makan malam.

Sesampainya di sana, aku langsung masuk ke dapur mencari Bibi dan Mamah yang sudah sibuk menyiapkan makan malam.

Langkahku terhenti mendengar perbincangan mereka berdua.

"Teteh yakin mau nikahin Furqan sama ceweknya?" tanya bibi terdengar sedikit samar.

"Emangnya kenapa?"

"Aku liat dia bukan cewek yang sebanding dengan Furqan,"

Air mataku mulai berlinang mendengarnya, bukannya sejak tadi Bibi sangat baik padaku. Tapi ternyata tidak saat di belakang.

"Emang yang sebanding itu yang kayak gimana?" tanya Ibu Kak Furqan.

"Yang sebanding lah Teh, yang enak dipandang, cantik, kurus, modis, pendidikannya setara," kata Bibi.

"Menurut aku, teteh harus pikir-pikir lagi tentang hubungan Furqan sama dia," sambungnya, "istrinya Furqan juga bakal jadi menantu Teteh, sekarang aja dia malah asik main sama Furqan."

Mendengar obrolan Ibu Kak Furqan dan Bibinya membuatku merasa semakin tidak pantas untuk Kak Furqan.

Apa benar pernikahan itu harus setara?

Kak Furqan itu laki-laki yang berpendidikan, pintar, ganteng, jiwa sosialnya tinggi, dari keluarga yang berada juga. Wajar aja kalau keluarganya menolak aku!

Aku keluar dari rumah bibi, berjalan entah kemana tanpa tujuan. Aku duduk di tepian pantai yang cukup jauh dari keramaian.

Menangis sejadi-jadinya mengingat perkataan Bibi tadi.

Apa aku serendah itu?

Di sisi lain, Kak Furqan baru saja masuk ke rumah bibi.

"Dek, Kak Nur mana?" tanyanya pada Ica yang asik menonton tv.

Ica menggelengkan kepalanya, "loh bukannya tadi sama Kak Furqan? Kenapa jadi nanyain Ica."

"Tadi kan udah pulang Dek, apa di dapur ya sama Mamah," ucapnya lalu berjalan ke arah dapur.

Sesampainya di dapur, Kak Furqan sama sekali tidak melihatku.

"Eh kamu udah pulang?" tanya Bibi.

"Iya Bi, Nur kemana?" tanya Kak Furqan balik.

Bibi dan Ibu Kak Furqan saling menoleh tidak tahu. Mereka mengangkat kedua bahu menjawabnya.

"Bukannya tadi sama kamu?" tanya Ibunya.

"Tadi dia pulang sendiri Mah, Furqan ke rumah nenek dulu," terang Kak Furqan mulai panik.

"Ya udah coba kamu cari dulu disekitaran ini, siapa tau dia jajan dulu atau apa," perintah Ibu Kak Furqan.

Kak Furqan mengangguk mengiyakan, dia kembali ke luar rumah mencari keberadaan ku.

Nur, Nur!

Panggilnya sembari terus mencari. Aku masih dengan lamunanku seraya mendengarkan riuhnya ombak yang semakin kencang dengan angin malam.

"Teh, apa Nur denger obrolan kita tadi ya?" sangka Bibi membuat Ibu Kak Furqan semakin khawatir.

"Teteh gak pernah berharap punya menantunya yang harus setara dengan Furqan. Tapi Teteh hanya berharap Furqan punya istri yang selalu mau menemani dia apapun keadaannya," ujar Ibu Kak Furqan.

"Teh maaf ya!" ucap bibi merasa bersalah setelahnya.

Kak Furqan berjalan menyusuri pesisir pantai, dilihatnya aku yang sedang duduk melamun tidak jauh darinya. Langkahnya mulai pasti mendekatiku.

"Neng," panggilnya membuatku langsung mendongak pada suaranya yang terdengar samar.

Aku tersenyum simpul lalu kembali mengedarkan pandanganku darinya.

"Kak Furqan cari Nur ya? Maaf ya buat khawatir," ujarku sembari menahan tangisan.

Dia duduk di sampingku, terdengar helaan napasnya yang cukup panjang. Aku menoleh pada wajahnya yang sejak tadi menatapku.

"Neng kenapa lagi hm?" tanya Kak Furqan.

Aku menggelengkan kepalaku tapi raut wajah dan air mata yang sudah terlanjur turun menjawabnya.

"Neng kenapa nangis?"

"Gak apa-apa, Nur cuman sedih aja," jawabku sembari menghapus air mata secepatnya.

Kak Furqan meraih tanganku dengan tatapan hangatnya.

"Neng cerita sama Kak Furqan ada apa?" tanyanya.

"Kak Furqan, Nur mau Kak Furqan pikir-pikir lagi tentang hubungan kita," ucapku sedikit gemetar.

"Kenapa Nur? Ada yang salah sama Kak Furqan?" tanyanya terkejut.

Aku menggelengkan kepalaku cepat, "Nur cuman merasa kita gak cocok Kak, Nur bukan cewek yang setara sama Kak Furqan, bener yang di bilang Bi Ima dulu."

Helaan tangan Kak Furqan terdengar berat, "Neng bicara apa sih, Kakak gak pernah cari cewek yang harus setara dalam hal itu."

"Terus dalam hal apa?" tanyaku sembari menangis.

Tangannya dengan lembut mengusap air mataku, "pernikahan setara itu, pernikahan yang merasa kita punya rumah untuk pulang, rumah untuk berkeluh kesah, berbagi cerita. Bukan pendidikan yang sama ataupun yang lainnya yang Neng pikirin sekarang," jelas Kak Furqan.

"Kak Furqan cuman mau Neng yang jadi rumah harapan Kak Furqan di masa depan. Gak ada yang lain Neng!" tegasnya.

Tangannya lagi-lagi menghapus air mata di pipiku. Dia mencubit pipiku gemas setelahnya.

"Udah jangan nangis lagi! Kita pulang ya!" ajaknya menggenggam tanganku dengan erat.

Kita pulang setelah merasa hatiku tenang karena ucapan Kak Furqan. Walaupun pada akhirnya aku harus menerima bahwa tidak semua keluarganya menerimaku.

"Sayang," panggil Kak Furqan di perjalanan pulang.

Aku hanya terdiam sembari terus mengikuti langkahnya. Dia langsung berhenti hingga tubuh kita sangat berdekatan.

"Kenapa masih melamun?" tanyanya.

Aku menggelengkan kepalaku dengan senyuman, "kenapa emangnya?" tanyaku balik.

"Aku panggil tadi gak nyaut," ujarnya.

"Ya maaf gak kedengeran," ucapku.

1
Erna Sudiastuti
Luar biasa
Awie Uti
suka suka suka suka
`Miga
Aku suka banget sama alur kisahnya,Yg bikin kadang aku nangis,Baper,kadang ikut Salting karna mereka berdua,Bagus banget ceritanya kpn kpn bikin cerita lagi ya Thor,Semangatttt
Sulastri Oke86
Luar biasa
aqil siroj
bapak durjana buang ke laut aja
BLUE SKY
relate banget sih
BLUE SKY
idih😁😎🥰
BLUE SKY
serah lu lah septian
aqil siroj
bapaknya si furqan emang sinting x ya... anak sendiri loh digituin
Chocoday
Furqan masih menikmati masa halalnya 🙏 sabar kak 😂
Fitri Nur Hidayati
sudah mp aja nih furqon. apa adiknya balik pondok lagi y? gimana bpk nya dan sdr tirinya
aqil siroj
mau pipis itu si nur 😅😅
Fitri Nur Hidayati
detik2 menuju sah... senangnya...
Fitri Nur Hidayati
kasihan icha.
aqil siroj
ngeriii banget kak sma yg menimpa ica... mungkin karna aq punya anak cewek" x ya...
merinding jadinya
Chocoday: Semoga anaknya selalu terjaga ya Kak 🙏
total 1 replies
Nurul Indarti
mulanya ceritanya bagus sampe komennya pada bagus semua tp lama lama kok gk jelas ceritanya mau d bawa kemana gk sesuai judul...maaf bukan gk menghargai penulisnya tp aku kecewa aja gk sesuai ekspektasi..
Chocoday: Terima kasih kritikkannya kak, saya terima dengan baik. Maaf kalau ceritanya gak sesuai ekspektasi kakak, saya akan perbaiki untuk selanjutnya 🙏
total 1 replies
Chocoday
diusahakan bakal tiap hari double up ya /Smile/
aqil siroj
duhhh aku tuh takutnya dia dilecehkan aksara ya ...
jangan sampai thor kasihan si ica
Chocoday: kita liat dipart berikutnya ya kak
total 1 replies
Dwie Artum
lnjut lg kk.double up nya slalu q tunggu
Bundha SayanxRaggil
yg mesti ibu nua thor yg paleng sakit hati
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!