Sejak malam pertama pernikahan, hidup Azkia sudah seperti berada di dalam neraka. Sang suami, Ardan, tak pernah membiarkan dirinya hidup tenang tanpa adanya penyiksaan.
Bukan hanya menyakiti secara fisik, Ardan juga sering melontarkan kata - kata kasar, menghina, dan merendahkan hingga membuat mental Azkia pun mulai terguncang.
Ardan menikahi Azkia hanya karena ingin membalaskan dendam saudara kembarnya, Ardi, yang meninggal dunia satu tahun yang lalu.
Kebencian Ardan semakin dalam ketika di malam pertama, dia mengetahui jika Azkia sudah tak perawan lagi.
Azkia hanya bisa pasrah menerima nasibnya hingga kematian sang papa menyebabkan dirinya berubah. Perceraian kala itu menjadi pilihan satu-satunya.
Sanggupkah Ardan hidup jika suatu saat nanti seluruh kebenaran telah terungkap dan takdir mengubah segalanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
Azkia yang bersikeras tak mau kembali kedalam ruangannya terpaksa harus menurut ketika selang infus kembali menancap di tangannya.
Kedua wanita beda usia yang berada dalam ruangan serba putih tersebut tampak terdiam, sibuk dengan pemikiran mereka sendiri sambil menerawang kedepan dengan wajah mendung.
Bik Surti hanya bisa mengelus dadanya beberapa kali melihat kekeras kepalaan Azkia yang memiliki sifat sama persis seperti sang papa dalam diam.
Azkia yang melihat wajah tua bik Surti yang kecapean mulai merasa iba dan merasa bersalah.
Akibat masalah yang menimpah dirinya tersebut membuat wanita tua yang telah merawatnya semenjak kecil itu memiliki banyak hal dikepalanya sekarang.
“ Bibi bisa beristirahat sebentar….”
“ Aku tidak apa – apa bik….”
“ Kondisiku juga sudah lebih baik sekarang….”
“ Bik Surti jangan cemas…..”, ucap Azkia berusaha menangkan bik Surti padahal hatinya sendiri terasa tercabik – cabik sekarang mengetahui kondisi sang papa yang jauh dari kata baik - baik saja.
“ Justru non Azkia yang harus beristirahat agar kondisi non cepat pulih….”
“ Tuan pasti akan sedih jika melihat kondisi non Azkia kembali memburuk…..”, ucap bik Surti membujuk.
Azkia yang mendengar nama papanya disebut, kedua matanya kembali berkaca – kaca.
Dia seakan masih belum bisa menerima jika penyakit jantung yang diderita papanya akan memburuk secepat ini.
“ Papa bik……”
“ Papa…..”, Azkia kembali menangis sesenggukan waktu mengingat kembali kondisi sang papa yang memburuk karenanya.
Bik Surti berusaha untuk menangkan anak majikannya tersebut agar tidak sampai kembali pingsan seperti tadi.
Azkia berusaha untuk mencari jawaban kenapa papanya bisa sampai drop seperti ini, tapi dia tak juga kunjung menemukan jawaban.
Daripada pusing berasumsi sendiri, Azkia pun mulai bertanya kepada bik Surti yang dia yakin tahu penyebabnya.
“ Bukannya kondisi papa sudah membaik ya bik....”
" Kenap tiba - tiba bisa drop seperti itu...."
“ Apa ada hal yang mengejutkan papa sehingga kondisinya bisa buruk seperti itu ?.....”, tanya Azkia sambil berderai air mata.
Bik Surti ikut menangis melihat Azkia berderai air mata sambil menatapnya penuh tanya.
Meski lidahnya keluh, tapi dia juga tak bisa menyembunyikan kenyataan yang ada sehingga mulai mengatakan yang sebenarnya kepada anak majikannya tersebut.
“ Tuan sudah tahu semuanya non….”
“ Tahu jika selama ini den Ardan sering menyiksa non Azkia….”, ucap bik Surti dengan wajah sedih.
Kata – kata yang diucapkan oleh bik Surti membuat jantung Azkia hampir copot karena tak menyangka jika papanya mengetahui semua rahasia yang berusaha dia simpan dalam – dalam.
Setelah menarik nafas dalam beberapa kali, bik Surti kembali bersuara setelah Azkia mendesaknya untuk menceritakan semuanya.
“ Tuan juga tahu jika den Ardan selingkuh karena…..”, ucapan bik Surti terputus takut dengan reaksi yang akan Azkia berikan mengingat kondisi tubuhnya yang masih lemah.
“ Karena apa bik…..”, ucap Azkia menuntut jawaban.
“ Karena papi wanita tersebut mendatangi tuan dirumah sakit kemarin malam….”
“ Lelaki itu meminta agar tuan mengijinkan den Ardan untuk menikah dengan putri sulungnya….”
“ Menjadikan anaknya istri kedua…..”
“ Tuan awalnya menolak tegas permintaan lelaki tersebut, tapi setelah lelaki itu mengatakan jika umur putrinya tinggal sebentar lagi maka tuan pun langsung terdiam….”
“ Mungkin hal ini jugalah yang menganggu pikiran tuan…..”, ucap bik Surti menjelaskan.
Azkia sama sekali tak menyangka jika bukan hanya Meysa yang tak memiliki rasa malu tapi keluarganya juga.
“ Apa ini semua rencana mas Ardan untuk menyakitiku karena kedua orang tuanya mengetahui semua perbuatan kejinya kepadaku…..”
“ Jika semua benar adanya, maka aku tak akan pernah memaafkannya sampai kapanpun…..”, batin Azkia tersulut emosi.
Melihat Azkia terdiam dengan dada naik turun menahan emosi, bik Surti segera meraih tangan Azkia untuk menguatkannya.
“ Ini pasti ulah den Ardan…”, desis bik Surti penuh amarah.
Bik Surti terus menatap pergelangan tangan Azkia yang berwarna merah keunggan dengan luka yang kembali mengeluarkan darah ketika ditekan Ardan tadi dengat tatapan penuh emosi.
“ Aku tidak apa – apa bik….”
“ Saat ini yang aku inginkan adalah papa cepat sadar kembali….”, ucap Azkia sendu.
“ Menangislah jika non Azkia ingin menangis….”
“ Non tidak perlu berpura – pura kuat didepan bibi….”, ucap bik Surti langsung memeluk tubuh kurus Azkia dengan erat.
Azkia kembali menangis sesenggukan dalam dekapan bik Surti. Rasanya sesak dan sangat menakutkan membayangkan sang papa pergi meninggalkannya untuk selama – lamanya.
Dia masih belum siap untuk kehilangan papanya sekarang.
Meski umur tidak ada yang tahu, tapi setidaknya dia masih ingin melihat lelaki yang merawatnya dengan penuh kasih sayang setelah sang mama meninggal tersebut bahagia.
“ Jangan pernah menyalahkan diri sendiri….”
“ Tak ada yang menyangka jika non Azkia akan menikah dengan lelaki kejam dan tuan mengetahuinya sehingga membuat kondisinya menjadi drop seperti sekarang…..”
“ Yang bisa non Azkia lakukan sekarang adalah pasrah dan berdoa untuk kesembuhan tuan….”, ucap bik Surti bijaksana.
Mendengar ucapan bik Surti, air mata Azkia jatuh bercucuran dengan perasaan yang semakin hancur berantakan.
Tanpa keduanya ketahui, dari balik pintu ruangan yang Azkia gunakan untuk beristirahat ada sosok Ardan yang sudah menyimak semua percakapan istrinya tersebut dengan bik Surti dalam diam.
Ardan yang tadinya hendak menyusul Azkia didalam kamarnya dikejutkan oleh terkaparnya dua bodyguard Faisal didepan ruang rawat istrinya tersebut sementara didalam dia hanya melihat sang bunda tertidur meringkuk diatas sofa.
Tak ingin mengganggu waktu istirahat sang bunda, Ardanpun berusaha menyusl Azkia yang dia yakini berada didepan ruang rawat Ronan.
Belum juga kaki Ardan sampai diruang rawat mertuanya langkah kakinya dihentikan oleh seseorang perawat yang mengenalnya dan mengatakan jika Azkia baru saja jatuh pingsan dan sekarang berada di sebuah ruangan yang tak jauh dari tempat Ronan dirawat.
Dengan panik Ardan segera berlalu menuju ruangan yang perawat tadi sebut dengan perasaan campur aduk.
Dia sendiri tak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya. Sejak tadi pikirannya kacau setelah melihat tatapan penuh kebencian dari sorot mata sang istri.
Dan sekarang, Ardan yang tak sengaja mencuri dengar percakapan sang istri dan pembantunya dibuat merasa bersalah sekaligus geram.
Meski dia menggunakan Meysa untuk menyakiti perasaan istrinya, namun lelaki itu sama sekali tak ada niat untuk menikahi mantan kekasihnya itu karena perasaan untuk wanita tersebut tak bisa lagi dia bangkitkan.
Dan sekarang, papi Meysa malah datang mencampuri urusan rumah tangganya dengan meminta restu mertuanya agar membiarkan Ardan menikahi anaknya tentu membuat hati Ardan menjadi kesal dan serba salah.
Meski dia sering mengancam akan membuat Ronan mati ketika sang istri berusaha memberontak kepadanya, namun semua ucapannya itu hanyalah gertakan semata.
Dalam hati tak ada niat sedikitpun untuk membuat kondisi Ronan menjadi buruk seperti ini karena lelaki itu sama sekali tak memiliki salah kepadanya.
“ Oh Tuhan….”
“ Apakah aksi balas dendamku ini salah….”
“ Kenapa semua menjadi rumit dan kacau seperti ini….”, batin Ardan penuh sesal.
Entah kenapa hati kecilnya merasa tercubit mendengar percakapan tadi dan ada sedikit rasa sesal yang mulai melanda dalam hatinya.
Rasa dendam dalam hatinya perlahan mulai terkikis waktu dia melihat tubuh rapuh mertuanya yang terbaring dengan berbagai macam alat yang menempel dibadannya.
Dia seakan menjadi seorang pembunuh jika sampai Ronan meninggal setelah mengetahui fakta kekerasan yang menimpah putri semata wayangnya serta perselingkuhan yang sengaja dia ciptakan untuk menyakiti hati istrinya.
seharusnya apa yang dialaminya harus diceritakan sama orang terdekatnya. kalau masalah Ayah nya
seandainya pun terjadi yang paling buruk sekalipun itu adalah takdir dari Tuhan.. akhirnya dia menderita sendiri semoga aja tidak gila.
hanya ini lah anak satu satu nya harapan orang tua
sedingin apa balok es itu pasti akan meleleh...
Bikin ardan se bucin2nya thor..