Cinta memang seperti teka-teki, tak ada yang tahu dengan siapa kita bersama pada akhirnya.
Seperti Rian, ia sudah berjuang sedemikian rupa demi Salsha. Namun, jika bukan jodoh bisa apa?
Penasaran dengan kisah cinta Rian? yuk baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhea Novita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perpisahan
Rian terdiam seketika, tidak mendengarkan ucapan Yosie yang terus menerus melontarkan perdebatan. Pesan yang ia baca dari Salsha membuat moodnya semakin berantakan. Rian sebenarnya sudah menebak pesan ini akan ia dapatkan dari Salsha, ia juga sudah menyiapkan diri dari semalam namun rupanya tetap saja ia merasa sakit dan sesak membayangkan ucapan Salsha yang akan berpamitan pergi. "Woy, kenapa sih?" tanya Yosie yang bingung dengan perubahan sikap Rian yang begitu tiba-tiba.
Rian hanya menggelengkan kepalanya pelan, ia kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku dan melanjutkan kegiatannya menyalin tugas milik Yosie. "Udah ah jangan ganggu gue, kapan selesainya nih tugas," ucap Rian sambil mengibaskan tangannya pada Yosie agar tidak mengganggunya terlebih dahulu. Hampir saja mood Rian membaik, namun hanya 1 pesan yang tadi ia baca membuat semuanya kembali runyam.
"Ah nggak asik Lo, patah hati sampe BT ke sekolah," gerutu Yosie. "Gue ganggu si Iqbal aja ah," ujarnya sambil berdiri dari duduk, meninggalkan Rian seorang diri.
***
Salsha menghembuskan nafasnya dengan berat, pesan yang baru saja ia kirimkan sudah di baca oleh Rian, namun sampai saat ini belum ada tanda-tanda Rian akan membalasnya, tidak ada tulisan mengetik dalam bar notifikasi. "Rian kenapa ya?" gumam Salsha pelan. Rasanya ada banyak perubahan pada sikap Rian dalam waktu satu hari dari malam kemarin.
Sambil mengamati Bima yang sedang bermain, Salsha sesekali melihat ponselnya. "Bim, kita pamitan dulu sama Tante Yuri yuk," ujar Salsha seraya mengambil Bima yang sedang asik dengan bola mainan dalam keadaan merangkak.
Setelah memikirkan semuanya semalaman, Salsha sudah mengambil keputusan yang menurutnya terbaik untuk Bima, bagaimana pun saat Bima besar nanti ia akan membutuhkan sosok Ayah kandungnya sendiri. Hidup Salsha sudah hancur namun setidaknya hidup Bima akan jauh lebih baik dan semuanya akan terjamin bersama Fahmi.
Perdebatan batin yang paling berat adalah saat keraguan Salsha memikirkan Rian, ia masih belum bisa merangkai kata perpisahan untuk Rian, mulutnya pun sepertinya tidak akan bisa mengucap satu katapun nanti di depan Rian.
Salsha keluar dari rumahnya dan kebetulan Yuri ada di luar rumah sedang menurunkan barang-barang online shop yang akan ia jual di live sosial media. "Eh Sal, barang numpuk lagi nih, sore ini mau ikut live?" tanya Yuri sangat bersemangat. "Nanti gue traktir juga baso deh," lanjut Yuri sambil terkekeh.
"Nggak dulu Yu, sekarang mau beres-beres dulu, aku mau pindah," jawab Salsha membuat Yuri yang awalnya bersemangat membereskan barang online shop-nya langsung berhenti dan menatap Salsha tak percaya.
Yuri berjalan mendekati Salsha dan melihat keduanya dengan raut wajah sedih. "Pindah kemana? Ih kok tiba-tiba sih Sal?" ujarnya sedih.
"Bapaknya Bima udah balik, dia ngajak gue ke luar kota, lagian di sini juga orangtua gue nggak perduli sama sekali Yu."
Yuri semakin cemberut, ia mengambil Bima dari pelukan Salsha. "Tapi kan bokap Lo mulai buka hati buat maafin Lo, terus Rian gimana? dia udah tau?" tanya Yuri.
Salsha menggelengkan kepalanya pelan. "Justru itu yang paling berat Yu, gue bingung juga mau ngasih tau Rian gimana, sore ini gue nyuruh Rian ke sini dan gue mau pamitan sama dia," jelas Salsha.
"Ah gue kok sedih banget ya, gue udah sayang banget sama Bima, kalo kalian nggak ada."
