Ayra yang cerdas, pemberani dan sekaligus pembangkang, ingin sekali menentang wasiat ayahnya yang bertujuan menjodohkannya dengan putra sahabat baiknya, tapi berhubung orang yang meminta nya adalah sang ayah yang sudah sekarat, Arya tidak bisa menolak.
Sial, di hari pernikahannya, calon mempelai pria justru kabur meninggalkannya, hingga terpaksa digantikan oleh calon adik iparnya, yang bengis, dingin dan tidak punya hati.
Seolah belum cukup menderita, Ayra harus tinggal satu atap dengan mertuanya yang jahat jelmaan monster, yang terus menyiksa dirinya, membuatnya menderita, tapi di depan orang lain akan bersikap lembut pada Ayra agar tetap dianggap mertua baik. Hingga suatu hari, sang mertua yang memang tidak menyukai keberadaan Ayra, mengingat kalau gadis itu adalah putri dari mantan suaminya, meminta putranya untuk menikah dengan wanita lain yang tidak lain adalah mantan kekasih putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.angela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semakin Terpikat
Hari ini Ayra mulai kursus. Dia begitu bersemangat memulainya.
"Aku akan mengantarmu," ucap Dewa dan Egi bersamaan saat mereka sarapan bersama. Sontak membuat semua penghuni meja makan itu melempar tatapan penuh tanya pada Ayra.
Sementara kakak beradik itu saling menatap tajam penuh benci karena merasa ikut campur terhadap urusan mereka masing-masing.
Dito yang melihat hal itu kini hanya bisa mengulum senyum, sementara Maya sama sekali tidak senang atas apa dilakukan putranya. Hal itu semakin membuat Maya merasa khawatir kalau apa yang dia takutkan akan menjadi kenyataan.
Dia harus segera bertindak cepat, memisahkan Dewa dan Ayra. "Biar saja Dewa yang mengantar istinya," putus Dito memandang Egi, sengaja menggunakan kata istri agar memperjelas status Ayra yang sudah tidak sendiri lagi.
Egi menatap kesal pada ayahnya, menganggap kalau Dito sengaja menjauhkan Ayra dari nya.
Sepanjang perjalanan, keduanya hanya diam, tidak tahu harus berkata apa untuk mencairkan suasana. Padahal sejak tadi Dewa sudah berpikir keras, tapi tetap saja, tidak mendapatkan topik yang pas untuk di bahas.
Sampai di tempat tujuan, keduanya hanya diam, larut dalam pikirannya masing-masing. "Sudah sampai," ucap Ayra pelan. Kikuk dan jantungnya berdetak kencang, hingga otaknya blank harus mengatakan apa pada Dewa.
"Iya. Kamu semangat ya, belajarnya," ucap Dewa yang merasa geli dengan cara bicaranya sendiri. Baru kali ini dia berkata lembut pada seorang wanita.
Ayra mengangguk, lalu buru-buru membuka pintu. Namun, sebelum benar-benar turun dari mobil, Ayra kembali menoleh pada Dewa. "Terima kasih karena sudah mengantarku," ucap Ayra tersenyum malu, pipinya terasa panas hanya karena tatapan pria itu.
"I-Iya," jawab Dewa gagap. "Ay...," panggilnya lagi saat Ayra bersiap menutup pintu mobil. "Pulang nanti, aku jemput, ya?"
Oh, Neptunus! Harus bagaimana lagi debar jantungnya bertalu? Setiap pria itu mengatakan sesuatu, Ayra tidak kuasa untuk tak terpesona pada Dewa. Kembali Ayra hanya bisa mengangguk, lalu kali ini benar-benar masuk ke tempat kursusnya.
"Apa mungkin aku sudah jatuh cinta sama Dewa?" batinnya menggigit bibir bawahnya pelan. Pikiran itu segera tersita oleh masuknya seorang pengajar yang ternyata adalah chefs terkenal sering wara-wiri di televisi.
Kebetulan sekali, Ayra juga begitu kagum pada chefs itu hingga merasa beruntung sudah memilih tempat itu untuk kursus memasak.
10 menit digunakan oleh sang pengajar untuk memperkenalkan dirinya, lalu mereka mulai masuk ke dalam pelajaran. kali ini, pengembangan teori, lalu setelah selesai, mungkin chef itu akan membuat demo masak untuk mereka lihat.
Hari ini, Ayra benar-benar bersenang-senang dengan teman-teman kursusnya dan juga tenaga pengajar. Fasilitas yang digunakan juga yang terbaik, dari gedung, ruang kelas dan juga bahan untuk praktek. Tidak heran, karena Dito memang memilih yang terbaik dan termahal untuk kenyamanan Ayra.
"Kau pulang dengan siapa? Bareng aja, yuk?" ajak Kamsamida pada Ayra.
"Makasih Kam, tapi aku udah ada yang jemput," jawab Ayra menolak lembut. Bicara dengan Kamsamida sangat nyaman, dan dia gadis yang lucu dah memilih rasa humor yang tinggi.
"Oke deh, sampai jumpa besok," ucap Kamsamida melambai dan Ayra pun membalas dengan lambaian.
Dengan sabar Ayra menunggu Dewa datang menjemputnya. Memikirkan akan berduaan dengan Dewa di dalam mobil, membaut Ayra merinding.
"Aku pasti sudah gila. Ini sudah berlebihan dengan terus membayangkan Dewa bersamanya.
Asyik dengan pikirannya, Ayra baru menyadari kalau dia sudah lama menunggu kedatangan pria itu, tapi tetap tidak muncul juga.
Ayra melirik ke kiri dan ke kanan, tempat itu sudah sepi, orang-orang sudah pada pulang. Diliriknya jam dipergelangan tangannya, sudah lewat pukul 06.00 sore dan sosok Dewa belum juga muncul di hadapannya.
Ayra meraba-raba, bagaimana dengan nasibnya, untuk pulang ke rumah, dia tidak tahu rutenya dan apa nama jalan perumahan mertuanya itu, lagi pula dia sudah tidak punya ponsel lagi, baik yang lama atau yang baru sudah diambil oleh Maya saat itu dan belum juga dikembalikan.
Dia hanya bisa pasrah, hanya bisa bersabar menunggu kedatang Dewa untuk membawanya pulang.
"Wa, kamu kemana, sih? Katanya mau jemput aku pulang," ucap Ayra menggerutu. Beberapa orang lewat menatapnya dengan pandangan curiga, tapi Ayra mencoba tidak peduli.
Hari semakin gelap, dan gerimis pun turun. Ayra semakin takut kalau sampai dia harus bermalam di sini.
Di tengah rasa takutnya, seseorang muncul, mengentikan mobilnya tepat di depan Ayra.
"Kamu gak papa?" tanya Egi yang bergegas turun dari mobil dan menghampiri Ayra yang sudah mulai menangis di tengah gerimis.
Melihat Egi perasaan lega muncul di hati Ayra, tapi hal itu justru membuat gadis itu menangis menutup wajahnya. Mimpi buruknya sudah berakhir setelah kedatangan Egi. Tangisan Ayra semakin kencang, hingga Egi yang sudah mengambil tempat di samping Ayra, merangkul gadis itu.
"Sudah, Ay, jangan nangis lagi. Ada aku di sini. Kita masuk mobil yuk, hujan makin deras," ucap Dewa membantu Ayra bangkit dari duduknya.
Setelah dalam mobil, Egi mengambil persediaan handuk bersih dari kantong plastik laundry nya.
Tanpa segan membantu Ayra yang masih menangis walau tidak bersuara lagi mengeringkan rambut gadis itu.
"Te- Terima kasih karena sudah menjemput ku, Gi," ucapnya terbata. Dia tidak tahu akan bagaimana nasibnya kalau Egi tidak datang.
Dalam perjalan Ayra menutup mulutnya, dia tidak ingin mengatakan apapun. Dia salah sudah mempercayai seseorang.
Mobil berhenti di garasi rumah mereka. Ayra membuka seatbelt nya, lalu memutar tubuhnya sedikit menghadap Egi.
"Terima kasih karena sudah menjemput ku. Tapi bagaimana kau tahu kalau aku belum pulang?" tanya Ayra penasaran. Orang yang sudah berjanji datang justru tidak muncul.
"Aku sempat pulang ke rumah, dan menanyakan perihal dirinya pada Bi Ijah, katanya kau belum pulang, jadi aku putuskan untuk datang menjemput mu. Harusnya kau hubungi aku, Ay," ucap Egi tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya akan keselamatan Ayra tadi.
Ayra hanya tersenyum. Dia tidak mungkin mengatakan kalau dirinya tidak punya ponsel, dia mengenal Egi, pria itu pasti langsung membelikannya, dan Ayra tidak menyukai hal itu.
"Sekali lagi terima kasih, Gi," ucap Ayra turun dari dalam mobil.
Saat masuk ke kamarnya, dia tidak mendapati Dewa di sana. Lalu Ayra segera membersihkan dirinya.
"Bi Ijah, sejak pagi, Dewa belum pulang?" tanya Ayra basa-basi. Dia ingin mengetahui apa alasan pria itu melupakan janjinya. Apa mungkin ada pekerjaan di kantor yang tidak bisa dia tinggalkan? kalau memang hal itu yang menjadi alasan, mungkin Ayra bisa memakluminya.
"Sudah, Neng. Jam lima sore den Dewa pulang, lalu setelah pergi bersama gadis yang sejak siang menjadi tamu nyonya Maya. Bibi juga gak tahu perginya kemana," terang Bi Ijah yang semakin membuat dada Ayra terbakar amarah.
salah kamar thor 🥰🥰🥰🥰
sebenarnya semua terjadi karena kurang ilmu agama menurutku.
ayra terlalu larut dg masa lalunya
dan Egi ...TDK berterus terang.
terjadilah peristiwa itu....
mungkin jodoh ay Ra sama dewa dan Egi dgn Fina.
keadaan lah yg membuatnya seperti itu.
terimakasih akibatnya
tanyakan pada dirimu ayra......
mungkin ini jodohmu.
terimakasih atas tidak terima
harus nurut PD suami.
kecuali kdrt.
4 bukan waktu yg sebentar BG seorang laki laki.
kalau dia selingkuh itu wajar
istrinya terlalu terjebak masa lalu.
kurang suka dg ayra karakternya.
jangan egois ayra ....
jalani aja biar waktu yg bicara
cinta TDK harus memiliki.
kalau bersama dewa ,Maya TDK menyukainya...
nanti timbul lagi masalah baru.
kalau dgn Egi...cinta Egi seluas samudra,ditonta baik.
kalau menurutku..
lebih baik dicintai....daripada mencintai...
kalau dapat dua duanya.
mencintai dan dicintai.
Krn ayra tidak mencintainya