Warnin!!!
Akan jadi baper bacanya ya..😊😊
Ethan Albert Wijaya adalah laki-laki berwajah tampan dan dingin. Riana Dwi Puspita seorang sekretaris yang di pekerjakan jadi asisten pribadi Ehtan, anak bosnya Wijaya Kusuma.
Di samping untuk meneruskan perusahaannya, pak Wijaya juga menyelidiki pacar Ethan dan sahabatnya yang di duga punya hubungan khusus di belakang Ethan.
Mampukah Riana menaklukkan bosnya itu? Bagaimana bisa Riana menyebut Ethan adalah dispenser berjalan? Apakah mereka akan saling jatuh cinta?
Cuuus, kepoin ceritanya ya ....😉😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Meminta Maaf
Riana diam saja di depan meja kerjanya. Dia melamun, memikirkan kenapa bisa berkas itu terbawa pada berkas-berkas tadi.
"Padahal aku sudah cek semua, apa itu akal-akalan pak Ethan saja ya kalau berkas itu ada di meja dengan berkas lain. Agar aku di marahi lagi sama dia? Dia kan sudah lama tidak marah-marah sama aku." ucap Riana pada diri sendiri.
"Mbak Riana?" sapa seorang OB bernama Ucup.
"Eh, bang Ucup. Ada apa bang?" tanya Riana.
"Mbak Riana melamun ya?" tanya Ucup.
"Ngga bang. Lagi mikir kenapa pak Ethan jadi lain." kata Riana.
"Lain gimana mbak?" tanya Ucup lagi.
'Sudahlah, jangan ikut memikirkan. Pusing! Bang Ucup mau apa kemari?" tanya Riana.
"Heheh, mau tanya aja. Apa mbak Riana mau di pesankan makan sian?" tanya Ucup.
"Boleh. Ketoprak ya bang, yang pedas." kata Riana mengambil uang di tasnya.
"Minumnya mbak?"
"Boba aja, rasa kopi cokelat." jawab Riana.
"Oke mbak."
Ucup menerima uang lima puluh ribu pada Ucup. Dia lalu pergi, dan Riana mengecek ponselnya. Dia memeriksa pesan singkat yang di kirim ibunya di kampung. Riana menarik nafas berat, lalu membalas seperlunya saja.
"Riana, kamu sudah pesan makan siang?" tanya Ethan.
"Apa bapak mau di pesankan makanan?" tanya Riana.
"Ya boleh. Kamu pesan dua porsi, samakan pesanannya." kata Ethan lagi.
"Bapak mua makanan apa?"
"Apa saja, terserah kamu."
Ethan masuk lagi ke dalam ruangannya, membuat Riana kembali bingung. Lalu dia pun memesan makanan melalui aplikasi pesan antar, sesuai apa yang di katakan Ethan. Makanan yang di pesan terserah dia, dan dia memilih sesuai seleranya. Tapi di pastikan Ethan pun menyukainya.
_
Riana bersiap untuk pulang sore ini, dia melihat ke ruangan Ethan belum ada tanda bosnya mau pulanh. Riana pun segera merapikan mejanya, lalu menuju ruangan Ethan. Ingin bertanya apakah dia boleh pulang lebih dulu atau tidak.
Begitu menarik handle pintu, pintu sudah terbuka lebih dulu. Ethan tampak diam menatap Riana.
"Ada apa?" tanya Ethan.
"Ini sudah waktunya pulang pak, apa aku boleh pulang lebih dulu?" tanya Riana.
"Tunggu sebentar, aku ingin kamu buatkan kopi lebih dulu. Dan nanti bawa ke ruanganku." kata Ethan.
"Bapak mau lembur?" tanya Riana.
"Tidak, buatkan saja. Jangan banyak tanya." kata Ethan lagi.
"Baik pak."
Riana pun berbalik dan melangkah menuju pantry, sedangkan Ethan masih berdiri di depan pintu menatap kepergian Riana. Menarik nafas pelan, lalu masuk lagi ke ruangannya.
Meneruskan pekerjaannya yang sebentar lagi selesai. Dia membuat proposal kerja sama baru dan akan dia ajukan pada perusahaan kontraktor yang dia kenal CEOnya, karena perusahaan kontraktor itu milik temannya.
Tak lama, Riana pun masuk ke dalam membawa nampan berisi cangkir kopi. Dia meletakkan cangkir kopi itu di meja depan Ethan.
"Ini kopinya pak, masih panas." kata Riana.
"Ya. Dan kamu duduk di sofa dulu, tunggu aku selesai mengerjakan ini." kata Ethan.
"Baik pak."
Riana pun menuju sofa dan duduk sesuai perintah bosnya. Dia mengeluarkan ponselnya dari kantong blazernya dan memainkannya. Sembari menunggu Ethan selesai bekerja. Entah dia mengerjakan apa, pikir Riana. Tapi Riana pun menunggu dengan sabar.
Satu jam sudah, Ethan masih belum selesai. Riana melirik jamnya dan melihat ke bosnya masih berkutat di depan laptopnya. Riana mulai gelisah, dia ingin cepat pulang tapi bosnya menyuruh menunggu dulu.
Dia pikir tidak akan lama menunggu, tapi sudah satu jam lebih masih saja belum selesai.
"Pak, apa saya ..."
"Sudah, ayo kita pulang." kata Ethan.
Riana diam, dia pun bangkit dari duduknya. Menunggu Ethan mengambil jas dan tasnya. Kemudian dia berjalan di belakang Ethan ketika Ethan melangkah keluar.
Tidak ada pembicaraan, mereka masuk dalam lift. Riana merasa kaku sendiri karena sejak tadi Ethan hanya diam saja. Lift berhenti di lantai dasar kemudian mereka keluar.
Riana masih diam, dia tidak memulai pembicaraan lebih dulu. Mereka pun masuk dalam mobil, dan Riana merasa aneh sekali dengan sang bos.
"Apa, pak Ethan baik-baik saja?" tanya Riana yang sudah tidak tahan dengan sikap dingin Ethan itu.
"Ya, aku baik." jawab Ethan.
"Tapi, sepertinya hari ini sedang ada masalah atau sesuatu yang di pendam." kata Riana lagi.
"Kita makan malam di luar, kamu mau makan di restoran mana?" tanya Ethan tanpa mengindahkan ucapan Riana.
"Eh, tapi anda itu belum jawab pertanyaanku pak."
"Kamu jawab dulu, mau makan di mana?" tanya Ethan.
"Terserah bapak saja!" ucap Riana.
"Ck, di ajak makan gratis malah jawabnya ketus. Ya udah, kita makan di pinggir jalan saja. Lebih seru kayaknya." kata Ethan.
Suasana yang di rasakan Riana berbeda malam ini, tidak seperti waktu tadi pagi. Ethan sangat dingin dan bossy, tapi sekarang?
"Maafkan aku Riana." kata Ethan tanpa memandang Riana.
Riana diam, dia menoleh ke arah bosnya masih mode santai.
"Maaf untuk apa?" tanya Riana.
"Kemarin aku marah-marah sama kamu, dan tidak mempedulikan ucapanmu. Entahlah, waktu itu sedang kacau." kata Ethan.
"Kacau? Apa karena pacar bapak?" tanya Riana.
"Ya, dan sekarang bukan pacarku lagi. Aku sudah putus dengan pacar buleku itu, dia selingkuh dengan sahabatku sendiri." kata Ethan lagi.
Dia bercerita pada Riana tanpa beban, rasanya meluncur begitu saja ceritanya pada Riana. Membuat Riana diam dan hanya mendengarkan saja. Ternyata, apa yang dia katakan pada Ethan tentang pacar dan sahabatnya itu benar adanya. Itu hanya ucapan meluncur begitu saja, karena kesal Ethan tidak profesional dalam bekerja dan tanggung jawab.
"Terima kasih kamu mengingatkan tentang pekerjaan. Ya, meski teori dan prinsipmu dalam hidup mempunyai pacar itu ribet tidak selalu benar. Kurasa saat ini memang tidak baik punya pacar." kata Ethan.
"Tapi itu pendapatku saja pak, karena aku sering mendengar wanita bekerja lebih sukses jika tidak bergantung dan memikirkan pacar. Kurasa laki-laki juga sama, tapi yang kulihat ternyata pak Ethan berbeda." kata Riana.
"Apa yang berbeda?"
"Ya, tidak profesioal dalam bekerja dan terlalu mementingkan pacar." kata Riana.
"Apa yang kamu katakan itu tidak tepat Riana, tapi aku tetap minta maaf sama kamu dan terima kasih." kata Ethan.
Dia tersenyum dan menatap Riana. Riana pun membalas tatapan Ethan, dia terkesima dengan senyuman Ethan itu. Pandangannya beralih ke depan lagi, dia takut akan lebih lama terpesona dari bosnya itu.
_
_
*******************
makasih Thor 🙏
terus berkarya 👌
semangat 👌
tapi apakah Bu naimah tau ya klo suaminya menikah lagi🤔
bisa salah paham ibumu Riana🤦
terima resiko 🤦😁😁