Andah, adalah mahasiswi yang bekerja menjadi penari striptis. Meskipun ia bekerja di hingar bingar dan liarnya malam, tetapi dia selalu menjaga kesucian diri.
Sepulang bekerja sebagai penari striptis.Andah menemukan seorang pria tergeletak bersimbah darah.
Andah pun mengantarkannya ke rumah sakit, dan memaksa Andah meminjam uang yang banyak kepada mucikari tempat dia menari.
Suatu kesalahpahaman membuat Andah terpaksa menikah dengan Ojan (pria amnesia yang ditemukannya) membawa drama indah yang terus membuat hubungan mereka jadi semakin rumit.
Bagaimana kisahnya selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CovieVy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Keluarga Abraham
"Bagaimana? Apa kata Polisi terhadap pencarian Geon?" tanya Lenanda kepada Jonathan yang baru saja sampai di rumah Lenanda.
Tadi Jonathan berkata akan mencari informasi terbaru tentang Geon, saudara tirinya.
"Belum, kata mereka belum ada berita apa pun tentang dia."
Lenanda menghela nafas yang panjang. Melihat hal demikian membuat Jonathan tersenyum tipis.
Dia teringat setelah berkata akan mencari informasi tentang Geon, Jonathan hanya terduduk santai pada sebuah kafe menyeruput kopi tanpa gula yang biasa diminumnya.
Ponsel Jonathan bergetar, ada panggilan dari Bram. Bram adalah sekretaris sekaligus tangan kanan Geon. Setelah Geon berhasil disingkirkannya, Bram dipindahkan ke divisi lain.
Namun, Jonathan mendapat kabar bahwa Bram sedang menyelidiki keberadaan Geon, Boss kesayangannya.
'Sepertinya, dia mendapat informasi yang baru,' batin Jonathan.
"Ada apa Nathan? Kenapa panggilan Mas Bram kamu tutup?" Lenanda sangat mengenal Bram, mereka sering bertemu saat Geon masih ada.
"Ooh, mungkin masalah pekerjaan. Kamu jangan terlalu memikirkannya!"
Jonathan pura-pura membuka ponselnya. Padahal sudut matanya sedang mengawasi raut Lenanda yang terlihat heran dan bingung.
"Kamu sudah makan?"
Raut Lenanda menjadi lebih lunak, dia menggelengkan kepala dengan lemah.
"Ayo, kamu makan dulu. Nanti kamu bisa sakit, jika terus begini. Semakin hari, kamu terlihat semakin kurus."
Lenanda menghela nafasnya kembali. "Entah kenapa, hatiku merasa sepi. Aku tak tahu, apa yang terjadi. Aku bagai kehilangan cinta sejati yang belasan tahun telah bersemayam di hatiku."
Jonathan mengangkat dagunya, memikirkan makna setiap ucapan yang keluar dari mulut Lenanda, gadis pujaannya.
"Apa yang kamu pikirkan? Apa kamu benar-benar tidak tahu atau hanya pura-pura tidak tahu? Masih ada orang yang benar-benar tulus mencintaimu."
Lenanda tersenyum kecut mendengar ucapan Jonathan. Dia menggelengkan kepala dengan teguh.
"Aku tak akan tahu, tak pernah tahu, dan tak akan mau tahu akan siapa pun orang selain Geon. Yang jelas, aku hanya ada untuk Geon. Hanya aku yang benar-benar mengerti dan memahami dirinya di dunia ini."
Jonathan menatap panjang kepada Lenanda. "Aku harap kamu bisa memikirkan apa yang kamu katakan barusan. Jika seandainya Geon sudah pergi untuk selamanya tanpa sepengetahuan kita, kamu mau bagaimana?"
"Apa kamu masih akan tetap menunggu dan mencarinya hingga dia bereinkarnasi menjadi Geon baru di dunia ini?" Jonathan menatap dalam pada netra Lenanda.
"Kamu ini ngomong apa sih? Bagaimana pun, jika Geon pergi, aku akan menyusul untuk ikut bersamanya. Meskipun dia meunggu di neraka sekalipun, maka aku akan menyusul dia ke alam sana." Volume suara Lenanda semakin lama terdengar semakin kecil.
Jonathan menyandarkan diri duduk pada sandaran kursi di ruang tamu di rumah Lenanda. Dia menyilangkan kaki naik ke paha, menggoyangkan kaki yang berada di atas paha, memperhatikan semua gerak gerik Lenanda dalam diamnya.
Lenanda tengah membuka album foto yang ada pada ponselnya. Melihat kenangan saat berfoto bersama dirinya.
Bayangan pria yang begitu mirip dengan Geon, kembali terlintas. "Geon? Kenapa mereka terlihat begitu mirip? Aku mulai ragu dengan perasaannya padaku. Kenapa dia malah menghilang setelah acara pertunangan kami?"
"Apa maksudmu?" tanya Jonathan.
"Seperti yang aku katakan, aku sangat merindukan dia. Hingga aku menyangka, semua orang yang aku lihat, menjadi mirip dengannya." Lenanda menggaruk kepalanya secara kasar menggunakan kedua tangannya.
"Sepertinya aku sudah gila." Lenanda berjalan mondar-mandir mulai panik.
Melihat tingkah Lenanda yang seperti itu, akhirnya Jonathan merasa geram. Dia bangkit dan memeluk Lenanda.
"Tenang lah, semua kejadian ini pasti akan menemukan titik terangnya."
Lenanda tersentak karena perlakuan tiba-tiba dari Jonathan. Dia mendorong tubuh Jonathan.
"Apa yang kamu lakukan? Aku ini tunangan kakakmu!"
Jonathan tersentak menyadari menyadari sikap refleks yang baru saja ia lakukan. "Iya, aku melakukannya karena kamu adalah tunangan kakakku, makanya aku merasa ingin memelukmu. Agar kamu tahu, aku hadir untuk membantumu."
Lenanda menangkupkan kedua tangannya pada wajahnya. Dia merasa benar-benar telah gila.
Pundaknya kembali bergetar, meski tidak terdengar apa pun yang keluar dari dalam mulutnya. Hanya saja, butiran bening yang mengalir di antara celah jemari di tangannya telah memberikan arti yang dapan disimpulkan oleh Jonathan.
Pria itu kembali memeluk Lenanda. Kali ini dengan senyuman di bibirnya tanpa satu pun yang melihatnya.
Jonathan teringat segala peristiwa yang ia alami beberapa waktu yang lalu. Dimana, seorang Luke Abraham, ayah tirinya yang sangat baik meninggal dunia.
Luke Abraham, meninggal dunia sekitar lima tahun yang lalu. Saat itu juga, dia baru tahu bahwa segala harta yang dimiliki ayah tirinya, tak satu pun jatuh kepada dirinya, dan Anita, ibunya.
Semua harta yang dimiliki oleh Luke Abraham, jatuh kepada Geonino Luke Abraham. Mereka berdua benar-benar marah saat pembacaan hasil keputusan yang ditulis ayah tirinya itu oleh pengacara keluarga Abraham.
Awalnya, mereka berusaha menerima keputusan tersebut dengan lapang dada. Apalagi Geon masih mau menerima dia dan ibunya tinggal di mansion mewah keluarga Abraham.
Namun, semakin lama Anita, ibunya semakin tidak menerima hasil keputusan ayah tirinya tersebut. Meskipun dia hanya lah istri kedua, tetapi usia pernikahannya dengan seorang Luke Abraham telah berusia tujuh tahun.
"Masa kita tidak mendapat sepersen pun? Minimal pria tak tahu diri itu memberikan satu rumah dan mobil mewah kepada kita!"
Jonathan tak bergeming mendengar keluhan sang ibu. Dia hanya memperhatikan apa pun yang dikerjakan ibunya.
"Kenapa harus kepada anak kurang ajar itu? Dia memang memperbolehkan kita tinggal di sini, tetapi semua perlakuan yang ia lakukan bertolak belakang denga segala apa yang diucapkannya."
Geon tidak pernah membatasi segala fasilitas yang didapatkan oleh Anita dan Jonathan. Ia memang mempersilakan kedua orang itu menggunakan fasiltas mobil dan segala yang mereka dapat kala Luke Abraham masih hidup.
Hanya saja, tentu tidak akan sama ketika sang kepala keluarga masih hidup. Geoh membatasi fasilitas keuangan yang biasa merek terima tanpa batas.
Biasanya, Anita bisa membeli apa pun yang ia mau. Kali ini, ia sengaja mengajak semua anggota sosialita untuk berbelanja pakaian.
"Ayo, silakan pilih apa pun yang kalian inginkan! Semua belanjaan kalian, akan kubayar."
Semua teman sosialitanya memilih pakaian-pakaian mewah yang mahal. Hingga sampai lah pada proses pembayaran.
Anita menyerahkan kartu kredit yang biasanya ia gunakan, berwarna hitam, kepada kasir. Beberapa saat ketika kasir menggeser pada alat pembayaran elektronik, kasir tersebut mengerutkan keningnya.
"Maaf, Bu. Kartu yang ini tidak bisa digunakan."
Anita mengerutkan keningnya juga. "Masa sih tidak bisa digunakan? Padahal awal bulan saya masih bisa menggunakannya."
Anggota sosialitanya, mulai berbisik di belakangnya.
takut lo brkl bpkmu smpe dipecat???