Apakah masih ada cinta sejati di dunia ini?
Mengingat hidup itu tak cuma butuh modal cinta saja. Tapi juga butuh harta.
Lalu apa jadinya, jika ternyata harta justru mengalahkan rasa cinta yang telah dibangun cukup lama?
Memilih bertahan atau berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ipah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Drama pagi
Akhirnya demi menjaga harkat martabat dan derajat, Doni dan ibunya sepakat untuk tidak memberitahu pada Siska soal tidak punya uang. Karena justru menanggung hutang setelah acara pernikahan itu.
Pasangan ibu dan anak itu gengsi mengakui pada Siska jika sebenarnya tidak memiliki apa-apa.
Karena rasa capek yang melanda, mereka segera pergi ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
Pasangan suami-istri yang baru saja halal tadi pagi, sudah tidak sabar untuk melakukan malam pertama.
Sebenarnya itu hanya sebutan saja. Mengingat keduanya telah melakukan kredit malam pertama saat dulu Doni mengantarkan Siska pulang ke kosannya.
Doni bersikap mesra pada Siska, dengan memeluknya dari belakang. Wanita itu tampak tersenyum genit, dan sebelah tangannya mulai meraba perut Doni.
Wanita itu terus saja beraksi, sehingga membuat suaminya semakin tak sabar untuk tancap gas.
Hampir dua jam, mereka melakukan olahraga gulat di atas tempat tidurnya. Doni benar-benar merasa terpuaskan oleh pelayanan Siska yang sangat maksimal.
Keduanya pun akhirnya terlelap tidur, dengan posisi yang tidak beraturan sama sekali.
Sementara Bu Mirna yang berada di kamarnya, justru tidak bisa tidur. Karena harus mendengar suara aneh yang muncul dari kamar anaknya.
"Huh, besok aku harus bilang pada Doni. Agar kamarnya di beri peredam suara. Kalau mereka melakukan hal itu setiap malam, bisa-bisa aku insomnia. Terus mataku keluar mata panda nya. Ah, itu semakin membuat ku terlihat tua. Padahal aku kan pengen awet muda." gerutu Bu Mirna, lalu menutup telinganya dengan bantal. Agar tidak lagi mendengar suara itu, dan bisa terlelap tidur.
**
Sinar matahari perlahan memasuki kamar Doni, melalui tirai jendela yang memang cukup tipis. Namun hal itu tak membuat pasangan pengantin terbangun.
Sementara Bu Mirna juga terlihat masih nyenyak, karena jam 2 dini hari, ia baru bisa tidur.
Hingga menjelang waktu Dhuhur, Bu Mirna menggeliat bangun. Setelah mengucek matanya, ia melihat jam yang menempel di dinding. Yang memperlihatkan pukul sebelas siang.
Kruyuk....Kruyuk
"Aduh, bangun tidur perut sudah bunyi saja sih." ucapnya sambil memegang perut.
"Pasti Siska sudah masak. Biasanya menantu itu selalu rajin bangun pagi. Agar tidak dimarahi oleh mertua dan suaminya." desisnya sambil mengikat rambutnya, lalu berjalan menuju dapur untuk mencari makanan.
"Hah, kosong." serunya ketika membuka tudung saji, dan tidak menemukan apapun disana. Ia pun berjalan menuju kulkas. Matanya tampak awas menyapu ke setiap sudut dalam kulkas.
"Cuma ada telor dan daun bawang saja." gumamnya lagi.
"Dasar tuh tetangga, makanan sisa catering ku di embat, di bawa pulang semua. Ngga mikir harus menyisakan makanan untuk tuan rumahnya. Kalau begini caranya, aku kan capek harus masak dulu. Padahal perut sudah keroncongan dari tadi." gerutunya.
Bu Mirna membuka lemari nakas, dan melihat mie instan. Akhirnya mau tak mau karena di dorong rasa lapar, ia pun memasak mie instan goreng dan menggoreng telur.
Sementara itu, di dalam kamar Doni. Hawa yang mulai terasa gerah, membuat pasangan suami-istri itu menggeliat dengan malas, sambil mengucek matanya.
Keduanya serentak merentangkan kedua tangannya, lalu menguap lebar.
"Ih, bau mulut mu mas." celetuk Siska sambil menutup hidungnya. Namun Doni hanya meringis.
Kruyuk....Kruyuk
Tiba-tiba perut mereka berbunyi bersamaan. Keduanya pun tergelak karena mendengar hal itu.
"Sudah siang, pasti ibu sudah masak. Ayo kita sarapan dulu. Habis itu mandi, lalu main kuda-kudaan lagi." kekeh Doni diujung kalimatnya.
Keduanya bangkit dari duduknya, lalu berjalan menuju dapur. Tanpa di suruh Siska menggamit mesra lengan tangan suaminya, meskipun bau asem.
Doni dan Siska langsung duduk di kursi dan kembali menguap ketika telah sampai dapur.
"Masak apa bu?" tanya Doni ketika melihat ibunya tengah berada di depan kompor mengaduk sesuatu.
"Kalian baru bangun?" Bu Mirna menoleh dan justru bertanya pada keduanya.
Siska dan Doni mengangguk bersamaan yang membuat Bu Mirna membuang nafas kasar.
"Siska, kalau jadi menantu itu, harus bangun pagi, buat sarapan untuk suami dan mertua." ucap Bu Mirna sambil meletakkan piring yang berisi mie goreng dan lengkap dengan toping telur goreng.
"Bagian kita mana bu?" tanya Doni, sambil mencondongkan tubuhnya ke arah piring yang mengeluarkan bau lezat.
"Bikin sendiri dong." balas Bu Mirna sambil menyuap mie goreng itu ke mulutnya.
"Ah, ibu tega banget sih." Doni menghempaskan tubuhnya lagi.
"Kan ada istrimu." Doni tersenyum mendengarkan perkataan ibunya.
"Sayang, bikinin mie goreng kayak punya ibu dong."
"Kita bikin bareng. Enak saja aku di suruh bikin sendiri." jawab Siska malas, sambil beranjak dari duduknya.
"Iya, iya." dengan bersungut-sungut kesal, Doni bangkit dari duduknya.
Pasangan suami-istri itu membuka kulkas dan laci nakas, tapi tidak menemukan apapun juga.
. y.. benar si kata Mahes klo pun hamidun lg kan ada suami yg tanggung jawab,... 😀😀😀
alhmdulilah akhirnya, Doni dan Siska bisa bersatu, nie berkat mbak ipah jg Doni dan Siska menyatu... d tunggu hari bahagianya... 🥰🥰🥰👍👍👍
tebar terus kebaikanmu... Siska, bu Mirna dan Doni syng padamu, apalagi Allah yg menyukai hambanya selalu bersyukur... 😘😘😘😘
nie yg akhirnya d tunggu, masya Allah kamu benar 2 sudah beetaubat nasuha, dan kini kamu bahkan membiayai perobatan bu Mirna dan jg menjaganya... tetaplah istiqomah Siska... 👍👍👍😘😘😘