"Apakah aku dapat memaafkan kesalahannya?"
Seorang wanita cantik bernama Alice, harus berurusan dengan seorang CEO MANGO Corporate, setelah ayahnya mendekam di dalam penjara, karena mobil yang dikendarainya menabrak seorang nenek lanjut usia, yang ternyata adalah nenek dari seorang CEO arogan dan sangat kaya raya di kota London yang bernama Raymond Weil.
Setelah Alice berhasil mengeluarkan ayahnya dari penjara, timbul niat Raymond untuk menikahi Alice, pernikahan yang bisa menjadi alat untuk mendapatkan 50% saham MANGO Corporate milik Nicholas Weil. Raymond sengaja memilih Alice, karena tidak ingin menikahi wanita yang dapat mengekangnya dengan sebuah ikatan pernikahan. Alice yang tak punya pilihan lain karena takut dengan ancaman Raymond pun menerima pinangan pria arogan itu, walau dengan terpaksa.
Pernikahan akhirnya berlangsung dan yang ditakuti Alice benar-benar menjadi kenyataan, perselingkuhan yang terjadi di depan mata kepalanya sendiri, mem
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Pradita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Resepsi Pernikahan part 1
Selamat membaca!
Setelah semua prosesi di gereja selesai, acara beralih ke gedung resepsi yang letaknya berada di belakang gereja, yang dapat ditempuh hanya dengan berjalan kaki, karena memang letaknya tidak terlalu jauh.
Namun, Alex dan Rianti tidak bisa mengikuti acara selanjutnya, mereka pamit dengan memberikan Raymond dan Alice kado pernikahan yang ukurannya lumayan besar. Sama seperti Bryan dan Elvia mereka pun harus segera kembali ke Spanyol, namun berbeda dengan Alex, Bryan memberikan Raymond dua tiket pulang pergi ke Spanyol dan juga voucher hotel yang dapat mereka gunakan untuk bulan madu di hotel bintang 5 di kota Madrid.
🍁🍁🍁
Sinar matahari yang terik menerpa keduanya. Kini Alice melangkah sejajar dengan Raymond menuju gedung resepsi.
"Panas sekali hari ini," keluh Raymond sambil menyeka keringat di dahinya.
"Sepertinya Tuhan mendukung acara kita Tuan Raymond," ujar Alice tersenyum kecil.
Raymond mengacuhkan ucapan Alice, ia mempercepat langkahnya, membuat Alice semakin payah merapatkan langkahnya, Alice akhirnya tertinggal, ia hanya dapat melihat punggung Raymond yang sudah terlebih dulu memasuki gedung resepsi.
"Dasar arogan, dia memang sepertinya susah untuk menghargai perasaan pasangannya," keluh Alice dengan rasa kesalnya sambil menghentakkan kakinya.
Alice melanjutkan langkahnya sendiri di bawah teriknya matahari, yang membuat dahinya mulai berkeringat, namun ia terhenyak saat tiba-tiba keteduhan menaunginya, sebuah payung besar melindunginya dari teriknya matahari.
Alice menoleh ke arah sosok si pemegang payung, dilihatnya sesosok pria yang dikenalnya dengan jas hitam yang di saku kirinya terbenam mawar merah yang cantik.
"Tuan Elliot."
Elliot menyunggingkan senyum di wajahnya menjawab teguran Alice.
"Terima kasih Tuan Elliot, kamu selalu mengerti dan hadir di saat aku membutuhkan."
Elliot tersenyum kecil merespon ucapan Alice.
"Itu sudah kewajiban saya Nona Alice," ucap Elliot sambil meletakkan tangan kiri di dadanya dengan sedikit membungkuk hormat.
Alice tersenyum menatap lekat wajah Elliot.
"Andai Tuan Raymond itu Tuan Elliot, pasti aku akan sangat bahagia, tapi sayang Tuan arogan itu ya Raymond pria yang menyebalkan itu," gerutu Alice dalam hatinya.
Alice akhirnya sampai di depan pintu masuk gedung yang sudah terbuka dengan bentangan karpet merah yang dipijaknya, di kiri dan kanannya terpajang dua foto Alice dan Raymond sebagai penyambut tamu yang hadir.
Elliot mempersilahkan Alice untuk masuk ke dalam sambil menutup payung besarnya. Sementara Elliot tetap berdiri di depan pintu masuk untuk menyambut sejumlah tamu yang khusus di undang oleh Raymond.
Alice meninggalkan Elliot dan memasuki gedung resepsi. Langkahnya langsung tertuju ke atas pelaminan. Terlihat Raymond sudah duduk di pelaminan dengan santai.
Panas tubuhnya seakan menguap karena dinginnya ruangan begitu terasa menyejukkan.
Alice melewati Raymond yang acuh padanya dan duduk di sampingnya.
"Tuan, ingat suatu saat nanti jika aku meninggalkanmu, jangan pernah kamu bersedih atau sampai mengeluarkan sedikit air mata untukku ya," tutur Alice memperingati.
"Tidak usah khawatir, begitu Ayahku menanda tangani perpindahan sahamnya yang 50% kepadaku di depan para notaris, aku tak peduli akan pernikahan ini," ketus Raymond menajamkan matanya menatap Alice.
Alice hanya termangu mendengar ucapan Raymond.
Ia coba menepis kesedihannya yang datang, karena ucapan Raymond begitu menghujam hatinya.
Alice tersenyum tipis kepada Raymond lalu menundukkan kepalanya. Namun tanpa ia sadari air mata menetes membasahi tangannya yang bertaut di pangkuannya.
Tak lama kesedihan Alice pecah saat Nicholas datang mendekatinya dengan menyentuh dagunya untuk mengangkat wajah Alice yang tertunduk.
"Apa yang membuatmu sedih Alice?" tanya Nicholas tersenyum kecil sambil melirik ke arah Raymond, menaruh curiga bahwa kesedihan Alice disebabkan olehnya.
Alice menyeka air mata dengan kedua tangannya.
"Tidak Daddy, aku hanya merasa bahagia, semua ini terlalu megah untukku makanya aku sampai terharu melihatnya," tutur Alice dengan terbata menutupi hal yang sebenarnya.
"Sudah jangan menangis lagi, nikmatilah satu hari ini, berbahagialah, jangan kamu nodai dengan air mata ya sayang!" titah Nicholas menenangkan lalu berlalu untuk duduk di kursi pendamping yang tersedia.
Raymond hanya melirik Alice yang kini sudah terlihat lebih tenang.
"Bagus Alice, terus seperti itu, agar segala yang aku lakukan Ayahku tidak mengetahuinya, dengan terus melindungiku itu akan membuatku leluasa berbuat sesukanya padamu," gumamnya dengan tersenyum tipis.
Tamu-tamu mulai berdatangan dan menaiki pelaminan untuk memberikan selamat kepada keduanya atas pernikahan yang telah dilalui.
Krisna terlihat bersama Kartika sedang menaiki anak tangga pelaminan.
"Selamat ya Ray juga Alice, semoga langgeng terus," ujar Krisna memberi selamat kepada sahabatnya.
Alice tersenyum manis menyapa Krisna dan Kartika.
"Terima kasih ya Kris, sudah mau menyempatkan diri untuk hadir," tutur Raymond sambil melirik wanita yang dibawa Krisna adalah istri pertamanya Kartika.
"Tentu, jangankan London, ke Mesir pun pasti aku datengin kok, tapi sayang, kenapa tiketnya cuma buat sepasang?" kelakar Krisna.
"Iyalah sepasang, kamu kira, aku bikin pesta buat rayain keserakahan kamu apa?" gurau Raymond terkekeh lucu.
Krisna langsung terdiam, ia mengerti dengan arah candaan Raymond, ini mengenai pernikahan keduanya dengan Isna.
Raymond menarik pundak Krisna dan berbisik pelan, "kemana Isna, kenapa tidak kamu ajak juga?"
"Isna terlalu baik untuk dipandang sebelah mata karena statusnya, tapi jika aku membawanya, apa kamu mau pesta pernikahanmu berubah menjadi perang dunia ketiga?" bisik Krisna menjawab pertanyaan Raymond tentang istri keduanya.
Kartika berdehem, menatap sinis ke wajah Raymond, membuat Raymond merasa tak enak sudah membicarakan wanita lain kepada suaminya.
Krisna menyadari sepertinya Kartika mengetahui pembicaraannya dengan Raymond menyangkut Isna, wanita yang kini dibenci olehnya.
Krisna akhirnya pamit kepada Raymond, karena ia melihat antrian sudah semakin mengular, untuk memberikan selamat kepada sepasang pengantin yang sedang berbahagia.
"Oke Ray, sekali lagi selamat ya, semoga secepatnya kalian mendapatkan momongan, jangan ikuti ide gila istrimu, kalau tidak mau mengalami hal yang gila sepertiku," bisik Krisna sambil menepuk bahu kiri Raymond.
Raymond tersedak salivanya sendiri mendengar kata momongan yang keluar dari mulut Krisna, ia tak pernah membayangkan dipikirannya untuk mempunyai keturunan dari rahim Alice.
Raymond hanya tersenyum kecil menjawab ucapan Krisna, ia menyadari sepertinya Krisna dan Kartika sedang mengalami masalah yang besar, semua bisa terlihat dari sikap mereka yang sedikit canggung.
"Alice, jika aku menikah lagi dengan wanita lain seperti Krisna, apa kamu mengizinkan?"
Alice diam termangu.
Kenapa hari pernikahanku ini begitu menyedihkan.
Pertanyaan macam apa itu.
Wajah Alice terlihat gusar menanggapi pertanyaan Raymond, ia tak menjawab dan hanya memalingkan wajahnya.
Raymond terkekeh lucu, melihat wajah Alice dengan bibir yang mengerucut, entah mengapa saat menggoda Alice menjadi penghibur jiwanya hingga dapat membuatnya tertawa.
🍁🍁🍁
Mike bersama Claire sedang berada di mobilnya untuk menuju gedung resepsi pernikahan Raymond dan Alice.
Mike yang belum tahu bahwa ia akan datang ke acara pernikahan Alice, wanita yang selama ini dicintainya semenjak kuliah dulu.
"Ayo Mike agak dipercepat sedikit mobilnya?"
"Sabar Mom, lagian tadi Mommy dandannya lama banget udah kaya pengantinnya aja," gerutu Mike menyalahkan Ibunya.
Aku kan sudah lama tidak bertemu dengan Nicholas.
Aku harus kelihatan cantik.
Claire mendengus pelan membayangkan pertemuannya dengan Nicholas nanti, namun ada ketakutan yang kini dipikirkannya, ia takut Raymond masih membencinya.
Membenci keputusannya untuk meninggalkan Nicholas dan menikah dengan pria lain.
🌸🌸🌸
Bersambung✍️
Jangan lupa like, komentar dan vote ya!
▶️ Bryan dan Elvia ada pada novel Simpananku Canduku ya...
PEBINOR terlalu diperlakukan lembut oleh para novelis
ingat thor novel adalah cerminan pola pikirmu, jadi jika didalam novel mu saja kau begitu lembut memperlakukan para PEBINOR berarti karaktermu begitu
jadi simple jika wanita ingin suaminya tegas pada wanita lain makan sebagai wanita juga tegas pada pria lain, simple kan
dan satu lagi disini kelihatan sekali kelicikan PEBINOR dan penghianat persaudaraan richard, dia berkali2 melakukan trik licik dan menjijikan untuk mendapat simPATI alice labil, dia sok pahlawan, pura2 hanya anggap adik, sok baik, dibalik semua itu ada kelicikan untuk mendapat simPATI dan merebut istri saudaranya
sadar wanita karena PEBINOR lebih licik dari pada pelakor, jangan jadi wanita jablay yang kebaperan dengan kebaikan pria lain