Kiara, adalah gadis sebatang kara. Dia bekerja sebagai Pramusaji di sebuah restauran ternama. Dia bekerja banting tulang untuk melunasi hutang ayahnya seorang bandar judi yang telah di tipu dan terlilit utang. Ibunya sakit-sakitan. Ketika seorang istri CEO perusahaan mengajaknya kerja sama. Yaitu menikah dengan Suaminya Agam, karena Dia Mandul. Dan Kiara akan mendapatkan uang, berapa pun Dia mau, asal bisa melahirkan anak laki-laki pewaris perusahaan Agam. Usia mereka yang terpaut 20 tahun itu membuat Kiara ragu. Namun Dia yang slalu mendapat teror dari bandar Narkoba lainnya pun tak bisa lagi menolak takdirnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nana shin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merasa tak Pantas
Kiara terbangun saat dia merasakan panas di bibirnya. Dia kaget, namun juga entah mengapa dia hanya terdiam saat menyadari kalau Agam lah yang melakukan itu padanya. Kiara dan Agam saling menatap, Agam pun menghentikan aktifitasnya.
"Maaf, aku khilaf," ucap Agam.
Kemudian Agam bangkit dan berjalan menuju kamar mandi, kemudian mencuci wajahnya dan coba menetralkan perasaan gejolak yang ada di dalam jiwanya, dadanya bergemuruh menahan hasrat yang tertunda, dia terus menenangkan diri agar bayi kecilnya bisa tertidur kembali, kemudian dia melepaskan pakaiannya dan berendam di Bathub jam menunjukkan jam 04.00 pagi, ia terus merendam dirinya di dalam bathub mencoba menenangkan diri sampai bayi kecilnya kembali tertidur.
Sementara Kiara di luar merasa panas dingin dan tak karuan, dia begitu senang saat menerima sentuhan itu, namun tiba-tiba Agam mengehentikan harapan Kiara yang menggebu. Kiara merasa kecewa, namun apa boleh buat, Agam menghentikan itu seketika.
"Apakah Tuan Agam memang tidak menginginkan ku? Apakah aku terlalu jelek, sehingga dia tidak bisa menerimaku" lirihnya.
Cekelek
Ketika pintu kamar mandi tiba-tiba di buka, Kiara pun kaget dan merapatkan selimutnya sambil menghadap tembok.
"Kiara, apa kau sudah bangun? sekarang mandilah, kita akan berangkat lebih cepat, biar kita bisa menikmati pemandangan di sini sebelum pulang ke Indonesia," ucap Agam.
"Baik Tuan, eh Bang," sahut Kiara.
Kiara pun berdiri dan mengambil baju ganti, kemudian pergi ke kamar mandi.
Sementara Agam masih merasa tidak karuan, otaknya masih traveling tak karuan. Bayangan polos wajah Kiara terus bertahta di benaknya.
"Mengapa aku seperti ini? Tidak! aku tidak boleh merusak kehidupannya, dia masih sangat muda, bagaimana mungkin menikah denganku yang layak menjadi ayahnya ini?" lirih Agam.
Tampak Kiara sudah keluar dari kamar mandi dengan berpakaian lengkap.
"Tuan, eh Abang, aku akan merapikan baju kita ke dalam koper," ucap Kiara.
Kemudian Kiara pun mengambil koper dan tasnya, memasukkan semua baju yang ada di dalam lemari ke dalam koper tersebut.
"Kiara, Apakah kau ingin membeli oleh-oleh untuk keluargamu?" tanya Agam.
"Bang, tidak perlu, aku juga tidak ada keluarga kok selain Ibu ," ucap Kiara.
"Kalau begitu kau balikan saja oleh-oleh buat ibumu. Bagaimana?" ucap Agam lagi.
"Tidak usah Bang, lagian aku ... tidak memiliki cukup uang untuk memberikan Ibu oleh-oleh, di sini pasti sangat mahal," ucapnya.
"Kau tidak usah memikirkan itu. Aku Yang akan memberikannya, sekarang kan aku masih menantu ibumu? jadi aku dan ibumu juga keluarga kan?" ucap Agam.
"Ooooh ..., kalau begitu, terserah Abang saja, aku hanya mengikuti," cap Kiara.
"Kamu kok selalu ngomong begitu sih? semuanya selalu terserah aku, seharusnya kamu itu punya pendirian. Jangan hanya mau disuruh-suruh orang," ucap Agam ketus.
"Aku harus berkata apa Bang? Aku memang seperti ini. Mana mungkin aku bisa menolak? aku hanya orang suruhan sejak dulu, aku juga hanya bekerja di sebuah warung makan kecil, gajinya yang cukup hanya untuk kami makan selama satu bulan," ucapnya.
"Tapi kamu harus punya pendirian, Kiara, jangan cuma iya iya, itu bisa merendahkan harga dirimu," ucap Agam.
"Maaf Bang, tapi aku memang seperti ini, kalau tidak suka maafkan Aku, lagian bagaimana mungkin aku minta hadiah lebih dari Abang, sedangkan aku sedang memakai uang abang terlalu banyak, karena bayar hutang kepada rentenir itu, dan sekarang aku juga disuruh pergi dari Abang, padahal kalau aku bisa melahirkan pewaris untuk Abang. Nyonya Clara menjanjikan aku uang yang cukup untuk kemudian aku membuka usaha bersama Ibu," kesal Kiara.
"Kiara, maksudmu? Emang berapa kau dibayar untuk menjadi istriku sementara? Kalau kau hamil, lalu meninggalkan anak mu begitu saja denganku?" ucap Agam.
"Nyonya Clara menjanjikan aku uang 100 juta, kalau aku bisa melahirkan anak laki-laki untuk Tuan, dengan uang itu aku bisa buka usaha sama ibu, aku tidak lagi di tekan orang lain dalam bekerja."
"Jadi kau mau menjadi istriku dan melahirkan anakku, hanya karena uang 100 juta?" tanya Agam.
"Ya, mungkin aku bagaikan pel*acur yang dijual belikan, namun uang itu halal kan? karena aku memang perlu, kami hanya orang miskin yang tidak punya apa-apa, aku tidak punya pilihan lain, kalau aku tidak menerima tawar Nyonya Clara, Ibuku akan di sandera, sedangkan ibuku saja sakit-sakitan, bagaimana kalau mereka tidak mengurusi ku dengan baik, aku tidak bisa membiarkan Ibuku terluka, hanya dia satu-satunya orang yang sekarang aku miliki," ucapnya dia pun meneteskan butiran bening dari matanya.
Kiara menyapu butiran bening itu itu dari pipinya. dia pun melanjutkan pekerjaannya merapikan baju ke dalam tas,dan tidak melanjutkan ucapannya lagi, karena merasa sangat pedih.
"Oke, baiklah, aku akan memberikan uang Rp100 juta, tapi kau boleh pergi, kau tidak perlu dengarkan kata-kata Clara, yang harus memberikanku seorang anak, hidup saja dengan baik, aku ikhlas memberinya," ucapnya.
"Tuan, aku tidak bisa, aku tidak akan bisa menerima pemberianmu tanpa aku harus memberi sesuatu kembali. Uang 30 juta itu pun nanti aku usahakan untuk membayarnya, kalau aku punya pekerjaan lagi, aku akan menyicilnya lok."
"Kamu kok keras kepala sekali Kiara! aku katakan sekali lagi, kamu boleh pergi dan kamu boleh membawa uangnya. Kenapa kamu masih tidak mengerti sih!" ketus Agam.
"Maaf, aku tidak mau termakan jasa orang lain. Aku tidak mau suatu saat jasa orang lain itu akan diungkit, dan terus-menerus di ungkit, lebih baik aku bekerja, dimarahi tapi hasilnya dari jerih payahku sendiri."
"Kiara. Kenapa kamu manggil aku Tuan lagi? apa kau marah?"
"Sepertinya aku merasa aneh dengan panggilan Abang, karena aku ini orang yang tidak berguna. Aku ini bukan level Tuan! Bagaimana mungkin aku bisa memanggil Abang? Aku juga merasa aneh dengan orang-orang yang ada di sekitarku, saat aku,memanggilmu Abang. Jadi biarkan aku memanggil Tuan saja, oh ya, Ini sudah selesai. Sebaiknya kita berangkat sekarang, lebih cepat kita sampai ke Indonesia, akan lebih cepat juga aku mencari pekerjaan lain, agar aku bisa melunasi hutang-hutang ku itu pada Tuan," ucap Kiara.
"Kiara, hufs," desah Agam menarik nafas dalam.
Agam tau kini Kiara kecewa padanya, tapi dia merasa tidak adil jika harus menjadikannya istri ke dua dan mengambil anak dari wanita yang jauh lebih muda darinya ini.
Tentu saja Kiara merasa kecewa atas penolakan Agam itu, mungkin memang benar, Kiara tidak pantas untuk Agam.
"Bagaimana mungkin seorang gadis miskin bisa melahirkan seorang anak bangsawan, Kiara pun berjalan mendekati pintu sambil membawa kedua tas dan koper itu.
"Kira."
Bugh
Tiba-tiba Agam memeluk Kiara dari belakang.
Bersambung...
ayo kak mampir lagi ke tempatku yuukkk 😅