Kolaborasi kisah generasi Hikmat dan Ramadhan.
Arsy, cucu dari Abimanyu Hikmat memilih dokter sebagai profesinya. Anak Kenzie itu kini tengah menjalani masa coasnya di sebuah rumah sakit milik keluarga Ramadhan.
Pertemuan tidak sengaja antara Arsy dan Irzal, anak bungsu dari Elang Ramadhan memicu pertengkaran dan menumbuhkan bibit-bibit kebencian.
"Aduh.. maaf-maaf," ujar Arsy seraya mengambilkan barang milik Irzal yang tidak sengaja ditabraknya.
"Punya mata ngga?!," bentak Irzal.
"Dasar tukang ngomel!"
"Apa kamu bilang?"
"Tukang ngomel! Budeg ya!! Itu kuping atau cantelan wajan?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
About Renata
Kendaraan yang ditumpangi Renata terus melaju membelah jalanan kota Bandung. Mobil tersebut kemudian berbelok memasuki kompleks perumahan elit. Kereta besi itu terus melaju. Setelah melewati beberapa deret rumah mewah, mobil memasuki pekarangan bangunan mewah bercat putih.
Renata turun dari mobil ketika mobil tersebut berhenti di bagian samping rumah. Gadis itu masuk ke dalam rumah dan kedatangannya sudah ditunggu oleh seorang pria berusia lima puluh dua tahun. Senyum manis Renata dilemparkan pada pria itu.
“Langsung masuk saja, Re.”
“Iya, om.”
Dengan langkah panjang, Renata memasuki bagian dalam rumah. Dia terus menuju bagian belakang. Di sana rekan-rekannya sedang melakukan pekerjaannya. Renata masuk ke dalam sebuah ruangan untuk berganti pakaian. Setelah selesai mengganti pakaiannya, gadis itu keluar dan langsung bergabung dengan rekan kerjanya. Sambil berjalan dia mencepol sederhana rambutnya.
“Hai, Re.. siap tempur?”
“Siap. Berapa pax?”
“Lima ratus.”
“Wow..”
Tanpa banyak bicara, Renata segera mengerjakan tugasnya. Setiap dua minggu sekali, gadis itu selalu dipanggil ke kediaman Andriawan sebagai tenaga lepas di dapurnya. Kemampuan memasak Renata membuat salah satu pengusaha sukses itu mempekerjakan gadis itu jika mereka hendak melakukan kegiatan rutin. Tiap dua kali dalam sebulan, mereka menyediakan acara makan gratis untuk kaum dhuafa dan para tuna wisma.
Uang yang diperoleh dari kerja sampingannya ini lumayan besar dan bisa mencukupi kebutuhan Renata sehari-hari. Renata adalah gadis yatim piatu, yang sampai saat ini masih tinggal di panti asuhan tempatnya dibesarkan. Dia menjadi penghuni tetap sejak lima belas tahun lalu. Setelah kedua orang tuanya mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Oleh pengurus setempat, gadis itu dititipkan ke panti asuhan tersebut.
Keluarga Adriawan adalah salah satu pendukung panti asuhan di mana Renata tinggal. Keluarga itu juga yang menyokong biaya kuliah Renata. Suami istri itu terkesan dengan otak cerdas Renata dan juga semangat belajar gadis itu. Ditambah lagi Renata adalah gadis yang rajin dan pintar memasak.
Andriawan memiliki tiga orang anak. Dua anaknya sudah menikah, dan anak bungsunya masih menyelesaikan kuliah S2-nya di kampus tempat Renata menempuh pendidikan. Richie adalah anak bungsu dari Andriawan. Pria itu juga yang menyebarkan gossip tentang Renata. Dia kesal pada gadis itu yang selalu menolak pernyataan cintanya.
Kurang lebih ada 10 orang yang bertempur di dapur untuk menyiapkan hidangan. Mereka tidak hanya membuat hidangan untuk dibagikan, tetapi juga untuk makan malam keluarga ini. Mereka juga harus membuat menu tambahan, karena nyonya Andriawan ingin mengirimkan makanan untuk kolega bisnisnya juga.
Setelah berkutat selama empat jam, akhirnya hidangan dapat diselesaikan tepat waktu. Lima ratus box telah tersusun rapi di atas meja besar. Renata dan dua orang rekannya, menyiapkan hidangan di atas meja. Mereka menyediakan aneka menu untuk makan malam keluarga itu. Dan di bagian lain, tumpukan wadah plastik putih berisi aneka makanan siap untuk diantarkan.
“Rena..” panggil Jelita, istri dari Andriawan.
“Iya, tante.”
“Tolong antarkan makanan ke keluarga Ramadhan ya. Masing-masing untuk pak Elang, Reyhan dan Azriel.”
“Iya, tante.”
Renata memasukkan empat wadah putih ke dalam tote bag. Total ada tiga tote bag yang akan dibawanya menuju kediaman keluarga Ramadhan. Dia sangat senang diberi tugas mengantarkan makanan ke sana. Berharap dirinya bisa bertemu dengan Irzal. Pria yang disukainya diam-diam sejak setahun lalu.
Gadis itu membawa ketiga tote bag tersebut, kemudian masuk ke dalam mobil yang sudah siap untuk mengantarnya. Kendaraan roda empat itu segera bergerak meninggalkan kediaman Andriawan. Renata membuka cepolan rambutnya, merapihkannya dengan mengikat kuncir kuda. Kemudian dia juga memoles wajahnya dengan bedak tipis.
Tak butuh waktu lama untuknya sampai di kediaman Ramadhan. Dia meminta supir yang mengantarnya untuk pulang karena nanti dirinya akan langsung kembali ke panti asuhan. Terlebih dahulu Renata mengantarkan makanan ke kediaman Reyhan, kemudian menuju kediaman Azriel dan terakhir ke kediaman Elang.
Dada gadis itu berdebar kencang ketika melihat Irzal tengah berbincang dengan Daffa di ruang makan. Dengan tote bag di tangannya, dia langsung menuju dapur. Kedatangannya langsung disambut oleh Azkia.
“Rena..”
“Malam tante. Ini ada titipan dari tante Jelita.”
“Makasih, ya. Duduk dulu, Re..”
Renata menganggukkan kepalanya, kemudian menarik kursi di dekat Irzal. Sebelum duduk, dia melemparkan senyum pada Irzal dan Daffa. Namun hanya Daffa yang membalas senyum manis gadis itu.
“Pa kabar nenek Rena,” sapa Daffa.
Hanya senyuman yang diberikan oleh Renata mendengar ucapan Daffa. Dia memang selalu dipanggil nenek Rena oleh pria itu karena namanya sama dengan nenek dari Daffa dan Irzal.
“Kamu masih kerja di rumah on Andri?” tanya Daffa.
“Iya, bang.”
“Betah?”
“Alhamdulillah, betah.”
“Richie masih gangguin kamu?”
“Ngga kok.”
Sepak terjang Richie yang sering mengganggu Renata sudah diketahui oleh Daffa dan juga Irzal. Mereka pernah melihat dengan mata kepala sendiri saat pria itu mencoba melecehkan Renata. Irzal membantunya saat itu dan hal tersebut yang membuat gadis cantik itu jatuh hati pada pria dingin itu.
“Kamu makan malam di sini, Re..” tawar Azkia.
“Makasih tante. Aku mau pulang aja.”
“Bie.. anterin Rena.”
Mendengar titah ibunda ratu, Irzal bangun dari duduknya kemudian menganbil kunci mobil yang tergantung di ruang tengah.
“Daf..”
Daffa langsung berdiri ketika Irzal memanggilnya. Pria itu selalu diminta menemani Irzal jika harus mengantarkan Renata ke panti asuhan. Daffa membukakan pintu belakang mobil untuk Renata. Setelah gadis itu naik, barulah pria itu naik ke kursi penumpang bagian depan. Irzal segera melajukan kendaraannya.
Sudah bukan rahasia lagi kalau Irzal selalu meminta ditemani Daffa atau yang lain jika harus mengantarkan Renata pulang. Hanya Arsy satu-satunya, wanita yang diantarkan tanpa adanya pendamping di antara mereka.
“Kamu kapan sidang?”
“Belum tau, bang. Skripsiku masih banyak perbaikan.”
“Sabar.. namanya bimbingan pasti begitu.”
“Iya.”
Renata melirik pada Irzal yang menyetir mobilnya tanpa bersuara. Pria itu fokus menatap ke jalan. Jika bertemu, Irzal memang jarang berinteraksi dengannya jika tidak ada hal penting yang harus dibahas. Gadis itu juga enggan memulai percakapan lebih dulu, melihat sikap Irzal yang dingin. Dia hanya berharap suatu hari nanti, Irzal mau melihat padanya.
Mobil yang dikendarai Irzal berhenti di depan panti asuhan tempat Renata tinggal. Setelah mengucapkan terima kasih, gadis itu turun lalu memasuki pekarangan panti. Irzal langsung melajukan kendaraannya begitu melihat Renata memasuki bangunan panti.
“Kali-kali si Rena ditanya napa, bang. Kayanya dia ngarep ditanya ama abang.”
“Nanya apa?”
“Apa kek. Kabar gitu.”
“Kan elo tadi udah nanya.”
“Buset itungan amat.”
“Arsy gimana? Udah sembuh?”
“Tau.. lo telpon aja sendiri.”
“Males.”
“Tumben lo perhatian. Naksir ya?”
“Dia sakit perut gara-gara gue ajak makan malam.”
“Heleh.. ngeles aja.”
“Berisik!”
Daffa mengatupkan mulutnya. Tangannya bergerak menyalakan audio mobil. Lebih baik mengisi mobil dengan suara musik dari pada berbicara dengan Irzal yang hanya memancing huru hara.
🍁🍁🍁
“Eyang.. aku pergi dulu ya.”
Stella bangun dari duduknya setelah menghabiskan sarapannya. Dia mencium punggung tangan Cakra dan Sekar bergantian. Kemudian gadis itu menuju pada kedua orang tuanya. Irvin seperti biasa mencium kening putri cantiknya sebelum melepas gadis itu pergi. Sambil bernyanyi, dia masuk ke dalam mobil.
Gadis yang sudah resmi menyandang gelar sarjana itu, kini memacu kendaraannya menuju kampusnya dulu. Rencananya dia akan meneruskan studinya mengambil master di jurusan komunikasi.
Kendaraannya berhenti di sebuah lampu merah. Di belakangnya menyusul berhenti mobil yang dikendarai oleh Irzal. Kedua mobil tersebut masih menunggu dengan sabarnya lampu berganti dari merah ke hijau. Begitu lampu hijau menyala, gadis itu kembali menekan pedal gas, dan kendaraannya meluncur pergi.
Mobil Stella terus melintasi jalanan yang kanan kirinya ditumbuhi pohon besar. Tiba-tiba saja dari atas pohon seekor kucing hitam meloncat turun mengagetkan Stella. Refleks gadis itu membanting stir ke arah kanan. Irzal yang masih berada di belakang mobil gadis itu segera mengerem kendaraannya.
Ketika mobil Stella bergerak ke kanan, dari arah lain muncul kendaraan yang melaju kencang. Sang pengemudi terkejut melihat mobil Stella yang menghalangi jalannya. Dia segera menginjak pedal rem, namun terlambat. Kendaraannya menghantam keras mobil Stella hingga berputar arah dan meluncur menabrak tiang lampu jalan dengan kerasnya. Kepala Stella terbentur ke kaca jendela samping, sebelum gadis itu kehilangan kesadarannya.
Irzal bergegas turun dari mobil setelah tabrakan kendaraan yang terjadi hanya dalam hitungan detik. Dia berlari menuju mobil Stella yang mengeluarkan asap. Dengan cepat dia membuka pintu mobil, namun tak berhasil. Pria itu berputar, kemudian memecahkan kaca jendela mobil dan membuka kunci. Dia masuk lalu membuka sabuk pengaman di tubuh Stella dan menarik tubuh gadis itu keluar dari mobil.
Sambil berlari, pria itu membopong tubuh Stella yang kepalanya bersimbah darah. Dia berteriak pada seseorang yang ada di dekat mobilnya untuk membukakan pintu belakang mobilnya. Dia menaruh Stella ke jok belakang, kemudian dengan cepat naik ke kursi depan dan melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit. Dalam perjalanannya menuju IGD, dia menghubungi Daffa, meminta sepupunya itu bersiap untuk kedatangan pasien yang dibawanya.
🍁🍁🍁
Udah jelas ya Renata itu siapa. OMG, Renata ternyata naksir Irzal😱 Terus Zar gimana dong? Cowok² keluarga Ramadhan emang meresahkan ya🤣🤣🤣