Lelah selalu dimanfaatkan sang ayah, hingga akhirnya Bella memutuskan rantai keuangan ayahnya dengan menyerahkan kesuciannya pada sang sahabat. Leo Respati, adalah pria beruntung itu yang mendapatkan keperawanan Bella.
Tapi Leo bukanlah pria biasa, Ia selalu bertanggung jawab atas Bella setelahnya. Bahkan Leo berjanji akan selalu melindungi Bella bahkan dengan nyawanya sendiri.
Bagaimana Bella, jika tahu Leo adalah anak seorang Mafia? Apalagi saat Leo bertanggung jawab meneruskan bisnis hitam orang tuanya selama ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erna Surliandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bella kangen Ibu.
Bella menaiki bus malam yang memang sering Ia naiki setiap harinya. Bus itu mengantar Bella tepat dipersimpangan rumahnya hingga tak begitu juah untuknya berjalan lagi.
Saat Ia sampai, begitu pelan langkah kakinya sembari memperhatikan kondisi rumahnya. Saat Ia yakin aman, maka Ia mempercepat langkah untuk masuk dan segera istirahat disana. Dikamar yang tak terlalu besar dan tempat tidur yang hanya beralaskan kasur yang sudah amat tipis nyaris tak terasa lagi empuknya.
"Kasur Leo lebih empuk dari ini deh," keluhnya. Tapi kembali lagi, jika dirumah sendiri akan lebih nyaman dari tempat manapun yang pernah Ia singgahi. Setidaknya banyak bayangan dan kenangan manisnya terhadap sang ibu disana.
"Boleh hadir dalam mimpi? Bella rindu Ibu, dan pengen ketemu bentar aja. Bella udah 20tahun sekarang, Bu. Bella udah dewasa harusnya." lirih bella sedih, menatap foto usang sang Ibu yang terpajang dimejanya saat ini.
Hanya itu yang tersisa, karena sebagian terseret arus banjir beberapa tahun lalu. Itupun saat Ia bekerja, semua hilang dan tak tersisa. Sedangkan sang ayah entah dimana, dan tak akan bisa Ia harapkan sedikitpun untuk menolongnya.
Setelah lama dengan kesedihan itu, Ia akhirnya terlelap sendiri. Tapi tak seperti yang ia inginkan, karena tak ada sama sekali bayangan sang Ibu hadir dalam mimpinya.
"Le... Jadi ikut balap ngga? Malah dien mainin hp. Punya pacar Loe?" panggil salah seorang teman dalam perkumpulannya saat itu.
"Sory, Roy. Cuma nunggu kabar seseorang. Tapi kalau dia ngga hubungi, kemungkinan dia aman." jawab Leo. Ia kembali mengantongi Hpnya dan memakai helm untuk memulai balapan itu.
Balapan kali ini menggunakan sirkuit, jadi lebih aman daripada dijalanan. Mereka juga ramah terhadap lingkungan, karena akan berhenti saat tengah malam dan semua warga perkampungan istirahat.
Beda saat Leo dengan para gengnya kala itu. Meski mereka bahkan sanggup membeli sirkuit yang besar, tapi mereka memilih dijalanan demi sebuah pengakuan.
Ya, mereka hanya mau diakui jika mereka itu hebat. Mereka adalah penguasa daerah itu dan tak akan ada yang bisa menentang mereka. Apalagi dengan kekuasaan Leo dibawah Ayahnya.
Dan disini, Leo tahu bagaimana sebuah persahabatan itu sebenarnya. Saling bahu membahu dan saling mengingatkan jika salah satunya berbuat salah. Bukan lari, saat diantara mereka terkena masalah seperti para orang Leo yang ada dimasa lalu. Datang saat Leo tengah diatas, dan lari menjauh saat Leo ada dibawah. Bahkan sepertinya jika mereka bertemu Leo dalam keondisi seperti sekarang, mereka akan pura-pura tak pernah mengenali Leo.
*
Bella membuka mata saat hpnya berdering. Saat itu Leo memanggilnya agar segera bangun, terlebih lagi untuk memastikan keadaan sahabatnya saat itu
"Iya, Le... Aku bangun, aku mau mandi terus ke Resto." jawab Bella dnegan malas dan matanya masih sangat rapat saat itu. Ia berusaha membuka mata dengan cara menguceknya beberapa kali, hingga sampai dikamar mandi dan mencuci wajahnya hingga terasa lebih segar saat itu.
" Ya, aku di kamar mandi, Le. Aku mau mandi, emang kamu masih mau stay nelpon begini?" tanya Bella padanya.
"Ehm... Engga, Bell. Yaudah, aku tutup teleponnya." balas Leo, yang justru gugup sendiri dengan ucapan Bella saat itu..
Leo sendiri segera bersiap merapikan diri. Ia akan berangkat lebih pagi saat ini karena Ia kebagian jatah piket, membersihkan seluruh kamar mandi hingga kinclong. Bahkan kadang Ia membersihkan saluran pembuangan sisa-sisa minyak yang baunya sungguh menyengat, dan harus menggunakan berlapis-lapis masker dihidungnya.
Ia bahkan tak pernah membayangkan melakukan hal itu seumur hidupnya, karena selama ini hidupnya selalu dalam kemewahan. Semua serba dilayani, dan bahkan tak pernah melakukan pekerjaan apapun selain ikut terjun kedunia yang Ayahnya tekuni saat ini.
"Dia mengajariku terjun dalam dunia hitam mafia. Tapi, Dia tak mengizinkan aku menjadi anak nakal. Apa bedanya kedua dunia itu? Bukankah sama-sama gelap?" racaunya sembari menyikati kloset saat itu.
Tapi Ia sudah amat terbiasa, karena lagi-lagi Bella yang mengajari semuanya. Semenderita apapun Ia saat ini, Ia pasti akan kembali pada ayahnya. Entah kenapa, Ia amat ingin melindungi Bella saat ini. Ia memanfaatkan waktunya saat ini untuk menjaga Bella selagi Ia bisa melakukannya dengan baik.
**
Hehay Guyssss...othor menyapa.
Sebelumnya terimakasih atas dukungan kalian semua dikarya otor yang 1 ini. Otor akan berusaha up rutin 2-4 bab seharinya nanti, tapu juga mohon dimaklumi karena otor juga punya karya lain disebelah 🙏🙏.
Terlove buat kalian yang selalu mendukung otor, dan membuat otor tetap bertahan disini meski tipis2., 😘😘 mohon dukungannya lagi ya 🙏🙏😍
