kesabaran yang di lakukan seorang istri untuk suaminya, yang gemar bermain wanita, bahkan di saat dirinya baru melahirkan!.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Intan Gemilang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"WAJAH ADINDA"
*******
tepat hari ini adalah hari ke setahun pernikahan aku dan Adit. atau banyak yang bilang adalah unniversary.
tidak ada hal yang istimewa bagi kami berdua.
beberapa bulan belakangan ini Adit jarang berada di rumah. selalu pulang malam dan kadang tidak pulang sama sekali.
hubungan kami tetap baik. meskipun aku yang selalu tetap berpikir positif walau kadang kecurigaan menyelimuti pikiran ku.
bagaimana tidak curiga?
dalam setiap bulan nya Adit hanya memberiku uang sekitar 300 ribu sampai 400 ribu dalam waktu satu bulan.
padahal dia selalu bekerja tiap harinya.
dengan apa yang ia katakan bahwa dia harus lembur. bukan nya semakin kita lembur semakin besar penghasilan kita?
mengapa ini malah sebaliknya. dan aku selalu menutupi kekurangan dalam rumah tangga ini.
jangan kan untuk membeli kebutuhan ku. untuk makan sebulan saja kadang tidak cukup. belum lagi listrik dan air. yang harus di bayar tiap bulan.
namun. aku tetap berpikiran positif karna aku percaya pada Ayah ku.
tidak mungkin dia salah memilihkan suami untuk ku.
beruntung nya aku. semakin hari semakin banyak yang mendaftar untuk menjadi reseller ku.
dengan begitu usaha ku akan semakin berkembang.
selama sekitar 7 bulan usaha ku ini. tabungan yang selalu ku simpan bisa di bilang jumlah nya lumayan
aku sengaja menyimpan nya di bank.
agar tidak bisa ku ambil sewaktu waktu
aku ingin sekali membuka sebuah toko tak apa kecil yang terpenting. aku ada tempat untuk menyimpan semua barang jualan ku. agar ibu mertua tak nyinyir lagi kalau berkunjung.
bukan nya semua berawal dari bawah.
siang itu. saat aku tengah bersiap ingin pergi mengunjungi orang tuaku
tiba tiba pintu depan ada yang mengetuk
"tok tok tok".
"Assalamualaikum"
"Waalaikumusallam"
nampak suara yang tak asing bagiku. namun selama beberapa bulan ini kita jarang bertemu.
saat ku buka pintu benar saja Anita yang datang.
"Eh Anita ayo masuk. kemana aja baru keliatan?"
"Makasih Tar."
Anita pun duduk dan memperhatikan ruang tengah rumah ku yang sudah berubah menjadi separuh toko.
pasalnya banyak rak berisi pakaian tas dan jilbab.
"Gimana usahamu sekarang Tar?"
"Alhamdulilah."
aku jarang sekali melihat Anita dan anak nya. terakhir aku melihat nya saat aku berada di pasar. dan Anita tengah berbelanja namun tidak membawa bayi nya.
aku hanya sekali melihat bayi nya.
saat aku berkunjung untuk memberi kado lahiran.
aku pun menyajikan minuman dan cemilan yang sengaja ku sediakan.
akhir akhir ini banyak yang datang ke rumah untuk mengambil baju pesanan.
jadi aku tidak berkeliling seperti dulu. hanya melayani customer yang datang ke rumah.
tapi aku sangat bersyukur.
karna mereka bukan hanya membeli satu
melainkan ada yang membeli 15 sampai 20 baju.
sudah pasti keuntungan ku semakin bertambah.
saat Anita mendudukkan anak nya
aku justru sedikit keheranan?
karna wajah putri dari Anita menggambarkan wajah dari sosok yang tak asing bagiku.
mengapa putri Anita memiliki wajah yang sedikit mirip dengan Adit?
aku jarang sekali berjumpa dengan anak ini. terakhir saat bayi.
dan sekarang usia nya sudah menginjak 5 sampai 6 bulan.
wajah nya sedikit berubah menurut Ku.
"Siapa nama mu cantik?" tanyaku pada putri Anita. sembari memegang tangan nya.
"Adinda Tante" jawab Anita sembari tersenyum.
"terakhir aku ketemu anak mu saat masih bayi. dulu wajah nya mirip kamu sekarang mirip siapa ya?"
"Oh ini. dia mirip ayah nya Tar. takut gak di akui mungkin hhee" jawab Anita sembari tersenyum
ada rasa terkejut saat Anita menjawab bahwa Adinda mirip ayah nya?
"Masa gak di akui. orang anak nya"
"Itu kata orang tua Tar. katanya kalau wajah anak mirip orang tua nya takut gak di akui"
"Bukan gak di akui. tapi kamu yang cinta banget sama ayah nya. sampai menggambarkan wajah nya saat tengah hamil"
"Ya bisa jadi. "
aku pun tak banyak bicara dengan Anita. aku lebih banyak memperhatikan gadis kecil ini.
wajah nya mengganggu pikiran ku
tapi tak mungkin jika Adinda anak dari Adit.
itu konyol sekali.
sekitar satu jam Anita bertamu dia pun memutuskan untuk pergi.
"Aku pulang dulu ya"
"Kok buru buru?"
"Ahh nggak kok. lagian kamu kan mau ke rumah orang tuamu"
"Santai aja"
"Nanti aku main lagi"
"Harus dong. udah lama gak kesini"
"Iya"
Anita pun pergi menaiki ojek yang ku pesan
sengaja aku memesan 2 ojek. satu untuk mengantar Anita dan satu untuk mengantar ku.
seperti biasa setiap kunjungan Anita.
aku selalu mengeluarkan uang.
bukan aku perhitungan hanya saja kadang cerita nya yang sangat melow membuat siapa pun akan iba dan tak tega.
dia bilang gak punya beras lah. anak nya belum jajan lah. belum makan lah.
sudah 2 hari gak makan dan cuma minum air saja.
aku heran? untuk apa dia memiliki suami kalau tidak memberinya uang nafkah.
bukan nya itu malah berdampak buruk bagi anak nya. kalau apa yang ia ucapkan benar.
anak seumuran Adinda harus banyak makan.
gak bisa kalau hanya minum air putih.
MPASI harus lah sesuai umur nya.
apa suami Anita tak pernah bekerja?
tapi saat aku tengah memikirkan suami Anita.
aku malah seperti di tampar oleh pikiran ku sendiri
bukan nya Adit juga jarang memberi ku uang?
malah sering meminjam uang dan tak pernah di kembalikan.
rasanya nasib Anita sedikit mirip dengan ku.
hanya saja aku lebih beruntung darinya.
walau Adit jarang memberiku uang nafkah.
tapi aku bisa memenuhi kebutuhan ku sendiri. tentunya dari hasil usahaku.
kalau aku hanya mengandalkan uang dari Adit. sudah pasti badan ku akan kurus kering.
bukan hanya kurang makan tapi juga beban pikiran?
gimana gak jadi beban pikiran.
uang 300 ribu untuk satu bulan.
jika membeli beras perkilo saja sudah 10ribu itu pun untuk 2 hari. jika di kalikan sudah 150 ribu untuk membeli beras saja tiap bulan nya.
belum lauk makan.
belum lagi listrik dan air.
memang kadang bapak mertua suka memberi ku uang.
itu pun hanya 30 ribu. dan jika beras hanya satu kilo.
itu pun sudah sangat Alhamdulilah. karna bapak mertuaku terbilang baik.
walau tidak dalam bentuk uang. namun sikap nya teramat baik.
tidak seperti ibu mertua. yang ucapan nya saja sudah membuat panas hati dan telinga.
aku juga kadang meminjam uang pada Ayah.
tentunya untuk menutupi kekurangan kebutuhan rumah.
itu pun sebelum beberapa bulan ini.
karna sekarang semua tertutupi oleh penghasilan ku.
dan aku berencana untuk membayar hutang ku pada Ayah.
mumpung aku sedang ada uang. lebih baik ku bayar dulu hutang ku.
akhirnya lamunan ku terpecahkan saat ojek yang ku tumpangi. tiba di pekarangan rumah Ayah.
siapa nama BPK adinda..
gercep la Tar....
gemes aqu...
iya iya saja..
nuruttt aj ma Adit
kasian kamu Tarii..m
jgn berat2 la konfliknya,Thor
hidup ini sdh sulit ..
terbuka lah terima lah dgn ikhlas