kisah ini bercerita tentang gadis muda berusia 21 tahun bernama Alya, Alya terpaksa menerima tawaran menikah dari dosen kampusnya yang usianya 37 tahun bernama Rafa, Rafa meminta Alya mengandung anaknya karena istrinya tidak bisa memberikan keturunan. lambat Laun benih cinta diantara mereka mulai tumbuh, dari sinilah timbul masalah baru, istri sang dosen tidak rela suaminya membagi cinta dengan alya. dapatkah Rafa mempertahankan dan membuat Alya di akui sebagai istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisha.Gw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
marah lagi
"sayang, mas mungkin satu Minggu ini nggak bisa pulang dulu yaa" tangan Naila berhenti mengusap rambut Rafa
"Kamu baru pulang, dan mau pergi lagi, mas?"
"Sayang, mas mau ke kampung halaman Alya, anak itu merindukan orang tuanya "
"Kenapa nggak pergi sendiri aja sih"
"Kesian sayang, Alya hamil... Mas takut terjadi sesuatu dengan mereka "
"Sebegitu dekat kah... hubungan kalian? sampai mas rela ngantar Alya pulang kampung "
"Sayang... Lagi-lagi Naila menepis tangan Rafa yang ingin menyentuh tangannya, naila mulai kesal, ia arahkan kepala Rafa yang berada di atas pahanya untuk menyingkir dari sana.
"Aku ngantuk, mas" naila pergi, Rafa yang prustasi mengusap wajahnya kasar, lama-lama ia jadi jengah juga dengan sikap Naila.
"Sayaaang" Rafa mengekor di belakang Naila, Wanita itu mematikan lampu kamar, hingga yang tersisa hanya sedikit cahaya dari sinar bulan, yang masuk melalui celah gorden yang tidak tertutup rapat, Naila membaringkan tubuhnya, ia tidur membelakangi Rafa, Rafa bergeser agar lebih dekat dengan sang istri, tangannya ia lingkarkan di Perut sang istri, isakan kecil terdengar.
"Sayang, kamu nangis?"
"Kamu melanggar janji kita mas, kamu Melanggar perjanjian pernikahan yang kamu tuliskan untuk Alya, kamu tega mas" ucap Naila dengan suara tercekat
"Kamu bohongin aku, kamu bilang... kamu nggak akan pernah mencintai wanita itu, kamu bilang kamu nggak akan peduli dengan nya, kamu ingkar, Mas"
Rafa diam, ia biarkan Naila mengeluarkan keluh kesah nya, sepertinya hal itu lebih baik dari pada ia ikut menimpali ucapan Naila, yang ada mereka akan bertengkar lagi.
Bunyi ponsel di atas meja tidak Rafa hiraukan, sejak tadi ponsel itu berdering, entah dari siapa
"Mas, ponsel mu, siapa tau itu Alya, kamu boleh pergi menemui nya" Rafa menggeleng, ia tidak ingin memperkeruh suasana hati Naila, Jika benar panggilan itu dari Alya.
"Sekarang waktunya mas dengan kamu"
"CK... Nggak usah berpura-pura, mas"
"Tidur sayang"Rafa mulai memejamkan matanya, sedangkan wanita di dalam dekapannya itu terus saja menangis.
"Kamu benar berubah, mas, kamu Tidur gitu aja tanpa mau tau perasaan ku yang terluka akan sikapmu, mas" batin Nail
.....
Di tempat lain, Alya menghembuskan nafas berat karena panggilan nya di abaikan Rafa, ia tau sekarang pria itu sedang bersama istri pertama, tidak seharusnya Alya mengganggu waktu mereka, tapi ini bukan semata keinginannya, semua ini keinginan sang jabang bayi, Alya terbiasa tidur dengan perut yang terus di elus Rafa, ini lah yang sekarang yang sedang di alami oleh wanita hamil itu, ia kesulitan terlelap karena Rafa tidak mengelus perutnya, tidak... Alya tidak ingin meminta Rafa pulang, hanya ingin mendengar suaranya saja, berharap anak nya mengerti jika papahnya sedang tidak ada.
"Sayang... Besok aja yaa, papah sudah tidur nak, mamah ngantuk sayang, kita tidur yaa"
Sekeras apapun Alya berusaha tidur, tapi sulit, ia ingin tidur bersama Rafa, padahal besok Alya akan menempuh perjalanan lumayan jauh, tapi ia tak kunjung bisa beristirahat.
Mungkin karena sudah tidak tahan lagi, entah jam berapa Alya akhirnya tertidur juga.
...
"Assalamualaikum, Alya Lo nggak masuk lagi yaa" ucap Jihan sesaat setelah panggilan teleponnya di angka Alya dari sebrang sana, sejak tadi Jihan menunggu sahabatnya, tapi Alya tak kunjung datang.
"Waalaikumsallam, iya maaf jih, gue lupa ngabarin, gue mau ke Lombok, mungkin balik Minggu depan"
"Lo mau ke Lombok?" Jihan mencoba memastikan ia , tidak salah dengar
"Iya Jihan, gue mau ketemu ibu sama ayah, gue kangen"
"Astagaaa, kenapa Lo nggak ngasih tau gue, coba gitu gue bisa ikut, loo mah ah" keluh Jihan kesal karena kabar tiba-tiba Alya
"Maaf yaa jih, lain kali yaa, kita ke Lombok bareng"
"Gue tu... juga pengen ketemu ibu sama ayah Lo, Alya" Jihan merotasi kan matanya ke atas, karena Azzam yang tiba tiba berdiri di depannya.
"Heheh iya, nanti yaa, kita atur jadwal lagi biar sama sama jalan jalan ke Lombok"
"Sama gue juga Al, sekalian kenalan sama orang tua loo" teriak Azzam, agar Alya mendengar nya, alya jelas kaget dengan hal itu, untung saja Rafa tidak ada, coba saja Rafa sudah kembali dari rumah Naila, sudah bisa di pastikan, pria itu akan kembali salah paham.
"Iyaa, zam kita jalan jalan, liburan bareng, yaa... Insyaallah Yaa"
"Alya gimana sama tawaran gue kemarin " mendengar bunyi mobil yang perlahan terdengar dari luar , Alya jadi gugup bukan main, segera ia Matikan panggilan secara sepihak.
"Halo, Alya, Alya... Lah di matiin sama tuh anak" gumam Jihan setelah sadar panggilan nya di putus
"Alya kenapa sih, selalu aja berusaha menghindar dari gue" Jihan menaikan bahunya, ia sendiri tidak tau sahabatnya itu kenapa.
Helaan nafas berat terdengar jelas dari pria yang sekarang sudah duduk di samping Jihan, mereka sama-sama menatap ke depan.
"Jih!"
"Hem"
"Bantuin gue"
Jihan menoleh ke samping, tapi ia kembali menunduk karena azzam juga menatapnya
"bantuin apa, kalo gue bisa... pasti gue bantu"
"bantu gue biar bisa dekat dengan Alya, gue tau... Lo selama ini terus berusaha buat gue dekat dengan nya, tapi... kayaknya nggak berhasil"
"pasti, gue bakalan terus bantu Lo, zam"
Azzam tersenyum puas
"Lo emang selalu ngerti gue jih" ucap azzam
sedangkan Jihan hanya tersenyum, dengan pandangan yang terus menatap kedua kakinya
"kita ke kantin, gue terakhir "
"nggak usah ,gue bawa duit sendiri "
"nggak papa lah sekali-kali"
"ya udah ayoo"
....
Alya berdiri menyambut suaminya, seperti biasa Alya mencium punggung tangan Rafa dengan takzim, di balas Rafa dengan mencium keningnya
"Maaf, tadi malam saya nggak bisa angkat telepon kamu" Rafa merangkul pinggang alya, ia Tuntun wanita itu duduk di kursi tamu
"nggak papa,mas. harusnya aku yang meminta maaf bukan nya mas, aku ganggu waktu mas sama mbak Naila" Rafa menggenggam erat kedua tangan istrinya, ia tatap wajah Alya yang menunduk merasa bersalah
"jangan sedih, saya nggak marah, saya tau kenapa kamu nelpon saya, pasti karena dia kan" Rafa mengarahkan tangannya ke perut Alya yang mulai menyembul, Alya mengangguk
"aku nggak bisa tidur, kebiasaan perutnya di Elus sama kamu, mas. Aku mau dengerin suara kamu ke anak kita, biar dia ngerti" Rafa yang tadinya duduk di samping, kini berpindah duduk di hadapan Alya dengan sedikit berjongkok, ia singkap sedikit baju atasan yang di kenakan Alya, hingga terlihat kulit putihnya
"anak papah ko Nakal sama mamah, baru juga di tinggal sehari udah bikin mamah nggak bisa tidur, lain kali jangan gitu ya, nak. di usapnya pelan perut sang istri, Alya tersenyum, tanpa sadar ia mengusap usap kepala sang suami, Rafa mendongak, membuat Alya menurunkan tangannya dan membuang pandangannya ke arah lain, ia gugup.
tapi Kenapa ya like' nya dikit ya