NovelToon NovelToon
Pura pura AMNESIA

Pura pura AMNESIA

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Identitas Tersembunyi / Gadis Amnesia
Popularitas:2.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: Yutantia 10

Callista, wanita muda yang terdampar dipinggir pantai dan ditemukan oleh nelayan bernama Biru.

Saat dia tersadar, dia pura pura amnesia demi bisa tinggal bersama Biru. Bukan tanpa alasan dia melakukannya. Callista merasakan kejanggalan terjadi saat dia terjatuh di laut. Pasalnya, tak ada satupun yang berusaha menolongnya. Bahkan samar samar dia bisa melihat paman dan bibinya tertawa melihatnya tenggelam.

Callista menunggu usianya 21 tahun untuk kembali kerumahnya. Dia akan mengambil alih semua warisan dari kedua orang tuanya yang saat ini ada dibawah kekuasaan paman dan bibinya. Sejak kecelakaan itu, dia baru sadar jika paman dan bibinya tidak tulus menyayanginya selama ini. Mereka hanya mengincar hartanya saja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BANK BERJALAN

POV CALLISTA

Sesampainya rumah, aku segera kedapur untuk membuatkan Biru kopi. Tadi kami udah makan diluar, jadi malam ini aku gak perlu goreng ikan lagi. Sebenarnya aku sudah mulai bosan makan ikan. Kangen sekali lidahku ini dengan daging, ayam dan aneka makanan lainnya.

Saat kompor ku nyalakan, apinya tak kunjung menyala. Jangan jangan kompor ini rusak. Aku berdecak dan hendak memanggil Biru. Tapi tiba tiba, aku teringat kata kata Santi. LPG, aku segera menepuk dahi. Ya, mungkin saja LPG nya habis, bukan rusak.

Segera aku kekamar untuk mengecek keuangan. Dan seperti tersambar petir, aku mendapati uangku yang tinggal 12 ribu saja. Tadi pagi aku sudah memakai untuk beli kopi, gula, sabun mandi serta cuci piring.

Tak mau Biru marah karena uangnya aku habiskan, gegas aku berlari ke rumah Santi.

Tok tok tok

"Santi..." Panggilku dari balik pintu rumah Santi yang tertutup. Tak kunjung ada sahutan, makin keras aku mengetuk pintunya.

Tok tok tok

Ceklek.

"Ada apa sih Cal?" Tanya Santi yang akhirnya keluar.

"Pinjam duit." Todongku lansung.

"Astaga..." Desis Santi sambil menepuk dahinya sendiri. "Kamu ngetok pintu keras keras kayak mau nagih utang, ternyata mau pinjem uang." Ucapnya sambil geleng geleng.

"Cepetan San. Aku buru buru. LPG dirumahku habis. Biru udah nungguin aku untuk dibuatin kopi."

Bukannya segera memberiku uang, dia malah berdecak sambil geleng geleng.

"Buruan San." Tekanku sambil menengok kearah rumah. Takutnya Biru sedang mencariku dan memergokiku lagi pinjam uang pada Santi.

Dia merogoh saku celananya lalu mengeluarkan uang dua puluh ribuan.

"Jangan lupa diganti."

"Yaelah, perhitungan banget. Cuma 20 ribu aja." Cibirku sambil menyaut uang 20 ribu yang sepertinya berat sekali dia berikan padaku.

"Cuma kamu bilang?" Ujarnya sambil melotot. "Aku harus keliling jualan ikan asin dulu buat dapat uang 20 ribu. Panas panas jalan sampai kaki pegel. Belum lagi kalau gak laku, aku pulang dengan tangan kosong. Kamu pikir mudah nyari uang?"

Hadeh, malah curhat. Aku memang tak pernah tau susahnya nyari uang. Selama ini yang aku tahu, hanyalah menghabiskannya saja. Dulu aku tak keberatan mentraktir temanku sampai jutaan. Tapi sekarang, uang 20 ribu saja aku sampai ngutang. Dah gitu miskin pula orang yang aku utangin. Aku harus segera menghubungi Rama agar dia mengirimiku uang. Kalau tidak, 10 hari kedepan, aku bisa bisa mati kelaparan.

"Iya, nanti aku kembalikan." Gegas aku pergi dari sana dan berjalan menuju toko.

"Hei...mau kemana?" Teriak Santi sambil menyusulku.

"Beli LPG."

Lagi lagi Santi menepuk dahinya. Sepertinya dia hobi sekali menepuk dahi.

"Beli LPG itu bawa tabungnya oon...." Makinya sambil menatapku geram.

"Tabungnya ditukar gitu? gimana sih, aku gak paham."

Seumur hidup, aku memang belum pernah yang namanya beli LPG.

"Haduh Cal....Cantik tapi oon."

"Bukan oon San." Tak terima aku dihinanya terus. "Tapi lagi amnesia, jadi aku gak ingat." lagi lagi amnesia aku jadikan alibi untuk menutupi kebodohanku.

"Ya udah sana ambil tabung LPG nya. Bisakan ngelepas sama masangnya?"

Aku menggeleng malu.

"Ya udah ayo aku bantuin."

Santi benar benar dewi penolongku. Tak hanya meminjami uang, dia juga mengajariku melepas dan memasang tabung LPG. Ternyata calon sarjana sepertiku, masih harus belajar dari lulusan SMP sepertinya.

Setelah semuanya beres, aku segera menghidangkan kopi untuk suami tampanku tercinta. Kulihat dia sudah siap dengan pakaian khususnya saat melaut. Sepertinya adegan pijat plus plusnya emang di skip. Padahal tangaku udah gatal pengen beraksi menjelajahi tubuh kekar suamiku yang tak tersentuh meski sudah menikah hampir seminggu.

"Aku boleh pinjam ponsel lagi?" Tanyaku saat Biru sedang menyeruput kopinya.

"Ambil aja dikamarku. Maaf ya Cal, aku belum bisa beliin kamu ponsel. Nanti kalau ada rejeki, insyaallah aku beliin ponsel."

Terharu hati ini mendengar niat baiknya untuk membelikanku ponsel. Udah mau menampungku dan memberiku makan sehari hari aja, aku udah bersyukur. Biru memang luar biasa. Mana mungkin aku tak semakin cinta padanya kalau dia sebaik ini. Dan yang paling aku suka dari Biru, dia orangnya sangat tulus.

"Aku berangkat dulu. Jangan lupa kunci pintunya." Pamitnya seraya bangkit dari kursi dan berjalan menuju pintu belakang.

"Biru." Panggilku sambil berjalan kearahnya. Kuraih tangan Biru dan menciumnya takzim. Setelah akad nikah waktu itu, ini kedua kalinya aku mencium tangannya.

"Hati hati ya dirumah." Ucapnya sambil menyentuh puncak kepalaku. "Aku pergi dulu."

Aku menahan lengannya saat dia mau pergi.

"Ada apa?"

"Gak dicium." Ucapku sambil menunjuk keningku. Bukankah biasanya suami istri seperti itu ya?

"Harus gitu?" Tanyanya sambil menahan tawa. Apanya sih yang lucu? bukankah ini emang udah menjadi standar dalam pernikahan ya? Istri cium tangan, lalu suami kecup kening.

"Tauk ah." Jawabku sebal dan segera berbalik badan. Baru selangkah kaki ini melangkah, Biru tiba tiba membalikkan badanku lalu mengecup keningku. Tak hanya kening, tapi juga kedua pipi yang seketika membuat wajahku memanas.

"Cie.....romantis banget pengantin baru."

Aku dan Biru seketika mencari sumber suara. Ternyata Gani ada disebelah rumah dan menyasikan adegan romantis kami di ambang pintu. Maklumlah lampu sebelah rumah mereka memang remang remang, jadi kami tak menyadari jika ada Gani yang sedang menjemur handuk disana.

"Gak usah sungkan, lanjutkan saja. Anggap aja aku kuntilanak yang tak terlihat dan cuma kedengeran ketawanya, hihihihi...." Ucap Gani sambil tertawa renyah.

Cih, tawanya gak mirip sama sekali sama kuntilanak. Dan lagi, mana ada kuntilanak rambunya cepak kayak dia.

Kulihat wajah Biru memerah karena malu. Kepalang tanggung, dan karena ditantang oleh Gani, aku langsung berjinjit dan mencium bibir Biru.

"Syet dah.." Teriak Gani.

Aku menahan tawa melihat ekspresi terkejut Biru. Matanya membulat dan tangannya bergerak menyentuh bibir yang baru saja aku kecup. Kedua pipinya memerah karena malu.

"A, aku berangkat dulu." Biru terlihat salah tingkah. Cepat cepat dia membalikkan badan dan keluar rumah. Aku yakin ciumanku akan membuatnya tak fokus mencari ikan malam ini.

"Bye suamiku sayang. Cepat pulang ya. I love u." Teriakku dengan nada manja. Sengaja mengejek Gani. Dia pikir aku gak berani apa bermesraan didepan dia. Aku melengos kearah Gani lalu menutup pintu belakang dan menguncinya. Bomat si Lisa udah masuk apa belum. Salah sendiri udah malam masih kelayapan. Entar kalau pulang pulang bunting, kucing jantan pula yang disalahkan.

"Hi....hi...hi.." Aku terjingkat kaget mendengar suara ketawa mirip mbak kunti. Kurang ajar, itu pasti Gani yang sengaja manakut nakutiku.

Aku kekamar Biru untuk mengambil ponsel. Jemari ini bergerak cepat untuk mengecek emailku. Yes, teriakku dalam hati saat mendapat balasan email dari Rama. Dia memberiku nomor ponsel dan memintaku untuk vc. Mungkin dia tak akan percaya kalau tak melihatku secera langsung. Jaman sekarang banyak sekali kasus penipuan, aku yakin dia tak mau percaya begitu saja jika ini benar benar aku.

Setelah menyalin nomornya, aku langsung menghubunginya via vidio call. Riang sekali hati ini saat membaca tulisan berdering dilayar ponsel. Tapi saat panggilan tersambung, aku tak bisa melihat wajahnya. Dilayar malah tertulis menyambungkan. Apa signalnya buruk ya? Aku masih terus menunggu dengan harapan berhasil tersambung. Hingga sebuah pesan masuk membuatku terhenyak, ternyata kuotanya habis. Lemas sudah tubuh ini.

Tak mau membuang waktu, segera aku pergi kerumah Santi dan mengetuknya kuat kuat.

Tok tok tok

"Santi...."

Bukannya Santi yang muncul, malah mas kunti yang menampakkan batang hidungnya.

"Eh...ada mbak amnesia. Ada apa nyariin aku, takut ya dirumah sendirian?" Tanyanya sambil menaik turunkan alis.

Dih, pede amat aku nyariin dia.

"Aku nyariin Santi." Jawabku jutek.

"Santi gak ada, adanya aku." Jawabnya sambil menyandarkan tubuh didinding dan berpose ala ala cogan. Mual aku melihatnya. Beruntung Santi tiba tiba muncul dari dalam.

"Kata siapa aku gak ada." Seru Santi yang langsung membuat Gani merubah ekspresi sok sok alim.

"Eh, ayang Santi ada didalam ya? Kirain tadi ketoko."

"Masuk Mas."

Seperti suatu perintah, Gani segera masuk setelah berpamitan padaku.

"Saya masuk dulu ya mbak amnesia."

Setelah Gani menghilang, aku langsung menarik Santi keteras agar tak ada yang mendengar obrolan kami.

"Ada apa kesini? Jangan bilang mau ngutang duit lagi?"

Emangnya ada tulisan mau pinjam uang ya di dahiku, bisa gitu Santi langsung tau.

"Enggak kok, hehehe. Gak pinjam duit, tapi pinjam uang."

Seketika Santi langsung melotot.

"Sekarang apa lagi yang habis?" Gerutunya sambi membuang nafas kasar. "Beras, gula, atau garam. Aku kasih aja kalau garam yang habis."

"Bukan."

"Lalu?"

"Kuotaku habis. Pinjami aku seratus ribu buat beli kuota."

"Astaga Cal, kamu pikir aku bank berjalan?"

"Ini emergensi San. Nanti aku gabti 10 kali lipat."

Seketika Santi tertawa terpingkal pingkal.

"Kamu balikin pas aja, aku udah bersyukur. Jadi gak usah sok sok an mau balikin 10 kali lipat."

Bomat Santi mau ngetawain aku atau ngatain aku halu. Terserah dia lah. Yang penting saat ini, aku harus dapat uang buat beli kuota.

1
Atiah arini
good
Triana Oktafiani
Keren sekali ceritanya, sangat menghibur👍
Yuli Yanti
ah thor tamat nya nanggung banget
Yuli Yanti
mamfir thor bru bca udh d'buat ketawa,nyesel aq bru bca
Chu Shoyanie
Safa:pendidikan tinggi tp semangat JD pelakor!!!
intan sari
nathan embun meninggal knp . ?? bukannya dulu orkay Yah
Aysana Shanim
Lah kok tamat kak?? Huhu belum rela nih aku kalo tamat 😭😭😭
Lanjutin kaaak pliiiss
Aysana Shanim
Huaaa ikutan deg degaan
Aysana Shanim
Santii santi bikin ngakak terus. Grogi liat cowok cakep sampe kayak orang kesurupan ya 🤣
Aysana Shanim
Asliii ini novel ceritanya bagus banget kak 🥹🫶
Aysana Shanim
Suami aku bilang gini juga kak othor 🤣
Gegara kutinggal lahiran di kampung, katanya tiap malem kangen. Liat wajan, panci, semua peralatan dapur inget aku terus wkwkwk
Aysana Shanim
Huhu so sweet banget kisah mereka 🥹
Aysana Shanim
Bisa aja kamu san 🤣
Aysana Shanim
Santiiii love sekebon 🤣
Aysana Shanim
Loveee budeee 🥰
Aysana Shanim
Calista nih sedikit sableng ya wkwk
Aysana Shanim
Ngakak banget ya ampuun pov nya
Aysana Shanim
Ya Allaah ngakak akuu 🤣
Aysana Shanim
🤣
Aysana Shanim
Asliii ini novel asiik banget di bacanya.
Udah lama banget nggak nemu novel komedi di sini yang asiik, ceritanya pas dan penulisannya bagus. Kemana ajaaa yaa aku haha
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!