Menikahi Ayah Sahabatku

Selama 3 bulan ini, pernikahan Vania dan Farel masih sama seperti biasanya, malahan bisa dibilang semakin romantis.

Hari hari mereka hanya dihiasi dengan cinta dan kasih sayang.

Sore ini Vania sudah memasak banyak sekali makanan kesukaan suaminya dan telah selesai ia hidangkan diatas meja makan.

"selesai.. tinggal nunggu mas Farel pulang. Aku mandi dulu ah"

Ya.. Farel memang meminta Vania memanggil mas, bukan dengan panggilan om lagi.

Waktu menunjukkan pukul 23.15, Vania menggeliat, tubuhnya terasa sangat pegal, oh ternyata dari tadi jam tujuh malam Vania tertidur di meja makan sampai sekarang.

Saat Vania terbangun dan hendak keluar rumah, dengan bersamaan Farel masuk kedalam rumah.

Farel melewati Vania begitu saja. Biasanya Farel selalu mencium kening istrinya pas sampai rumah. tapi kenapa sekarang tidak ia lakukan?

Vania mencoba mengusir rasa aneh, ia masih tetap berfikir positif. Ah mungkin karena suaminya sedang kelelahan, maklumlah.. biasanya kan pulang sore, tapi ini sudah larut malam.

Vania masih setia mengikuti punggung suaminya sampai ke dalam kamar.

Pas sampai di kamar, Farel langsung mandi setelah itu ia berbaring diujung ranjang dan bersandar di ranjang king size itu. Farel memainkan hp tanpa menoleh dan mengajak bicara Vania.

ada apa dengan mas Farel? kenapa sikapnya aneh sekali? tidak seperti biasanya?

Lagi lagi Vania masih berfikir positif .

"Mas.. kamu sudah makan malam belum? aku tadi udah buatin makanan kesukaan kamu loh mas. kalau mas mau makan sekarang, aku angetin lagi ya makanannya?" tanya Vania antusias

"tidak peelu, aku sudah makan"

"oh.. ya udah, mas istirahat gih.. pasti capek ya?"

Farel tak menjawab ucapan Vania. Ia malah membaringkan diri dan memunggungi Vania. Padahal biasanya Farel selalu bercerita ini dan itu sebelum tidur. Tapi malam ini?

"mas.." baru saja Vania ingin berbicara, Farel mengangkat tangannya dan mengisyaratkann pada Vania untuk diam.

Vaniapun langsung bungkam.

Padahal Vania ingin memberitahu sesuatu hal yang penting. Tapi..

ah ya sudahlah, bicara besok saja. gumam Vania

Akhirnya Vania ikut membaringkan diri dan memeluk tubuh Farel dari belakang.

"Aku capek mau istirahat" ucap Farel sambil menyingkirkan tangan Vania yang sedang memeluknya.

Mendapat penolakan dari Farel tentu membuat hati Vania sakit. Dan Vania pun hanya bisa memandang punggung sang suami.

Tanpa terasa air matanya jatuh begitu saja. Vania menangis dalam diam. Percuma saja ia menanyakan perihal mengapa suaminya bersikap dingin malam ini, karena Farel tak mungkin menjawab jika suasana hatinya sedang tidak baik.

Setelah beberapa menit ia termenung dalam pembaringannya, Akhirnya Vania terbang ke alam mimpi.

"Tuhan.. berikan aku tidur yang nyenyak, berikan aku mimpi yang sempurna malam ini, esok, dan seterusnya. Aku ingin saat aku membuka mataku lagi nanti, suamiku telah kembali. Kembali menjadi Mas Farel yang kemarin, yang lembut padaku. Jangan dulu Kau hilangkan kebahagiaan atas kasih sayangnya yang baru saja aku rasakan 3 bulan ini Tuhan, Amiin"

...****************...

Tidur Vania benar benar nyenyak sekali semalam, bahkan sampai jam 7 pagi ini ia masih belum juga bangun.

Namun 20 menit kemudian Vania menggeliat dan terbangun, ia merentangkan tangannya kesamping, meraba sang suami. Matanya langsung melebar kala ia tak mendapati sang suami disampingnya.

Vania langsung meraih jam kecil si nakas, ia terbelalak kaget! bagaimana bisa ia bangun kesiangan seperti ini? Vania melihat kamar mandi kosong!

"bik.. apa mas Farel sudah berangkat?" tanya Vania pada asisten rumah tangganya.

"sudah nyonya, dari jam 6 tadi"

"jam enam???"

"iya nyonya, sepertinya Tuan sedang buru buru"

"apa Tuan tadi sempat sarapan bik?"

"tidak nyonya, Tuan tidak sarapan. Tapi tadi Tuan berpesan supaya nanti malam nyonya tidak usah menunggu Tuan pulang"

"benarkah? ada pesan lain gak bik?"

"tidak ada nyonya"

"baiklah.."

dooorr

Vania berjingkat kaget kala ada yang menepuk bahunya, ternyata itu Rossa.

Ya, Semenjak Vania menikah dengan sang ayah, Rossa memilih tinggal di apartemen.

"mamahku sayang.. kenapa pagi pagi sekali mukanya sudah si tekuk begitu? tar cantiknya ilang hlow..

"aku lagi sebel tau sama ayah kamu, tumben sekali dia berangkat tuh ga pamit aku dulu, mana berangkatnya pagi banget pula"

"masak sih?"

"iya"

"atau ayah lagi ada meeting pagi mungkin"

"ya seenggaknya kan pamit dulu lah"

Rossa hanya mengedikkan bahunya.

"Kamu kesini sendiri?" tanya Vania penasaran, karena akhir akhir ini kemana Rossa pergi Agam aelalu menempel.

"hh.. sama si dudul satu tuh ada di depan dia" jawab Rossa

"Ya udah, tar aku gabung. tapi aku mau mandi dulu bentar"

"oke.. aku tunggu di ruang tengah"

Sementara Vania langsung masuk kamar, Rossa berjalan menuju ruang tengah dimana Agam sedang main game.

"Ross.. sini deh, temenin main game yuk? seru tau, game baru nih!" ujar Agam sembari menarik tangan Rossa untuk duduk disampingnya.

"main game apaan sih? sampai mukamu kaku gitu hlow.. serius banget kayak kanebo kering"

"biarin! nah dari pada kamu tuh! kayak celemek emak emak buat ngangkat wajan"

Rossa pun menonyor bahu Agam lalu menurut bersila di sofa, meraih stik game dan fokus untuk mulai memainkannya.

Sesekali mereka tertawa cekikikan dengan keseruan yang mereka ciptakan sendiri.

...****************...

Sedangkan di tempat lain, Farel memang sudah berada di kantor sejak jam tujuh tadi.

Farel masih memegang amplop coklat.

Ya.. pagi sekali ia mendapati ada sebuah bingkisan di atas meja kerjanya, tak ada nama pengirim disana.

Dengan segera ia membukanya, alangkah terkejutnya setelah mengetahui isi di dalamnya, amplop itu berisi foto foto istrinya yang tengah mesra bersama dengan salah satu rekan koleganya, Abian"

Farel meremas foto foto tersebut. Hatinya benar benar geram saat ini.

Kemarin ia baru saja mendapati sebuah kabar tentang Angel sang mantan calon istri yang menghilang begitu saja sudah membuatnya terkejut. Lalu di tambah dengan foto ini? Foto itu terlihat nyata tanpa editan.

Dan itu semua membuat Farel semakin enggan dengan Vania.

hayyo.. Angel kenapa ya??