Sebuah pernikahan yang membawa petaka, hal ini lah yang di alami seorang gadis cantik yang bernama Athena.
Gaun pengantin yang berlumuran darah menjadi saksi atas hancurnya kehidupan Athena. Pria yang sangat di cintai nya dengan tega membatalkan sepihak pernikahan yang selama ini merupakan impiannya.
Tidak hanya itu, ia juga harus kehilangan sosok seorang ayah yang telah merawatnya sedari kecil.
Namun sebuah fakta yang mengejutkan mulai terungkap, sosok ibu yang selama ini telah meninggalkannya, ternyata telah membunuh kedua orang tua dari calon suaminya Delano.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anisa Rmd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
Malam yang terang di hiasi ribuan bintang di langit, bulan sabit terpampang nyata menyaksikan kebahagiaan sepasang kekasih yang saat ini telah selesai menyematkan cincin di jari manis sebagai bukti cinta mereka berdua.
Malam itu Athena terlihat begitu cantik dengan balutan gaun berwarna putih dan rambut yang tersanggul rapi.
Gadis itu tersenyum kepada pria yang saat ini sudah resmi menjadi tunangannya.
"Sangat sederhana, tapi aku bahagia...", Bisik Athena di telinga Delano.
"Aku senang kamu bahagia... Untuk resepsi pernikahan nanti, aku akan mempersiapkan yang terbaik untukmu", Balas Delano.
"Sekarang aku ingin menagih janjimu...", Bisik Athena lagi.
"Janji apa?", Tanya Delano bingung.
"Kamu lupa? Kamu sudah berjanji akan menceritakan semuanya kepadaku..."
"Ah... Baiklah, tapi akan ku ceritakan mulai saat kita bertemu pas SMA, biar tidak memakan waktu terlalu lama"
"Oke gak masalah, toh aku juga sudah mengingat masa-masa kecil kita", Jawab Athena dengan tenang.
"Tapi sepertinya gak mungkin aku menceritakannya di sini. Di sini terlalu berisik..."
"Ayo kita ke kamarku!"
Athena menarik lengan Delano mengajaknya masuk ke kamar yang terletak di lantai dua.
"Ayo ceritakan!", Pinta Athena ketika mereka baru saja duduk di bibir sofa.
Flashback on~
Delano POV
Hari pertama ospek aku melihat seorang gadis cantik tengah berlarian memasuki gerbang sekolah.
Ia terengah-engah dan sesekali mengusap keringat yang membasahi dahinya.
Aku dan dia datang terlambat, hingga kami di berikan hukuman oleh senior mengumpulkan 1000 helai daun berbentuk love di taman belakang sekolah.
Mengumpulkan 1000 helai daun bukan perkara mudah, karena memang pada saat itu tidak banyak daun yang berguguran.
Saat matahari mulai terbenam, teman-teman yang lain sudah di perbolehkan pulang ke rumah, sementara daun yang kami kumpulkan masih kurang banyak.
Senior mendekati kami dan memerintahkan kami untuk melanjutkannya esok hari.
Sejujurnya aku tidak merasa keberatan dengan hukuman yang di berikan, aku merasa senang karena bisa bersama dengan gadis itu.
Keesokan harinya, aku dan dia sudah berada di taman belakang sekolah. Kami memulainya pada pagi hari, mengumpulkan setiap helai sambil bercanda ria.
Saat kami hendak beranjak ke pohon berikutnya, kakinya tersandung dan tanpa sadar aku menangkapnya. Kalungnya tersangkut di sweeter yang aku gunakan. Aku membantunya melepaskan benang yang terikat di kalungnya, hingga akhirnya aku menyadari bahwa gadis ini adalah gadis yang sempat singgah di hidupku.
Aku sangat senang mengetahuinya, jantungku berdetak kencang, dan aku sangat berharap gadis itu tidak mendengarnya.
Selama 2 hari penuh kami mengumpulkan 1000 helai daun tanpa mengikuti kegiatan ospek selayaknya.
Setelah masa ospek berakhir, aku terus memperhatikannya, tanpa di perhatikan balik oleh gadis itu.
Kami tidak pernah lagi berbicara, gadis itu bahkan tidak pernah menoleh ke arahku.
'lagi-lagi dia melupakanku', pikirku saat itu.
Selama tiga tahun berturut-turut di kelas yang sama, untuk pertama kalinya dia mengajakku berbicara.
Kalimat yang terlontar di mulutnya mampu meruntuhkan duniaku.
Dia mengajakku berkencan di depan banyak orang. Aku tidak tahu entah apa yang merasukinya saat itu.
Setelah mengamatinya kurang lebih tiga tahun, tentu saja aku mengetahui bahwa gadis itu sangat pendiam dan tidak memiliki banyak teman namun dengan beraninya menyatakan perasaannya kepadaku.
Ingin sekali aku menerima ajakannya untuk berkencan dan memeluknya saat itu, tapi aku mengurungkan niatku.
Aku tidak ingin dia mempermainkan ku karena semuanya begitu tiba-tiba.
Saat itu aku mulai menyadari, dia adalah seorang gadis yang memiliki ambisi untuk mendapatkan apa yang ia mau.
Aku bahkan sempat tertawa mendengar alasannya mengajakku kencan.
Aku tahu bahwa dia bukanlah gadis yang haus akan uang, namun dia memberikan alasan mengajakku kencan karena aku berasal dari keluarga yang terpandang. Alasannya yang sangat konyol tidak bisa aku terima, aku menginginkan alasan yang sejujurnya namun gadis itu tidak mau jujur.
Flashback off~
"Jadi kamu menguntit ku?", Tanya Athena saat mendengar cerita Delano.
"Iya bisa di bilang begitu", Jawab Delano jujur.
Delano memang mengikuti Athena mencari tahu semua hal yang berkaitan dengan gadis itu.
"Wah... Ternyata kamu secinta itu samaku...", Athena memukul pelan bahu Delano.
"Iya... Sedih banget gak sih jadi aku?"
"Mmmm... Sebenarnya aku bukannya bersikap sombong pada waktu itu..."
"Masa?"
"Iya... Aku takut aja..."
"Takut kenapa?", Tanya Delano tak mengerti.
"Aku tau kamu memiliki banyak penggemar saat itu, aku takut jika aku berbicara denganmu, dan kamu mengatakan tidak mengenaliku, maka aku akan terlihat sangat menyedihkan!", Ungkap Athena.
"Alasan!", Ucap Delano cemberut.
"Beneran tau! Aku juga udah suka kamu dari dulu... Tapi aku gak berani mendekati kamu, karena takut penggemarmu akan menggangguku... Penggemarmu kan serem", Jelas Athena.
"Alesan, kalau takut kenapa kamu mengajakku kencan dan mengancam cewek-cewek untuk tidak mendekatiku!"
"Hehe... Karena memang sudah waktunya..."
"Maksudnya gimana?"
"Karena aku bertekad untuk berkencan di umur 17 tahun", Jawab Athena sambil tersenyum.
"Iya deh iya..."
"Tapi kamu juga jahat...", Sambung Athena.
"Jahat gimana?"
"Kamu selalu menolak ku. Sejujurnya aku sangat malu, tapi tidak aku perlihatkan..."
"Iya-iya maaf ya...", Delano memeluk Athena dengan erat, ia merasa bersalah karena sudah memperlakukan Athena dengan buruk.
"Untuk kedepannya aku akan selalu membahagiakan mu...", Janji Delano kepada Athena. Ia tidak ingin gadisnya menangis dan terluka baik itu karena ulahnya sendiri ataupun orang lain.
"Kamu harus menepati omonganmu..."
"Iya akan ku tepati, aku janji gak akan membuatmu menangis. Aku akan selalu membuatmu bahagia dengan caraku..."
"Oke... Aku pegang omonganmu!"
Ceklek
Pintu kamar Athena terbuka, terlihat semua orang berusaha menguping pembicaraan antara Athena dan Delano dari luar.
"Upsss... Maaf", Ucap Jessi sepupu Delano.
"Sejak kapan kalian semua berdiri di situ?", Tanya Delano saat melihat semua orang berdiri di dekat pintu.
"Baru kok, tenang aja kami gak denger apa-apa...", Jawab Jessi sedikit berbohong.
"Terus ngapain kalian semua kesini", Tanya Delano curiga.
"Heheh... Jadi kami tidak ingin kalian melakukan sesuatu hal yang tidak boleh di lakukan. Jadi kami sengaja menguping!", Ungkap paman Delano dengan jujur.
"Dih... Paman tau aku bukan pria yang seperti itu!"
"Mana tau kamu khilaf, jadi sebelum setan datang menggoda alangkah baiknya kami cegah. Kami melakukannya untuk kebaikan kalian berdua, benar kan..."
"Iya benar!", Jawab mereka serentak.
Delano hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah keluarganya.
"Ini aku mau keluar kok, kalian duluan ke bawah!", Perintah Delano yang memang sudah terbiasa berbicara santai kepada paman dan sepupunya.
"Barengan aja, tadi ibu juga sudah mengajak pulang!", Seru sang paman yang tidak mengindahkan perintah Delano.
"Iya-iya ini mau keluar...", Ucap Delano sambil berdiri.
"Aku pulang dulu ya sayang...", Pamit Delano kepada Athena.
"Iya, mau ku anterin sampe depan gak?"
"Enggak usah, istirahat aja aku tahu kamu capek"
"Yaudah, hati-hati di jalan ya..."
"Iya sayang"