Azkia Arabella seorang gadis desa Zkenti yang selama ini di asuh dan di besarkan oleh Mis.Bel, kejadian yang dialaminya di kota Zervo membuatnya masuk dalam konflik permasalahan beberapa keluarga
besar yang sangat rumit. Steven Alexi
merupakan salah satu putra dari keluarga itu, ia seorang pebisnis sukses juga dan nantinya akan membantu gadis itu jiwa dan raganya, keduanya akan dihadapi dengan konflik romansa percintaan yang berat dan rumit.
Steven Elio banyak memiliki rahasia yang disembunyikannya dari dua orang terpentingnya ini. ia akan mengalami banyak kejadian menyedihkan yang membuat dirinya tersiksa.
silahkan simak kisah ketika hati tlah memilih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adilpic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sstt..
Mobil Alexi memasuki pekarangan rumah Elio, ia bergegas turun dari mobil dan masuk ke kediaman yang tidak membosankan meski sudah berkali kali dia datang menetap di sini.
Alexi kemudian membuka pintu dan naik ke kamar Elio di lantai 2 rumah itu, ia mengambil tas berukuran sedang dan memasukkan beberapa baju, celana dan dalaman di sana.
' Sepertinya sudah cukup ' pikirnya.
Sebelum menutup pintu lemari, Alexi melihat bajunya yang entah sepertinya terlupa pada saat ia menginap lalu, ia memutuskan untuk mandi dan berganti sebelum ke rumah sakit.
Beberapa hari ini menemani sahabatnya itu Alexi tidak bisa beranjak dan membiarkan tamannya itu begitu saja. Dia akan menggila dan hilang kendali jika sendirian di situasi ini.
' Hah, dimana dirimu ' tanyanya dalam hati.
Sosok Azkia muncul di benaknya, entah apa yang terjadi pada gadis itu, ia sudah cukup menderita dengan berbagai situasi buruk yang menimpanya beberapa hari ini. Entah mengapa ia terganggu dengannya.
Alexi masuk ke bilik kamar mandi, ia membiarkan air membasahi seluruh tubuhnya, ia merasa segar setelah terkena air hangat yang telah di setel sedemikian rupa.
' Aku harus bergegas ' ingatnya.
Setelah selesai ia mengeringkan rambutnya dengan handuk dan memakai pakaiannya. Ia kemudian meraih tas yang dikemasnya dan segera turun ke lantai dasar. Alexi lalu Menuruni dengan cepat, menyambar kunci mobil dan tidak lupa ia mengunci pintu rumah itu. Ia berjalan menuju mobil di depan rumah, namun sebelum ia masuk, ia mendengar suara kecil seseorang memanggil seseorang dari kejauhan.
Alexi menoleh, dari balik remang-remangnya lampu di depan rumah Elio terlihat sosok kecil sedang mendekat dengan gaun putih selutut, ia berjalan tertatih sambil memegang lengan kanannya. Alexi cukup merinding dibuatnya. Namun setelah cahaya mengenai sosok tersebut Alexi melepaskan tas di tangannya dan berlari menghampirinya sambil memastikan dirinya.
" Azkia ? " ucapnya bertanya memastikan sambil memegang pundak gadis itu lembut.
Gadis itu menatap Alexi, mata mereka bertemu, mata hijau kebiruannya menyadarkan Azkia bahwa ia telah berada di desa Zkenti dan bertemu dengan orang yang bisa menolongnya. Air mata yang selama ini di tahannya jatuh tak tertahan. Ia menangis tersedu dan menjatuhkan dirinya yang lemah ke dada Alexi.
' Mengapa kita selalu bertemu di situasi dan kondisi seperti ini ? ' keluhnya dalam hati.
Alexi menenangkannya sambil menepuk pundak dan kepalanya.
'Apa yang dialami gadis ini sampai tubuhnya terasa ringan tak bertenaga seperti ini ? '
" Sstt " ucapnya Alexi menenangkan.
Tangisannya terdengar menyayat hati, mungkin Alexi tidak dapat mengerti kesedihannya tapi ia dapat melihat kesakitan yang ada di mata dan tubuhnya.
Sudah lama rasanya ia tidak menenangkan seseorang seperti ini dalam dekapannya. Kadang ingin rasanya Alexi menepis semua rasa yang datang padanya jika menyangkut mengenai seorang gadis. Ia tidak ingin melabuhkan hatinya pada siapapun lagi. Namun ia tidak bisa menolak gadis ini, entah mengapa menjauhinya sangatlah susah jika dia berada dalam pandangannya. Beberapa tahun ini ia telah menghindari semua gadis yang ingin menjadi wanitanya dan itu baik-baik saja, tidak ada kesusahan dan keresahan dalam hal itu. Tapi Azkia ? ia cukup spesial bagi Alexi.
Mungkin saja karna dia ada hubungannya dengan Elio ? Hah, Ia pun tidak tahu, dirinya hanya mencari alasan dari kepeduliannya itu.
Azkia perlahan mulai tenang, Alexi melepaskan pelukannya dan menatap wajah kecilnya sambil memerhatikan setiap inci dari wajah itu, ada bekas tamparan di pipinya, bibir berdarah dan lebam. Melihatnya membuatnya marah.
' Siapa yang melakukan ini ? '
Alexi menyapu pelan luka pada ujung bibir Azkia.
" Apa sakit ? " tanyanya.
Azkia menggeleng.
" M, Ms.Bell, apa dia baik-baik saja ? " tanyanya menahan tangisnya yang telah berhenti.
Alexi tersenyum melihat matanya yang bengkak akibat tangis. Ia melihat Alexi dengan sangat, meminta jawaban dari pertanyaannya.
" Ya dia sedang menerima perawatan di rumah sakit "
" Oh tidak ", ucapnya dengan air mata yang menetes kembali.
Alexi menyeka air matanya sambil menenangkannya kembali.
" Sudah, hentikan, jangan menangis lagi, kau sudah cukup menderita beberapa hari ini, Ms. Bell pun akan segera membaik, dia akan sedih jika melihatmu seperti ini ", ucap Alexi yang kemudian di anggukkan oleh Azkia.
" Sebelum kita berangkat kau harus mengobati lukamu dulu dan mengganti bajumu, Elio akan jantungan jika melihat kau seperti ini "
" Ya "
" Ayo kita masuk "
Alexi pun kembali membuka rumah Elio dan membantu Azkia berjalan dan mendudukkannya di sofa menyuruhnya duduk dengan tenang sembari dia mengambil peralatan obat P3k.
Setelah kembali Alexi memandangi Azkia, ternyata luka dan memar ditubuhnya sangatlah banyak, pantas saja ia merasa sakit di semua anggota tubuhnya.
" Siapa yang melakukannya ? ", tanya Alexi yang berjalan kearahnya sambil menatap Azkia dengan pandangan dan mimik wajah yang dingin. Sebenarnya Alexi tidak bermaksud seperti itu, namun wajah dan temperamennya dari ke kecil terbentuk sedemikian rupa.
" Aku tidak tahu ", jawabnya sambil memalingkan pandangannya.
" Lalu bagaimana kau kabur ? "
Azkia terdiam, apa yang harus di jawabnya ?, Azkia merasa terintimidasi, nada dalam pertanyaannya seakan mengatakan "Harus, jawab sekarang juga " padanya.
" Aku melepaskannya sendiri ", ucapnya bohong.
" Hah, kau tidak nyaman denganku ? "
Terkaget.
' Mengapa tiba-tiba ia bertanya begitu ? '
" Tidak, tidak seperti itu "
" Yah, baik aku akan percaya, kalau begitu bisa julurkan tanganmu ? "
Azkia mengulurkan tangannya dan Alexi membersihkannya dengan sangat hati-hati. Kini mereka saling berhadapan, Azkia menatap sosok di hadapannya dengan hati-hati, sudah ke 2 kalinya ia di rawat oleh Alexi seperti ini. Tangannya yang besar dan terlihat kekar itu ternyata tidaklah kasar, kulit mereka pun berbeda, ia cukup coklat dari kulit Azkia.
" Apa yang kau perhatikan se serius itu ? "
Azkia tersipu malu, ia ketahuan.
" Tidak, jika di ingat ini kali ke 2 kau mengobati ku ", ucap Azkia.
" Mm ya ", jawabnya singkat.
Alexi menaruh handuk basah kecil berwarna biru di sampingnya dan mengambil salep luka untuk mengoleskannya pada Azkia.
" Tahan sebentar " ucapnya menatap ujung bibir Azkia sambil mengoleskan salep luka. Azkia terkejut perih dan menjauh.
" Tahanlah sedikit, ini akan membaik " Ucap Alexi kemudian sambil menariknya mendekat.
" Elio, apa dia baik-baik saja ? "
Alexi tidak menjawabnya dan meneruskan kegiatannya mengolesi salep di pipi Azkia. Azkia merasa diacuhkan tidak mendapat jawaban yang di inginkannya sedari tadi.
" Kau terganggu ?, aku tidak menjawab pertanyaanmu ? "
" Hemm "
" Aku pun demikian "
" Ah, tapi aku sungguh tidak tahu "
" Jangan menganggap ku bodoh Azkia, itu tidak mungkin terjadi tanpa bantuan orang lain, dan lagi kondisimu sangat memprihatinkan seperti ini ", ucapnya sambil menatap kaki dan tangan Azkia yang terluka.
" Bisakah kau menjawab ku saja ?, aku sungguh tidak tahu, situasi pada saat itu mendukungku untuk kabur tanpa pengawasan sama sekali, luka ini, mataku tertutup hingga aku tidak dapat mengenalinya. "
Alexi menyerah, gadis ini sangat keras kepala.
" Baiklah, aku akan percaya. Menyangkut Elio di dalam kondisi down, tidak bisa menemukanmu, kita harus bergegas kerumah sakit malam ini "
" Baik ", ucap Azkia.
" Ini, bergantian lah menggunakan baju ini, kau pasti kedinginan ", ucap Alexi sambil menyodorkan baju kemeja berwarna putih dan celana panjang miliknya.
" Baik " ucap Azkia beranjak masuk ke ruang sebelah tangga sambil membawa baju pemberian Alexi.
untuk thornya semangat upnya.
udah bagus novelnya