Aku terpaksa mengikuti permainan orang orang kaya dengan meminum satu botol wiski demi uang untuk operasi jantung adikku.
Siapa sangka setelah itu aku terbangun di pagi harinya sudah kehilangan kesucianku, dan yang lebih menyakitkan lagi, aku sama sekali tidak tahu siapa pria yang sudah menodaiku.
Dengan berlinang air mata, aku kabur dari hotel menuju rumah sakit. Aku menangis sejadi-jadinya untuk menghilangkan sesak di dadaku.
Aku Stevani Yunsu bukanlah wanita murahan. Apakah pria itu akan bertanggung jawab atas perbuatan malam itu?
Ikuti cerita novelku...🤗🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💞💋😘M!$$ Y0U😘💋💞, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Zionel Meracau
Zionel benar benar tak bisa dilarang, pria itu justru merampas minumannya dari tangan Alex. Ia kembali menenggak minuman itu hingga benar-benar mabuk.
"Kau harus bertanggung jawab Lex, kau lah yang membawaku ke klub malam itu. Kau yang membuatku melihat wanita itu." ujar Zionel mulai meracau. "Ia selalu datang disini, disini, disini, di kamarku selalu ada wajahnya. Sedangkan aku sama sekali tidak mengenalnya Lex. Ini semua salahmu Lex."
Alex terkekeh geli, ia sudah bisa menebak apa yang sedang terjadi pada Zionel. "Baiklah, aku yang salah. Aku akan bertanggung jawab, jadi apa yang ingin anda lakukan sekarang?"
Zionel melepaskan tawanya. "Tentu saja kau harus membawanya, aku ingin memastikan apa yang membuatku terus memikirkannya." ujarnya dengan suara mabuknya.
"Oke akan aku lakukan pak Zio, besok kita menemuinya." jawab Alex. "Sekarang sudah waktunya anda tidur."
"Aku tidak mau memejamkan mataku Lex, wanita itu datang saat aku memejamkan mata. Ia seperti hantu saja, ia terus berjalan, berlari, tersenyum, ia benar benar hantu."
"Stevani wanita cantik pak Zio bukan hantu."
"Ya ya ya... wanita itu memang cantik, tapi ia bukan wanita baik baik. Wanita seperti itu tidak sederajat denganku Lex, tapi kenapa ia terus menggangguku."
Alex hanya bisa tertawa mendengar racauan Zionel, ia segera membantu pria itu naik ke atas ranjangnya.
"Katakan padanya jangan datang lagi menggangguku, jika ia masih terus menggangguku, kau lah yang akan aku pecat Lex." ujar Zionel lagi seraya tertidur.
Alex menghela nafasnya lalu menggelengkan kepalanya. "Ini pertama kalinya anda terus memikirkan seorang wanita pak Zio, tapi aku tidak yakin anda bisa bersamanya. Bu Presdir akan mati berdiri jika tahu putra kesayangannya menyukai gadis pekerja klub malam. Sungguh pria yang malang." gumamnya seraya melangkahkan kakinya meninggalkan Zionel.
*****
Stevani ke rumah sakit lagi setelah pulang bekerja, ia pulang terlambat karena banyaknya tamu klub malam tidak seperti biasanya. Tapi sebanyak apapun tamu yang datang, ia masih belum mendapatkan solusi untuk masalahnya. Sekeras apapun ia mencoba untuk menemani mereka minum, ia tetap tak bisa melakukannya.
Stevani melangkahkan kakinya lebih cepat menuju ruangan Zaline, perlahan ia membuka pintu kamar adiknya agar tidak ada yang terganggu dengan kedatangannya. Ia menatap bu Yoyoh yang sedang tertidur di sofa. Ia mendekati wanita itu lalu menyelimutinya.
"Maaf bu, aku pulang terlambat. Bu Yoyoh pasti sangat lelah menjaga Zaline. Terima kasih banyak telah membantuku." gumam Stevani.
Ia beranjak dari sana lalu mendekati Zaline yang masih tertidur juga. Ia tersenyum lalu menarik selimut lebih tinggi.
"Gadis pintar, terima kasih tetap bertahan sayang. Kakak berharap kau benar benar siap untuk operasimu besok." bisik Stevani.
Stevani juga beranjak dari sana, ia lelah, matanya sayup sayup karena belum tidur. Ia keluar dari ruangan dengan perlahan lalu duduk di kursi depan ruangan itu. Matanya perlahan meredup dan akhirnya tertidur dengan posisi duduk seperti itu.
*****
Stevani terisak dalam tidurnya, ia bermimpi buruk tentang Zaline.
"Tidak mungkin dok, Zaline baik baik saja kan? Anda bilang Zaline akan baik baik saja setelah melakukan operasi. Tidak... Zaline jangan tinggalkan kakak. Kakak tidak bisa hidup tanpamu Zaline."
"Tidak...Zaline... Kakak mohon bangunlah... Zaline..."
"Nona...nona..." seorang perawat menepuk pundaknya. "Nona bangun..."
"Zaline... Dimana Zaline?" tanya Stevani setelah membuka matanya.
"Nona Zaline ada di kamarnya, anda sepertinya bermimpi." jawab perawat tersebut menenangkannya.
"Ya Tuhan... aku minta maaf sus."
"Tidak apa apa nona." jawab perawat itu lagi lalu meninggalkan Stevani.
Stevani menghela nafasnya, ia menyenderkan kepalanya ke dinding.
"Ya Tuhan, mengapa mimpi itu menakutkan." pikir Stevani.
Ia segera masuk kembali ke dalam ruangan, menatap jam dinding yang ada disana.
"Aku baru tidur setengah jam, tapi mimpi itu seperti nyata." pikir Stevani lagi.
Ia mendekati Zaline, menatap wajah adiknya lalu menggenggam tangannya.
"Apa yang akan aku lakukan tanpamu Zaline? Aku tak akan bisa hidup, aku tak akan bisa bertahan. Kakak mohon jangan pernah tinggalkan kakak." ujarnya seraya terisak.
"Kakak..." ujar Zaline.
Stevani segera menghapus air matanya. "Apa kakak membangunkanmu?"
Zaline menggelengkan kepalanya lalu menatap Stevani. "Kakak menangis?"
"Ah tidak sayang, baru saja kakak menguap." jawab Stevani berbohong.
"Mengapa kakak tidak tidur saja? Kakak baru pulang? Apa pekerjaan semalam sangat banyak?"
"Kakak pulang setengah jam yang lalu, tapi kakak memang terlambat karena tamu klub sangat ramai."
"Pasti melelahkan jadi kakak, maafkan Zaline."
"Kau mulai lagi nona cantik. Bukankah kakak selalu pulang terlambat jika sedang ramai, jadi ini sudah biasa sayang. Bu Yoyoh sangat lelah sekali, kakak tidak berani membangunkannya."
"Bu Yoyoh bilang hari ini tidak akan pulang karena ia sudah membawa pakaian ganti, jadi biarkan saja ia tidur lebih lama. Tapi sebenarnya kita sudah merepotkannya, Zaline berani sendiri disini."
"Kau benar sayang, kita memang sudah membuatnya repot. Tapi jika kita membahasnya lagi, ia akan marah dan bersedih. Ia ingin kita menganggapnya sebagai ibu kita."
Zaline mengangguk. "Kita beruntung punya bu Yoyoh. Kakak... ada yang ingin aku katakan pada kakak, tapi kakak harus berjanji tidak akan membuangku dengan mengembalikan aku kepada mereka."
Stevani terkejut dengan ucapan adiknya. "Apa maksudmu? Mereka? Maksudmu keluargamu? Apa kau ingin mengatakan siapa dirimu sebenarnya pada kakak?"
"Berjanjilah padaku kak." jawab Zaline.
Stevani menganggukkan kepalanya. "Aku janji, aku tidak akan membuatmu kembali pada keluargamu jika mereka jahat padamu."
Zaline menggelengkan kepalanya. "Keluargaku baik, mereka sangat menyayangiku."
"Jika mereka baik, mengapa kau tak mau mereka tahu keberadaanmu Zaline. Sebenarnya apa yang terjadi 5 tahun yang lalu, katakan pada kakak Zaline." pinta Stevani.
Wajah Zaline terlihat sangat sedih, ia harus mengatakan semuanya sebelum melakukan operasi. Karena ia tak ingin menyesal jika nanti ia tak bisa selamat dari operasinya. Melihat kesedihan di wajah Zaline, Stevani sangat khawatir.
"Jangan katakan sayang jika kau belum siap. Kau bisa mengatakannya setelah kau kembali sehat. Kau harus berpikiran tenang sebelum operasi, kakak tidak ingin kau memikirkan sesuatu yang membuatmu sedih." ujar Stevani.
"Aku tidak ingin menyesal jika nanti aku tak bisa bangun lagi." jawab Zaline.
Seketika Stevani bangun dari duduknya. "Jika kau mengatakan itu lagi, maka jangan pernah melihat kakak lagi Zaline. Lebih baik kakak mati sebelum terjadi sesuatu padamu. Kata katamu seakan-akan tidak ingin bersama kakak lagi." ujarnya seraya terisak.
Bu Yoyoh terbangun setelah mendengar keributan itu. "Ada apa neng?" ujarnya.
Stevani dan Zaline menatap bu Yoyoh bersamaan. Bu Yoyoh beranjak dari sana mendekati mereka. Wanita paruh baya itu menatap Stevani yang sedang menangis.
"Ada apa neng Vani? Kenapa?" tanya bu Yoyoh lagi.
"Aku tidak ingin berbicara lagi denganmu Zaline." ujar Stevani seraya berlari keluar.
"Neng..." panggil bu Yoyoh.
"Kakak..." panggil Zaline sedih.
Bu Yoyoh menatap Zaline. "Ada apa neng Zaline? Mengapa neng Vani terlihat sedih sekali?"
"Ini salah Zaline bu, bu tolong bicara dengan kakak. Katakan Zaline minta maaf, Zaline tidak akan bicara seperti itu lagi. Tolong bu..." pinta Zaline sambil menangis.
"Ya Allah... ibu benar benar bingung. Neng Zaline tenang ya, ibu akan bicara dengan neng Vani."
Zaline menganggukkan kepalanya. Bu Yoyoh segera meninggalkan Zaline untuk berbicara dengan Stevani.
*****
Akankah Zaline mengatakan siapa ia sebenarnya? Lalu siapakah Zaline?
Sampai ketemu hari Selasa...☺️☺️☺️
Happy Reading All...
Bersambung...