WARNING!!! BIJAKLAH MEMBACA!!! NOVEL 21+!!! JIKA TIDAK SUKA SKIP SAJA . MARI SALING MEMPERMUDAH URUSAN ORANG LAIN MAKA HIDUP ANDA PASTI JUGA AKAN DI MUDAHKAN OLEH TUHAN.
Laura Elsabeth Queen tidak menduga ia akan bertemu kembali dengan Zafran Volkofrich mantan kekasihnya, di acara ulang tahun teman sekelas mereka, 10 tahun yang lalu mereka berpisah dengan tidak damai, orang tua Laura menentang keras hubungan mereka karena Zafran pria miskin. Zafran masih sakit hati pada Laura dan ingin membalas dendam.
Di sisi lain Laura mengetahui rahasia kedua orang tuanya setelah mereka meninggal, dan kini beban berat berada di pundak Laura.
Sedangkan Zafran pria miskin itu kini telah berubah menjadi penguasa dunia bisnis.
Bagaimana kisahnya yuk baca kelanjutannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 22
Senyum Ramon beserta kakaknya membuat mereka menjadi sepasang manusia yang melewati batas.
Ketamakan Gaby serta kerakusannya dengan harta, membuat nya menjadi wanita yang siap melakukan segala cara dan menghalalkan segalanya meski itu adalah tindak kejahatan yang keji.
Gaby masih tidak sadar, siapa sebenarnya yang akan ia lawan, daripada memikirkan itu semua Gaby lebih memilih untuk melakukan jalan pintas, menjegal semua wanita yang berada di samping Zafran yang berniat menggoda Zafran.
Tapi Gaby lupa akan sesuatu, bahwa Laura bukanlah seseorang yang bisa ia samakan dengan wanita-wanita lainnya yang berebut tempat di sisi Zafran.
Gaby bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju kamar Resort, pakaian wanita itu serba minim, dengan kaca mata hitam, beserta rambut hitamnya nya lebat dan panjang membuatnya terlihat cantik, tubuhnya yang seksi dan berisi membuat mata para pria tidak bisa berpaling, Gaby adalah wanita yang sangat percaya diri.
Wanita itu berlenggang mantap dan sangat suka menggoda mata para pria untuk menatapnya dan kini ia menuju kamar Zafran. Namun sesampainya di depan pintu kamar Zafran, wanita itu tidak berani mengetuk.
Niatnya menciut ketika ia mengingat ancaman Zafran, ia berniat berbalik dan pergi namun melihat seorang gadis keluar dari kamar yang bersebalahan dengan Zafran.
"Dia mirip seseorang yang ada di foto itu." Ujarnya dalam hati.
"Apa kau yang bernama Laura Elsabeth Queen." Tanya Gaby dengan berkacak pinggang, dan melenggokkan pinggulnya.
"Ya, itu aku." Kata Laura menoleh dengan santai, ia tidak terkejut karena ini bukan pertama kali baginya, akhir-akhir ini ia selalu di sapa oleh wanita-wanita cantik yang seksi dan tentunya dengan tatapan mereka yang penuh kebencian padanya.
"Aku Gaby... Pacar Zafran dan sebentar lagi kami akan bertunangan."
Wanita itu tersenyum bangga, tatapannya seolah mencemooh Laura. Gaby memandangi dari ujung kepala Laura hingga ujung kakinya, yang saat itu berpakaian casual hanya dengan celana pendek dan t-shirt lengan pendek berwarna putih.
Laura yang kala itu baru saja selesai berendam dengan air hangat, hanya asal menggulung rambutnya dan sedikit helai-helai rambutnya melambai.
Gaby menilai gaya Laura sangat berantakan, namun jika Gaby mau berkata jujur, Laura memang gadis yang cantik, sangat natural, tubuhnya sedikit lebih kecil darinya tapi memiliki postur ideal dan berkulit putih, tanpa harus di poles atau di berikan pakaian mahal Laura tetap terlihat menawan.
"Lalu.." Sahut Laura berusaha menunjukkan ketenangannya dan sekuat mungkin untuk tidak jatuh karena kaki nya terasa lemas, dadanya bergemuruh mendengar wanita itu berkata dirinya adalah pacar dan sekaligus tunangan Zafran.
"Aku hanya ingin memperingatkanmu, bekerjalah sebagaimana mestinya, jaga sikapmu dan matamu."
"Terimakasih tidak perlu anda mengingatkan, karena saya sudah tahu apa yang harus saya lakukan."
"Baguslah, tapi aku tidak mengerti kenapa kau datang kembali pada Zafran, apa karena Zafran sekarang menjadi pria kaya dan kau memanfaatkannya untuk melunasi semua hutangmu? Jangan kau kira aku tidak tahu apa-apa tentang dirimu, aku tahu semuanya dari Zafran."
"Apa maksudmu?" Tanya Laura, mengernyitkan alisnya, jantungnya berdegup kencang,
"Bagaimana mungkin Zafran bisa memberitahu pada orang lain rahasia perjanjian mereka." Kata Laura dalam hatinya.
"Aku tahu kau pasti berfikir bagaimana aku bisa tahu masalah itu kan? Aku adalah tunangannya, dan wajar dia memberitahuku segalanya." Kata Gaby tersenyum penuh kebanggaan.
"Benarkah, Zafran yang menceritakan semuanya?" Tanya Laura tertunduk, kali ini ia benar-benar merasa lemah. Memang benar Gaby adalah tunangannya, tapi menurutnya tidak relevan dan tidak etis ketika Zafran harus menceritakan masalah pribadi nya pada orang lain walaupun itu adalah tunangannya.
"Sebegitu buta karena cinta kah pria itu pada wanita ini." Geram Laura dalam hatinya, gadis itu mengepalkan tangannya.
"Lalu dari mana dan dari siapa lagi aku bisa tahu kalau kau adalah mantan pacarnya sewaktu kalian masih bersekolah, dan sekarang kau memanfaatkannya karena dia telah menjadi pria kaya, tapi bagi Zafran dengan nominal uang sekecil itu hanyalah seperti sedekah baginya, tenang saja, itu tidak berarti apapun untuk Zafran."
Melihat sikap Laura yang semakin tertunduk, Gaby menilai gadis itu pasti merasakan pukulan berat dari semua yang ia ucapkan, dan Gaby sangat puas.
"Benarkah Zafran berfikir seperti itu." Laura menarik nafasnya, ia benar-benar tidak habis pikir.
"Aku bekerja di perusahaan Hitz, dan aku tidak tahu bahwa Zafran adalah pemilik perusahaan itu, dan bagiku mantan selamanya akan tetap menjadi mantan, dan itu tidak akan berubah, apakah anda puas dengan jawaban saya? Dan sampai hari ini hubungan kami hanyalah sebatas atasan dan bawahan."
"Tapi aku tidak yakin dengan jawabanmu, kenyataannya kau benar-benar mengemis pada Zafran agar dia mau melunasi hutang-hutangmu."
"Aku bekerja dan ada perjanjian surat kontraknya, jika anda tidak percaya bisa anda tanyakan pada pacar anda. Permisi." Kata Laura mengakhiri pembicaraan panas itu.
"Tunggu dulu." Teriak Gaby.
Laura berhenti dan mendesah malas.
"Ada apa lagi Nona." Kata Laura sembari memutar matanya pertanda ia sangat jengah.
"Hanya dengan perjanjian kontrak itu kau jadikan alasan? Naifnya, apa kau pikir bisa membuat semua orang percaya hanya dengan kertas tak bermakna, itu hanyalah caramu bersembunyi dari sifat parasitmu, dan juga bukan kau yang harusnya mengakhiri obrolan ini."
"Dasar lancang, apa kau tidak memiliki tatakrama!!!" Gaby melirik dengan mata tajam pada Laura yang berada di sampingnya, dan menyalipnya dengan menyedekapkan tangannya kemudian menyenggol bahu Laura dengan kasar.
"Astaga, kekanakan sekali. Aku baru bekerja beberapa hari dengan pria diktator itu tapi sudah mendapat banyak musuh. Apa aku bisa melewatinya selama 3 bulan." Kata Laura murung.
"Tidak, tidak boleh, aku tidak boleh patah semangat, penginapan itu harus kembali. Aku akan pertahankan demi ayah dan ibu, terserah mereka akan memandangku tak tahu malu atau menilaiku seperti apa."
Kata Laura menyemangati dirinya sendiri.
.
.
.
bersambung~