Lamanya waktu bersama tidak menjamin sebuah ikatan langgeng dan bahagia. Bahkan meski hampir 20 tahun Elara Nasution menghabiskan hidupnya bersama sang suami Ares Dawson Atmaja. Semua terasa tidak berarti untuk pria itu. Ditambah dengan belum adanya buah hati di antara mereka membuat hubungan suami istri itu menjadi semakin renggang.
Kehadiran orang ketiga yang dibawa secara sadar oleh Ares menjadi awal dari keruntuhan rumah tangga yang telah susah payah Elara bangun. Elara pun menyerah, melepaskan cintanya yang telah mati dan tergantikan oleh sosok baru yang mengasihinya lebih dari siapa pun. Penyesalan selalu datang terlambat, dan itu semua dirasakan Ares saat Elara bukan lagi miliknya.
Apa yang akan dilakukan Ares untuk mendapatkan kembali cinta Elara?
Apakah Elara akan menerima Ares atau menjalin kasih dengan pria idaman lain ?
follow my ig @ismi_kawai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ismi Kawai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 21
Elara POV
Aku melihat wajahnya yang serius, namun aku mendengar perkataan dirinya yang seperti lelucon. Pria itu memintaku untuk menikahinya, apa maksudnya ini?
"Menikahimu?!" aku membeo.
"Iya, kamu harus bertanggung jawab! Siapa yang akan mau dengan pria yang sudah tidak perjaka?" keluhnya masih dengan wajah memelas menyedihkan. Membuatku tidak enak hati namun, pernyataan akan keperjakaannya itu mengusik diriku.
"Apa bedanya pria yang sudah perjaka atau tidak?"
"Jelas ada bedanya, Ara!" Charles masih dengan argumennya.
"Oh... Tuan Charles jangan membodohiku, aku harus pergi sekarang! Kita bicarakan ini nanti," jelasku membuat mata Charles berkilat.
"Aku tidak menyangka seorang Elara Nasution ternyata orang yang tidak bertanggung jawab," ucapannya membuat langkahku terhenti. Aku menoleh padanya yang hendak beranjak dari ranjang.
"Apa yang kau lakukan?!" aku memekik sambil menutup mataku.
Charles berjalan tanpa sehelai benangpun, bokong seksinya terpampang jelas menggoda iman.
"Kenapa menutup mata? Bukankah semalam kau senang menggerayangiku, menggigit bahuku hingga memerah, menandai sekujur tubuhku dengan bibirmu," bisiknya ditelingaku.
Ya, ampun apa-apaan dia, mengucapkan kata-kata yang begitu vulgar. Bulu romaku sampai meremang, aku menahan dada telanjangnya agar tidak lebih dekat.
"Hentikan! Aku benar-benar tidak ingat," belaku sambil memalingkan muka. Aku merasakan hembusan nafasnya yang mengenai wajahku.
"Nikahi aku, Ara!"
"Tapi aku sudah menikah," cicitku.
Charles mencekal kedua tanganku, aku tersentak karena terkejut dan mataku yang tidak sengaja terbuka akhirnya melihat ke bawah.
Oh Gosh! Besar sekali, apa benar semalam benda itu memasukiku?
Charles menyadari pandanganku lalu tersenyum licik. Dia mengkungkungku pada dinding. "Kau mengingatnya? Kau mau lagi?"
"Akh, ampun aku menyerah, pakai bajumu sekarang juga!" aku memohon agar dia melepaskan aku.
Ini posisi yang membuatku sulit bernafas. Aku malu, benarkah aku sebinal itu tadi malam. Charles merenggangkan cekalannya dan aku langsung menarik tanganku, beringsut menjauhinya yang telanjang bulat. Aku menghadap membelakangi dirinya, mengatur nafasku yang sempat tidak beraturan.
"Jadi, kau akan menikahiku Ara?" untuk kesekian kalinya, pertanyaan itu membuat telingaku sakit.
Aku memejamkan mata, berusaha berfikir. Bukan apa, statusku sekarang ini masih sebagai istri Ares. Meski dirinya sedang mengurus perceraian kami, hatiku mendadak ngilu. Perasaanku masih sama padanya, dan ini menyiksa.
Charles yang melihatku terdiam tidak menjawab memilih memakai jubah tidurnya lalu memelukku dari belakang, aku kembali dibuatnya terkejut.
"Aku tau apa yang kau pikirkan, Ara aku akan membuatmu melupakannya. Kau meminta itu semalam," ucapnya.
Aku yang hendak melepas pelukannya, menjadi urung. Aku menunduk melihat kakiku yang telanjang. "Aku tidak tau apa yang aku katakan tadi malam, kenyataannya aku masih istri Ares."
"Kau bilang Ares menceraikanmu," jawabannya menohok hatiku.
"Dia baru mengurusnya," suaraku lirih.
"Aku bisa menunggu," Aku membalik tubuhku menghadapnya.
"Terlalu cepat, dan aku tidak ingin menjalani pernikahan tanpa cinta,"
"Aku mencintaimu, Ara..."
Aku melebarkan mataku, pria ini mengutarakan perasaannya? Apa ini benar?
"Kau bilang apa?"
"Aku menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu, hingga rasa suka ini menjadi cinta. Aku ingin kau menjadi istriku, Ara... karena aku mencintaimu."
"Tapi aku..."
"Aku akan membuatmu mencintaiku, beri aku kesempatan!" Matanya menatapku lembut.
Tatapan penuh cinta yang dulu pernah Ares berikan padaku. Aku tidak tau apakah ini benar? Tapi bukankah lebih baik dicintai dari pada mencinta? Namun, ini tidak adil untuk Charles?
"Ini tidak akan adil untukmu," sanggahku.
"Karena itu berikan aku keadilan! Buka hatimu untukku, biarkan aku membalut luka hatimu hingga tidak berbekas, bahkan kau tidak akan bisa mengingatnya lagi!"
🍁🍁🍁
Author POV
Kediaman Ares Dawson Atmaja
Romi datang ke kediaman Ares, pria itu sepertinya tau saat-saat tidak ada Elara di rumah. Ares menghubungi dirinya untuk mengurus perceraiannya dengan Elara.
"Selamat siang, Tuan," sapanya.
"Kau sudah datang, ikut aku!"
Ares membawa pria itu ke ruang kerjanya. Dia menyalakan sepuntung rokok dan menghembuskan asapnya perlahan.
"Aku ingin kau mengurus perceraianku dengan Elara,"
"Apa? Tuan ingin bercerai dengan Nyonya? Kenapa?" Romi tampak terkejut.
"Sophie jatuh dari tangga kemarin, dan dia bilang jika Elara yang mendorongnya," kembali Ares menghisap rokoknya. "Aku harus menjaga anakku, langkah ini pun akan menghentikan Januar berbuat ulah hingga Sophie melahirkan nanti," pungkasnya.
Romi seperti tidak suka dengan rencana Ares. Sebenarnya, dia merencanakan hal lebih dari ini. membuat Elara menyerahkan semua kekuasaannya pada Ares hingga kemudian memanfaatkan Ares dan mendepaknya.
"Tuan... jika anda bercerai, perusahaan Gloomy tidak akan seperti sekarang. Penurunan pasti akan terjadi, Tuan sudah memikirkan hal itu?"
"Aku tidak perduli, untuk saat ini langkah tersebut adalah yang terbaik. Public pasti akan iba pada Elara, hingga perusahaan miliknya tidak akan terkena dampak dari perceraian ini. Dan dapat dipastikan dia tidak akan menikah lagi mengingat Atmaja lah rumahnya. Hanya butuh waktu 2 tahun, aku akan membuat Elara menjadi Nyonya Atmaja kembali. Dengan begitu, semua akan baik-baik saja," terang Ares panjang lebar.
"Menyerahkan posisi Nyonya Atmaja pada Nyonya Sophie untuk 2 tahun?"
"Ya,"
"Apa dia bersedia menggantikan hanya sementara?"
"Dia hanyalah wanita polos tanpa ambisi, aku yakin dia tidak akan keberatan," Ares meyakinkan.
Romi terdiam dengan pikirannya sendiri, dia tidak menyangka Ares akan mengambil langkah ini. Tindakan implusif Sophielah yang menyebabkan ini semua terjadi.
Aku harus mengatur ulang rencana, wanita itu membuatnya menjadi runyam!
"Pastikan minggu ini surat gugatan itu sudah sampai padaku," titah Ares.
"Baik, Tuan! Kalau begitu saya permisi dulu," Romi pamit.
Ares kembali menghisap rokok yang sudah hampir habis itu, menerawang memandangi taman di balik kaca ruang kerjanya. Sekelebat bayangan masa lalu terlihat, saat dirinya dan Elara yang bermain kejar-kejaran diusia 10 tahun. Getir mulai terasa merasuk dalam relungnya, dia tidak tau jika akan kehilangan sesuatu yang akan disesalinya seumur hidup.
🍁🍁🍁
Elara POV
Gloomy Corporation
Hiruk pikuk terlihat, jam sibuk setelah makan siang membuat masing-masing orang tidak memperhatikan sekitar. Berpacu dengan waktu dengan mengerjakan tugas sesegera mungkin agar tidak pulang larut malam.
Aku berjalan cepat sambil menunduk berusaha agar tidak bertegur sapa dengan karyawan. Aku harus sampai ke ruangannya karena hari ini ada meeting dengan klien dari China. Baru saja aku keluar lift, aku harus berpapasan dengan Sebastian, dia memandang aneh pakaian yang aku kenakan.
"Nyonya, anda baru sampai dan ada apa dengan-"
"Aku terjatuh tadi hingga pakaianku kusut," selaku.
Raut wajah pria itu berubah saat mendengar penuturanku. "Apa Nyonya baik-baik saja? Jika perlu, saya akan memanggilkan dokter. Meeting bisa kita tunda," ucapnya khawatir.
Aku menggeleng dengan senyuman. "Aku baik-baik saja, kau bisa pergi ke ruang meeting lebih dulu," jelasku.
"Benar Nyonya baik-baik saja?" Kembali Sebastian meyakinkan diriku.
Aku memutar tubuhnya membelakangiku lalu mendorong pelan. "Sudah sana, jangan banyak tanya!"
Sebastian dengan pasrah menuruti bosnya. Dengan perlahan dia melangkah menuju ruang meeting, sesekali menoleh ke belakang melihat ke arahku. Aku hanya tersenyum sambil memberi isyarat agar pria itu segera memasuki ruangan.
Tbc.
Please rate, vote dan likenya yach!
Sertakan comment kalian agar aku lebih baik lagi, Enjoy!
Maaf ya telat up... 2 princess ku demam... jadi super manja, maunya dikelonin gak mau lepas. Mau mandi adja susah. Huhuhu
alur ceritanya jg Ter atur. love u thor 🥰🥰🫰
gita " tapi malu... "