NovelToon NovelToon
AWAN MERAH

AWAN MERAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:24
Nilai: 5
Nama Author: yotwoattack.

Seorang pemuda tampan yang katanya paling sempurna, berkharisma, unggul dalam segala bidang, dan yang tanpa celah, diam-diam menyimpan sebuah rahasia besar dibalik indahnya.

Sinan bingung. Entah sejak kapan ia mulai terbiasa akan mimpi aneh yang terus menerus hadir. Datang dan melekat pada dirinya. Tetapi lama-kelamaan pertanyaan yang mengudara juga semakin menumpuk. "Mengapa mimpi ini ada." "Mengapa mimpi ini selalu hadir." "Mengapa mimpi ini datang tanpa akhir."

Namun dari banyaknya pertanyaan, ada satu yang paling dominan. Dan yang terus tertanam di benak. "Gadis misterius itu.. siapa."

Suatu pertanyaan yang ia pikir hanya akan berakhir sama. Tetapi kenyataan berkata lain, karena rupanya gadis misterius itu benar-benar ada. Malahan seolah dengan sengaja melemparkan dirinya pada Sinan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yotwoattack., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

A M BAB 21 - kos dan kejujuran.

"Permisi~ orang ganteng lagi ngapel." Kata pemuda itu sambil membuka pintu. Sebelah tangannya menenteng tas berisi bahan-bahan yang tadi mereka beli di minimarket. Sementara Dinya berjalan mengiringi di belakangnya.

Tap..

Tap..

Entah sudah kali keberapa Sinan mampir ke kos tersebut. Intinya menjadi semakin sering semenjak proses ajar mengajar mereka sepakati untuk berlokasi di sana.

Mengunci pintu dan meletakan sepatu pada rak, si tuan rumah lantas berjalan santai memasuki kamarnya. Kembali dengan setelan santai sambil ikut-ikutan berjalan menuju dapur mini tempat Sinan berada. Pemuda jangkung itu berkelut akan segala bahan dan alat memasak yang ada.

"Kira-kira gula merahnya cukup gak segini, atau mau ditambahin lagi. Tapi toleransi kamu terhadap manis agak rendah ya."

"Kalau urusan bubur kacang, mau semanis apapun gue bakal tetep tahan." Sahut Dinya langsung. Menatap punggung lebar yang masih berbalut baju seragam tersebut santai. "Bubur kacang adalah sebuah pengecualian bos. Suatu makanan yang sama sekali gak punya titik salah."

Sinan terkekeh. Berbalik dan menunduk untuk membalas tatapan si gadis.

"Sesuka itu? Oke, aku catat aku catat."

Setelahnya, kegiatan masak-memasak dua remaja berbeda jenis kelamin itu berjalan bak air mengalir. Tenang. Juga hangat. Meski sekekali dibumbui oleh tawa mengejek dari pihak perempuan, namun respon yang diberikan pihak lainnya hanya kekehan manis. Benar-benar menikmati waktu kebersamaan dengan gadis tersebut.

"Coba dulu." Kata Sinan. Sempat meniup sendok yang berisi bubur kacang panas itu hingga si bubur kacang menjadi hangat. Sebelum menyuapkannya pada Dinya. "Pelan-pelan, gimana. Enak gak?"

***

Waktu melompat ke beberapa jam kemudian. Ketika keduanya sedang bersandar nyaman di atas sofa sederhana setelah menyelesaikan kegiatan mereka.

Srek.

Dinya sedikit melirik pada ponsel Sinan yang terus-menerus mengeluarkan bunyi notifikasi. Menatap layar yang menyala, gadis itu lantas sedikit dibuat salah fokus dengan wallpaper yang si pemuda pasang. Itu adalah potret dirinya. Sejak kapan.

Lalu Dinya melirik lagi pada si ponsel setelah tadi melemparkan sorot curiga pada pemuda yang sedang bersandar disamping. Sepertinya tidak menyadari bahwasanya sejak tadi ponselnya terus berbunyi.

"Kirana." Kata gadis itu pada diri sendiri. Yang langsung menarik perhatian Sinan untuk menoleh. Lalu mengantungi ponsel tersebut begitu saja. "Kirana, kayak nama merk minuman yang tiap bulan tetangga gue beli."

Seseorang yang sempat panik langsung tersedak nafas sendiri. Sinan tertawa lalu merangkul si gadis lemah. Tawanya mereda dan berubah menjadi kekehan.

"Itu kiranti sayang." Mengkoreksi. Lalu merogoh kantungnya lagi untuk mengeluarkan ponsel dan meletakkannya di atas meja. Menunjukkan profil dari si pengirim chat pada gadis disampingnya. "Dia.. tante aku. Tante Kirana, orang yang disuruh orang tua aku buat mantau keadaan aku selama mereka di luar negeri."

Sempat merasa ragu, tapi setelah menimbang-nimbang dan membuat keputusan lagi. Sinan jadi memiliki niat untuk segera mengutarakannya.

"Oh, jadi apa." Respon Dinya. Membiarkan dagu si tampan mendarat pada puncak kepalanya. Lalu merasakan dua belah tangan yang kokoh dan kuat mulai membingkai tubuh mungilnya. "Itu lagi ada hal penting ta. Sampai ngespam segitunya."

Menggeleng. Sinan lalu melirik jam pada dinding yang sebenarnya tak begitu larut.

"Dia emang gitu." Seraknya. Merasa ini adalah momentum yang tepat untuk mengutarakan apa yang dirasa. "Aku sebel tau sama dia. Kasar, suka nuntut, suka merintah, bersikap seenaknya mulu. Gak suka aku."

Sementara pihak lainnya mulai berlarut dengan ujarannya sendiri. Dinya malah dengan santai bersandar pada dada Sinan, sambil tangannya membuka isi ponsel pemuda itu. Pertama-tama memandangi wallpaper tersebut cukup lama, sebelum menekan pesan notifikasi yang ada.

Kirana

Dimana?

Udah jam segini, pulang.

Bales.

Anak dungu, jawab saya.

Kamu akhir-akhir ini mulai berani, bahkan dengan seenaknya pulang sesuka kamu. Dan itu kamu lakukan tanpa izin saya!!

Seandra, kamu ingat. Kamu gak pernah bisa lepas dari saya.

Pulang.

?!

Kata saya pulang.

Oh.

Maka jangan salahin saya kalau si tua bangka ini dapet luka lagi.

Hebat.

Bagus Seandra bagus.

Saya sudah berbaik hati, tapi kalau kamu semakin bersikap kurang ajar begini, saya jadi dengan terpaksa harus ngaduin ini semua. Ke 'orang tua' kamu.

Pulang sebelum jam 10.00, toleransi terakhir saya ke kamu.

^^^Anda^^^

^^^Stfu.^^^

^^^Rewel.^^^

Setelah memberi pesan balasan, Dinya lantas keluar dari aplikasi tersebut. Beralih untuk memeriksa isi galeri pemuda yang masih berlarut akan ujarannya sendiri. Dan rupanya tebakannya benar, isi galeri paling atas berisi foto-foto miliknya yang entah sejak kapan diambil.

"Dia juga suka marah kalau aku deket sama remaja yang di luar dari kelompok Max." Sinan mengoceh. Membiarkan Dinya melakukan apapun yang ia mau pada ponselnya sementara dirinya bermain dengan anak rambut gadis itu. Juga mengelus punggung si gadis lembut. "Padahal jelas itu bukan ranah dia buat ikut campur. Setuju gak kamu."

"Setuju." Sahut Dinya.

"Habis itu, dia juga tukang cepu. Sengaja ngadu nya dilebih-lebihin biar aku dapet hukuman yang lebih berat." Memainkan ujung rambut sambil sesekali menghirup aroma shampo yang keluar dari surai sang gadis. Sebelum melanjutkan lagi. "Manipulatif. Dia bener-bener ngelakuin segala cara biar aku nurut ke dia."

"Setuju, dasar manipulator gila." Sahut Dinya lagi. Lagi dan lagi.

"Hus mulut. Pokoknya aku bingung, cinta. Selama ini aku selalu nurut, bukannya tanpa alasan, tapi aku cuma berusaha ngelewatin alur kehidupan aku yang luar biasa monoton." Sinan terkekeh miris. Setelah ingatannya sempat terlempar. Bagaimana dirinya menjalani kehidupan selama hampir delapan belas tahunan ini.

Di tuntut menjadi sempurna dan selalu mengajar kesempurnaan itu sendiri. Bagaimana cara bersikap, berjalan, berpakaian. Semuanya. Seolah boneka pemenuh obsesi gila. Seolah manekin yang harus menunjukkan penampilan paling terbaiknya. Dan itu semua dilakukan selalu dan selalu. Sampai tanpa terasa tembok pemisah berdiri kokoh.

Membentang di antara dua sisi kepribadian. Dua sisi topeng luar. Dua Sinan.

"Hidup aku sebelum ada kamu bener-bener membosankan banget," katanya setelah terdiam cukup lama. Membenamkan wajah pada ceruk leher si gadis. Mengangkat pandangan lagi untuk menyorot wajah polos Dinya, lantas ia tersenyum. "Syukurnya sekarang kamu disini. Bisa aku pegang, bisa aku toel-toel pipinya, bisa aku peluk. "

Kehangatan manis menyelimuti keduanya. Saling mengasihi, menguatkan dan mendengarkan. Mau Sinan ataupun Dinya, mereka sama-sama sudah terbiasa akan kehadirannya masing-masing. Terbiasa menghabiskan waktu bersama.

Hingga tak berselang lama dari itu, bunyi rintik hujan mulai terdengar. Semakin lama semakin kentara, menghujami bumi bersamaan dengan petir menyala-nyala yang juga turut hadir.

Dinya masih terdiam dalam posisi, memberikan si pemuda melakukan apapun itu pada rambutnya.

Tetapi, pelukan yang kian mengencang dan yang membuat mereka jadi hampir tak berjarak tersebut pada akhirnya juga membuat pihak perempuan terganggu. Menggerakkan tubuh yang seolah terkunci, tepukan kencang lantas melayang pada lengan kokoh yang mendekapnya kencang.

Tes.. tes.. JEDORRR!!

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!