NovelToon NovelToon
Surat Untuk Aluna Kayara

Surat Untuk Aluna Kayara

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga / Selingkuh / Persahabatan / Cintapertama
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Kim elly

⚠️ sebelum baca cerita ini wajib baca Pengantin Brutal ok⚠️

Setelah kematian Kayla dan Revan, Aluna tumbuh dalam kasih sayang Romi dan Anya - pasangan yang menjaga dirinya seperti anak sendiri.
Namun di balik kehidupan mewah dan kasih berlimpah, Aluna Kayara Pradana dikenal dingin, judes, dan nyaris tak punya empati.
Wajahnya selalu datar. Senyumnya langka. Tak ada yang tahu apa yang sesungguhnya disimpannya di hati.
Setiap tahun, di hari ulang tahunnya, Aluna selalu menerima tiga surat dari mendiang ibunya, Kayla.
Surat-surat itu berisi kenangan, pengakuan, dan cinta seorang ibu kepada anak yang tak sempat ia lihat tumbuh dewasa.
Aluna selalu tertawa setiap membacanya... sampai tiba di surat ke-100.
Senyum itu hilang.
Dan sejak hari itu - hidup Aluna tak lagi sama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim elly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

chapter 28

Keesokan harinya, rumah terasa lebih hidup. Aroma roti panggang memenuhi ruang makan.

"Aluna udah bisa sekolah?" tanya Herman dengan mata berbinar.

"Udah, Kek," jawab Aluna sambil mengunyah pelan.

"Kakek udah transfer uang jajan buat kamu," ucapnya dengan bangga.

"Makasih, Kakek."

"Senyum dong. Semangat sekolahnya. Mau ujian loh," kata Herman.

Aluna tersenyum kecil sambil meneguk susu.

"Papa anterin, ya," tawar Axel.

"Dijemput Ray," jawab Aluna santai.

Herman langsung menatap Aluna. "Jangan dulu dekat sama cowok, Aluna."

"Papa juga nikah sama ibu udah lulus SMA kan," ucap Aluna tersenyum licik.

"Jangan disamain, itu zaman dulu," timpal Axel sambil tertawa kecut.

"Jadi Aluna harus gimana?" tanyanya manja.

"Ya... jaga jarak dulu," jawab Axel menatap putrinya dengan campuran sayang dan cemas.

"Tapi Aluna nggak mau dijodohin kayak Papa sama Ibu," ucap Aluna dengan nada menggoda.

"Itu Papa kamu yang minta. Dia badung banget dulu," sahut Herman, tertawa kecil.

"Tapi Ibu cantik pas nikah," kata Aluna menyindir Laura halus.

Axel langsung menengahi, "Udah siang, Ray udah di luar."

"Ya udah, Aluna pergi dulu." Ia memeluk kakek dan ayahnya, tapi melewati Laura tanpa menoleh.

Axel hanya diam. Ada rasa bersalah yang belum terucap.

Di luar, Ray sudah menunggu. Mobil sport biru metaliknya berkilau di bawah sinar matahari. Ia berdiri bersandar di kap mobil, senyum menawan di wajahnya.

"Wow, mobil baru ya?" tanya Aluna kagum.

Ray hanya mengangkat alis dan tersenyum. "Hmm." Ia membukakan pintu. "Ready?"

"Ready," jawab Aluna, memasang seatbelt dengan senyum kecil.

Mobil melaju kencang ke sekolah. Setibanya di parkiran, semua mata tertuju pada mereka. Davin, Tari, dan Risa sudah menunggu.

"Gilaaaa, mobil baru!" seru Davin takjub.

Aluna turun dengan langkah ringan.

"Hay, Aluna! Udah sehat?" tanya Risa.

"Udah," jawabnya sambil tersenyum manis.

"Wih, ceria banget pacarnya Ray," goda Tari.

"Iya dong," balas Aluna genit.

Dari jauh, di parkiran motor, Baskara memperhatikan dengan pandangan datar.

"Tuh kan, tumben Aluna senyum," celetuk Robi.

"Lo naksir?" goda Baskara.

"Dulu iya. Tapi minder, anjir. Liat dia kaya banget, kelasnya aja gelombang A," sahut Robi sambil nyengir.

"Cantik sih, tapi kelakuannya kayak dajjal," gumam Baskara sambil berjalan ke kelas.

Aluna dan geng-nya masuk ke kelas, semua pandangan mengikuti mereka. Bisik-bisik terdengar:

"Ekh, Aluna senyum."

"Cantik banget kalo senyum."

"Mimpi apa gue semalam, Aluna senyum."

"Kok mereka berisik ya cuma gara-gara gue senyum," gumam Aluna ke Risa.

"Karena lo cantik, sayang," jawab Risa sambil memeluknya.

"Masa sih?" Aluna menatap Risa dan Tari.

"Iya, baby," sahut Tari menggoda.

Aluna tersenyum kecil. Tapi senyum itu berubah jadi senyum misterius saat pandangannya menangkap Baskara di ujung kelas. Tatapannya tajam. Ada sesuatu di balik senyum tipis itu-sebuah rencana.

“Hari ini kuiz, ya,” ucap guru sambil menatap seluruh kelas dengan senyum penuh tantangan.

“Yes, Sir!” seru murid-murid serempak. Suasana kelas seketika ramai—bunyi pena, kertas, dan bisik-bisik kecil terdengar di antara barisan meja.

Satu per satu siswa mengangkat tangan ketika guru melempar pertanyaan. Udara di kelas mulai memanas, beberapa wajah pucat karena gugup.

“Aluna, kamu dari tadi angkat tangan terus. Poin kamu udah paling atas. Sekarang lempar satu pertanyaan untuk murid lain,” ucap guru sambil meliriknya dengan bangga.

Aluna tersenyum miring. “Oke. I throw a question to… Baskara,” katanya, suaranya terdengar manis tapi mengandung racun halus.

Seluruh kelas langsung menoleh ke arah Baskara. Cowok itu terlihat kaget, tangan yang memegang pulpen hampir jatuh.

“Baskara, answer please,” ujar guru dengan nada menegaskan.

Baskara menelan ludah. Ia celingukan, keringat menetes di pelipisnya. Otaknya kosong. Soal yang ditanyakan Aluna seperti bahasa alien baginya.

“Answer, Baskara! Now!” seru guru.

Semua mata menatapnya. Beberapa teman menahan tawa.

“Aku… aku nggak paham soalnya, Sir,” jawab Baskara jujur, suaranya gemetar.

Guru menatapnya lekat. “What? Fokus, Baskara!”

Aluna terkekeh kecil. “Hmm, maklum, Bu. Jebolan gelombang C,” ucapnya santai tapi menusuk.

Kelas langsung pecah tawa. Suasana riuh. Baskara menunduk, wajahnya merah padam menahan malu.

“Ok, Ray. Answer,” perintah guru dengan cepat, mencoba mengalihkan suasana.

Ray menjawab dengan tenang dan tepat. Gaya bicaranya kalem, penuh percaya diri.

“Good. Kita bertemu lagi minggu depan. Dan kamu, Baskara, ikut bimbel. Di kelas ini saya tidak mau ada yang tertinggal. Kalian semua akan jadi murid yang hebat,” ucap guru, lalu keluar ruangan sambil membawa buku catatannya.

Begitu guru pergi, kelas langsung berganti suasana jadi santai.

“Mau makan apa, sayang?” tanya Ray sambil menatap Aluna di kantin.

“Apa ya… bosen,” jawab Aluna sambil manyun. Nada manja itu sukses bikin Ray nyengir lebar.

“Ikh, gemesh banget sih,” ucap Ray sambil mencubit pipinya pelan.

“Aku pesen online, ya. Mau apa?” tanya Ray, membuka ponselnya.

Aluna menunjuk beberapa menu di aplikasi dengan ekspresi serius seolah sedang memutuskan masa depan. “Ini aja.”

“Ok, tunggu ya,” kata Ray.

Saat Ray sibuk dengan pesanan, mata Aluna melirik ke sekeliling kantin. Tatapannya berhenti di arah Robi dan Baskara yang sedang duduk berdua.

Senyum tipis muncul di bibirnya. Ia melambaikan tangan.

Robi menoleh dan menunjuk dirinya sendiri, bingung. “Gue?”

Aluna mengangguk pelan.

“Kenapa gue dipanggil?” gumam Robi panik. Ia menatap Baskara yang hanya mengangkat bahu.

Dengan langkah gugup, Robi menghampiri Aluna. “Ya, Aluna?” ucapnya pelan, seperti takut salah napas.

“Mau jajan? Gue traktir,” ucap Aluna dengan senyum yang cukup untuk bikin jantung Robi hampir copot.

Robi terpaku. Matanya melebar, wajahnya kaku. Ia bahkan lupa caranya bernapas.

“Woy, malah bengong!” tegur Ray sambil ngunyah roti. “Makan sepuasnya, kita traktir!”

“Oh—terima kasih, Aluna!” ucap Robi cepat, hampir gagap.

“You’re welcome,” jawab Aluna sambil tersenyum lagi—senyum itu menempel di kepala Robi seperti mantra.

“Al, kok lo beda,” tanya Tari curiga sambil menatapnya lekat.

“Beda gimana?” Aluna mengernyit.

“Lo jadi baik, senyum terus. Tell me what happened,” tanya Tari dengan nada setengah serius.

Aluna terdiam sebentar. Senyum lembut muncul di wajahnya. “Gue kemarin ribut sama Papa gara-gara surat dari Ibu. Di surat itu Ibu cerita semuanya... dan di akhir dia nulis kalau gue harus selalu senyum, jangan jahat sama orang, harus baik kayak dia. Jadi ya... gue lakuin.”

Suara Aluna bergetar halus. Untuk sesaat, kantin yang ramai seolah sunyi.

“Oh gue kira gara-gara lo jadian sama Ray,” sahut Tari cepat, mencoba mencairkan suasana.

Aluna terkekeh. “But itu salah satunya. Gue tuh bahagia aja kalau liat Ray.”

“Beuh, si Ray geer,” celetuk Davin sambil menggigit donatnya.

“Thanks, honey,” ucap Ray sambil tersenyum ke Aluna.

Makanan datang. Mereka mulai makan sambil bercanda dan tertawa.

Di meja lain, Baskara menatap mereka dari jauh. “Tumben dia baik,” gumamnya sambil menusuk nasi.

“Nggak tau. Cantik banget dia pas senyum. Gue deg-degan, sumpah,” kata Robi pelan, pipinya merah.

“Katanya lo sadar diri,” sindir Baskara sambil meneguk teh manis.

“Ngayal boleh kali,” jawab Robi sambil melirik Aluna diam-diam.

Tak lama kemudian, seseorang menepuk bahunya dari belakang. Robi hampir tersedak.

“Bilang ke semua ya, udah gue bayar,” ucap Aluna santai, lalu berjalan pergi.

“Ekh—makasih, Aluna!” seru Robi dengan suara agak tinggi.

“Sama-sama,” jawab Aluna tanpa menoleh.

Begitu ia menghilang di tikungan, Robi langsung menepuk dadanya. “Anjiiiir… gue gugup banget,” katanya sambil menunduk.

“Gila lo, gitu doang juga,” ucap Baskara sambil terkekeh.

“Gue takut sumpah Masuk kelas A  otak gue udah ngebul,ucap baskara  sambil memijat pelipis.

"Sabaaar." Ucap Robi sambil makan.

Baskara menghela napas. “Gue juga pusing, Rob. Harus ikut bimbel. Uang jajan gue dipotong buat bayar SPP. Bokap nyolot mulu.”

“Ibu lo kan kerja?” tanya Robi.

Baskara menatap kosong ke taman kantin. “Katanya… udah nikah.”

“Bagus dong, lo samperin, minta uang,” ucap Robi sambil tertawa kecil.

“Dia juga nyuruh datang sih… tapi gue belum sempat. Besok libur, mungkin gue coba ke sana.”

“Coba aja. Siapa tau bokap baru lo kaya,” kata Robi dengan nada bercanda.

Baskara tersenyum miring. “Katanya sih kaya… tapi gue nggak enak.”

“Udah yuk balik kelas,” ucap Robi sambil berdiri.

Mereka berjalan berdampingan, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri—Robi dengan debaran aneh di dadanya, Baskara dengan perasaan berat yang belum bisa ia pahami sepenuhnya.

Bersambung...

1
Ramun🍓😈
itu dramanya si Aluna lagi kah pura pura pinsang😂
kim elly: asli itu mah di cekik sesak nafasnya 🤣🤣tapi yang neken tangan baskara aluna
total 1 replies
Ramun🍓😈
si Aluna mah tidak ada duanya😂.
GreenForest
biarin napa sih Al Alex nikah kasihan tau, kamu enak bisa ciuman sama Ray lah papamu Alex masa nyium tembok mulu
kim elly: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
GreenForest
Untung yang Lo lihat bagian ciumannya doang, nggak bagian menghujam nya
NyonyaGala
eh bas meskipun bokap tiri lo kaya, mpok tiri lu gabakalan biarin lu dikasi duit🤭
NyonyaGala
meskipun kayla belain reno di surat aku tetep gasuka ama dia thor
tapi aku suka ama anaknya🤣
Mira
Apalagiii ini alunaaaa tiba tiba banget mau panahan
Mira
Alunaaaaa😭.. tapi bagus sih wanita wanita tangguh dan pemberani seperti aluna itu wajib ada didunia nyata
LauRa🍃🍃
Kasian banget kamu Van🤧🤧
Ramun🍓😈
gimana nnti ya klo Aluna bucin ma Baskara😂
Ramun🍓😈
ikutin saran Robi aja deh. Si Aluna meski cewek bukan tandingan mu😩
GreenForest
ini mah baskara di siksa tanpa menyentuh 😭
GreenForest
gila semua wanita yang Deket Axel terhempas keluar angkasa 🤪🤪
NyonyaGala
ku sungguh ingin nyanyi "malam cheos ini~"😭😭
NyonyaGala
aduh awalnya agak sweet ama ray bab akhirnya malah mewek lagi thor 😭
Mira
Suka ngakak liat kelakuan si Aluna, kadang diluar nurul kelakuannya wkwk
Mira
cowo cowo itu kalau ngomong sama Aluna udah bukan kaya ngomong sama cewe, gaada lembut lembutnya wkwk
Ramun🍓😈
Nyesek banget😩, banjir air mata gara gara author😩 sedih banget sih jadi Revan😩😭
Ramun🍓😈
Aluna lebih parah dari Mak nya😭
Ramun🍓😈
Nangis kejer ni thor😭. Sad banget jadi Revan😩😩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!