NovelToon NovelToon
Jangan Salahkan Aku, Ibu

Jangan Salahkan Aku, Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Poligami / Bullying dan Balas Dendam / Hamil di luar nikah / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:300
Nilai: 5
Nama Author: Widhi Labonee

kisah nyata seorang anak baik hati yang dipaksa menjalani hidup diluar keinginannya, hingga merubah nya menjadi anak yang introvert dengan beribu luka hati bahkan dendam yang hanya bisa dia simpan dan rasakan sendirian...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Widhi Labonee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sebuah Perubahan Drastis

Semenjak pertengkaran hebat gara-gara pertemuan Tiwi dengan Rudy itu membuat jarak antara ibu, anak dan bapak itu menjadi semakin terbentang lebar. Sejak hari itu, Tiwi menjadi sangat pendiam. Dia benar-benar hanya bicara pada sang Nenek. Jika ibu atau bapaknya bertanya akan dia jawab singkat saja. Dan Tiwi segera pergi menghindar dari kedua orang itu.

Pun dia tidak pernah bertemu lagi dengan Rudy, pemuda yang sudah mengambil seluruh hatinya itu, yang menjadi cinta pertama dalam hidupnya. Yang hanya meninggalkan sebuah surat, berisi tentang perasaannya, cintanya, dan meminta Tiwi untuk bersedia menunggunya kembali nanti. Saat ini dia pergi untuk meraih dan mewujudkan mimpinya menjadi nyata. Dan kelak dia pasti kembali setelah menjadi orang yang layak dan pantas mendampingi Tiwi sampai akhir. Bukan lagi seorang pemuda kampung yang bahkan untuk melindungi Tiwi dari perlakuan kejam orang tuanya saja dia tidak mampu.

Tiwi sekarang hanya berpikir untuk melanjutkan sekolah sesuai keinginannya, cita-citanya. Oleh karena itulah dia mendaftar ke SMK Penerbangan. Ismawan dan Riyanti tidak mendukung dan cenderung melarang. Sedangkan sang Paman dan kakek neneknya justru malah  mendukungnya. Oleh karena itu Tiwi mendaftar sendiri ke sekolah tersebut, saat dimintai tanda tangan orangtua atau wali, kedua bapak ibu nya kompak menolak.

“Aku nggak pernah mengijinkan kamu sekolah disana. Kalau kamu ngotot, maka silahkan biayai  sendiri sekolahmu dan hidupmu itu,” ujar Ismawan tegas.

“Tapi kalau kamu mau masuk SMAN, maka ku akan membiayaimu sampai selesai,”imbuhnya.

Sebagai anak yang tidak punya penghasilan apapun akhirnya Tiwi kembali harus mengubur cita-citanya, mengalah dan memilih untuk daftar sekolah sesuai apa mau Bapaknya itu.

Tetapi tetap saja Tiwi harus mengurusi segalanya sendirian. Saat waktu mendaftar di SMAN kota, ternyata waktunya sudah terlambat dan disarankan untuk daftar di sekolah favorit Kabupaten, melihat nilai NEM miliknya yang lumayan tinggi itu.

Bukannya bangga memiliki anak yang lulus dengan nilai terbaik satu sekolahan tapi malah marah karena tidak mematuhi apa yang diperintahkan yaitu mendaftar sekolah sesuai kemauan mereka. Ya Allah ….

—---------

Pagi itu Tiwi bangun setelah adzan subuh berkumandang. Seperti biasa dia akan langsung ke kamar mandi dan menimba air mengisi bak sampai penuh. Setelah mandi dan membersihkan diri, Tiwi pun bersiap mencari sepatu baru yang baru semalam dia beli bersama sang nenek dengan uang hasil menabungnya selama ini.

Alangkah terkejutnya dia ketika mendapati jika kedua sepatunya raib diambil maling. Bukan cuma satu tapi dua, karena semalam memang Tiwi belinya dua pasang. Dengan hati dongkol terpaksa dia meminjam sepatu milik sang kakak Adi yang otomatis kebesaran.

Tapi mau bagaimana lagi? Tidak ada lagi sepatu yang tersisa di rumahnya. Dengan langkah yang gontai Tiwi berangkat naik bus sendirian ke kota Kabupaten yang mengharuskan dia ganti bus dua kali itu. Dan alangkah malunya Tiwi saat dia turun dari bus sepatunya ketinggalan karena ke injak penumpang di belakangnya dan dilemparkan oleh kondekturnya padanya.

‘Ya Tuhan, cobaan apalagi ini…’ ucapnya lirih sembari berjalan memasuki halaman sebuah SMAN favorit itu.

Dengan ogah-ogahan dia mendaftar dan menyerahkan berkas yang dibutuhkan pada administrasi. Kemudian dia pun pulang tanpa menoleh lagi. Dia tidak pernah berharap diterima di sekolah itu, karena itu bukan yang dia inginkan.

Tetapi saat hari pengumuman tiba, Riyanti diperintahkan oleh Ismawan untuk mengantar Tiwi dan melihat apakah anak itu diterima atau tidak.

Dengan setengah hati dia membaca di papan pengumuman disaksikan sang ibu. Dan yah, namanya bertengger diantara beberapa nama anak lain yang diterima masuk sekolah disitu.

“Alhamdulillah,” ucap Riyanti.

“Mari kita cari kost buatmu di sekitar sini Wi,” ajaknya pada sang anak.

Dan dengan berjalan kaki mereka menyusuri Sepanjang jalan raya itu sampai akhirnya menemukan sebuah rumah yang menerima anak kost khusus perempuan. Kebetulan pemilik nya seorang keturunan Arab, sehingga Riyanti bisa dengan mudah percaya jika Tiwi tidak akan salah tempat.

—-----------.

“Kamu hati-hati disana ya Ndhuk… jaga dirimu baik-baik. Ini pertama kalinya kamu tinggal jauh dari Mbah dan tinggal di rumah orang lain. Meskipun kamu membayar, tetapi tetap jaga sikapmu, jaga kerapian dan kebersihan diri serta kamar mu. Jika pulang sekolah, sempatkan untuk mencuci baju kotor mu, biar tidak menumpuk banyak ya ..” masih banyak lagi nasihat serta pesan yang disampaikan oleh Bu Mirah pada cucu kesayangannya yang akan hidup jauh darinya itu.

Tiwi mengangguk mengiyakan. Ini malam terakhir dia tidur bersama sang Nenek. Besok pagi di akan diantar ke kost nya oleh kedua orang tuanya.

Dipeluknya tubuh tua sang Nenek yang sangat disayanginya itu. Orang yang sudah merawat dan membesarkan dirinya dengan tanpa pamrih. Menyayangi tanpa tapi, selalu membela setiap waktu.

“Doakan aku kuat disana ya Mbah, aku nggak bisa membayangkan hidup jauh darimu. Tidur tanpa bisa memelukmu begini .. aku takut Mbah…” ujar Tiwi pelan.

Bu Mirah mengusap lembut kepala cucunya ini, dikec*pnya lama kening sang cucu sambil dibacakan doa selamat.

“Sudah, sekarang kamu tidur, Mbah sudah mendoakan kamu agar selalu selamat dalam perlindungan Allah disetiap langkahmu, dimanapun kamu berada. Ayok, bubuk, biar bisa bangun lebih pagi…” dan kedua orang Nenek dan cucu itu pun perlahan terlelap dalam damai.

—---------

Kamar kostnya memang tidak terlalu luas. Dan dia mendapat teman satu kamar yang bernama Umi, anak seorang guru SD di lereng gunung bagian barat perbatasan dengan kabupaten sebelah. Dia adalah pribadi yang unik, dimana anak itu selalu saja ingin meniru apapun yang Tiwi lakukan. Mereka tidak berada dalam satu kelas yang sama. Tiwi di kelas 1.7 dan Umi dikelas 1.4.

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah dan harus mengikuti upacara. Tiwi yang sudah terbiasa menjadi danton bahkan pemimpin upacara di sekolahnya, sekarang harus terima nasib sebagai peserta. Gadis remaja yang selama ini selalu menjadi Alfa di sekolahnya, kini harus rela menjadi bukan siapa-siapa disini.

Banyak sekali anak lain yang jauh lebih berani unjuk diri dibandingkan dengan dirinya yang semakin pendiam ini. Dan dia akan menikmati perubahan yang sangat Drastis dalam hidupnya ini dengan lapang dada. Ternyata menjadi biasa saja jauh lebih menyenangkan daripada selalu menonjol sebagai pemimpin.

Tiwi yang sekarang adalah seorang gadis pendiam yang hanya akan melihat apapun di sekitarnya tanpa punya keinginan untuk ikutan atau sekedar berkomentar.

Hingga tiba saatnya mengikuti penataran P4 yang berlangsung selama seminggu di sekolahnya ini. Setelah dibagi kelasnya maka Tiwi pun masuk ke kelas 1.7 yang menurutnya lumayan manusiawi dibanding kelas lainnya. Anak-anaknya tidak terlalu usil, meskipun kadang suka ramai jika sudah berkumpul. Dan Tiwi hanya bisa ikutan tersenyum atau tertawa kecil melihat tingkah laku teman-teman nya itu.

“Hai, Wi !” Sama seorang anak lelaki yang memiliki tubuh lumayan tinggi dengan rambut agak bergelombang, memiliki senyum yang manis dan tulus padanya.

“Namaku Imran, kamu Tiwi kan?” tanyanya sembari mengulurkan tangannya.

Tiwi menyambut uluran tangan tanda perkenalan itu dengan tersenyum ramah.

“Nanti kamu ikut acara penutupan penataran P4 kan?” Tanya Imran pada Tiwi.

“ Acaranya apa sih? Aku tidak tau…”jawab Tiwi pelan.

“Loh, kan kemarin sudah dibilangin jika kita akan nonton film bersama di bioskop bersama semua teman satu kelas Dan juga bapak wali kelas kita,” terang Imran pada Tiwi.

“Oh.. aku tidak paham kemarin itu mereka ngomong apa, karena aku ngantuk sekali. Ya aku akan mengikuti saja semua yang menjadi keputusan bersama,” jawab Tiwi akhirnya.

“Hm.. nanti barengan ya?”ajak Imran pada Tiwi.

Gadis remaja itupun mengangguk.

Dan malam itu, semua teman sekelasnya berkumpul didepan gerbang sekolah, kemudian mereka berjalan kaki menuju gedung film yang berada di dekat pasar itu. Setelah sang wali kelas membelikan tiket maka masuklah satu persatu ke dalam gedung film itu.

*********

Apakah ada kejadian disaat film diputar?

1
Widhi Labonee
Bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!