"Aku ini gila, tentu saja seleraku harus orang gila."
Ketika wanita gila mengalami Transmigrasi jiwa, bukan mengejar pangeran dia justru mengejar sesama orang gila.
Note : Berdasarkan imajinasi author, selamat membaca :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
jendral agung
Keesokan harinya saat pagi buta, bahkan matahari belum menampakan sinarnya. Rui telah bersiap untuk pergi menuju istana, membawa 60.000 pasukan guna untuk melakukan rencana pertama yaitu mengambil gelar jendral.
Ruby masih tertidur lelap, tidak mau ikut campur dengan urusan suaminya yang melelahkan. Namun Rui terpaksa harus membangunkan Ruby untuk berpamitan sebelum berangkat. Sudah sejak semalam Ruby mengeluarkan para pasukan dari dimensi ruang.
"Aku berangkat, Ruby." Ucap Rui membangunkan Ruby.
"Ya, semoga rencanamu berjalan lancar. Tolong belikan aku pembalut saat kembali." Ucap Ruby setengah sadar.
"Apa? kau serius menitipkan barang menakutkan itu pada seorang pria?." Kaget Rui.
"Sudahlah, jangan lupa berpamitan pada Xui sebelum berangkat." Ruby kembali tertidur, sepertinya dia ngigau.
Ruby kembali terlelap karena masih mengantuk, Rui hanya menggelengkan kepala tidak habis pikir. Rui menarik selimut untuk Ruby dan mengecup keningnya, setelah itu dia pergi menuju kamar Xui.
Sampai dikamar Xui, Rui berpamitan dengan canggung. Putranya sudah bangun, namun Rui tidak memberitahu akan pergi kemana, dia hanya berpamitan akan pergi sebentar.
"Temani Ibumu sampai Ayah kembali." Ucap Rui.
"Tentu, hati-hati lah Ayah. Apa Ayah sudah berpamitan dengan Ibu?." Xui takut Rui kabur.
"Tentu, mana mungkin Ayah berani pergi tanpa izinnya." Jujur Rui.
"Baiklah, jangan pulang terlalu larut. Aku harap kita bisa makan malam bersama malam ini." Ucap Xui.
"Tentu." Rui mengelus rambut Xui, lalu pergi dari sana.
Sebenarnya Rui ingin memeluk atau mengucapkan kata manis seperti yang diajarkan Ruby. Tapi, entah kenapa hatinya belum siap karena merasa geli dan canggung.
Setelah berpamitan, Rui menunggang kuda dengan gagah berani lalu bersiap memimpin pasukan menuju istana Fanglin. Diperjalanan banyak pasang mata yang melihat mereka dengan tatapan takut, ada yang berpikir perang akan terjadi ada pula yg berpikir akan ada kudeta secara besar besaran.
Pasukan berkuda melewati jalanan kota dengan cepat, penjaga gerbang istana terkejut melihat adanya pasukan bersakala besar yang datang ke arah Istana. Mereka buru buru melaporkan situasi kepada Kaisar.
Begitu sampai di depan gerbang istana pasukan Rui berhenti. Mereka terlihat kuat, rapi, kokoh dan penuh intimidasi. Penjaga gerbang dengan takut berusaha menahan mereka.
"Berhenti, siapa kalian." Ucap penjaga gerbang.
"Fang Rui, Pangeran pertama Kekaisaran Fanglin. Beritahu kedatanganku pada Kaisar, aku datang atas permintaannya." Jawab Rui.
Deg.
"A-apa? pangeran pertama? si gila itu kembali membawa pasukan sebesar ini?!! apa dia benar-benar gila?." Batin penjaga.
Penjaga itu buru-buru pergi menyusul rekannya untuk melapor. Rui menatap para penjaga dengan senyum puas, semua akan berjalan lancar karena dia akan membunuh mereka yang menantangnya.
Setelah beberapa saat, kaisar datang bersama para petinggi dan para pangeran. Semuanya terperangah, tidak menyangka si gila itu benar-benar datang dengan cara yang gila.
"Apa maksud kedatanganmu ini, Ru'er?." Tanya Kaisar.
"Bukankah kau yang memintaku menunjukan kekuatan? aku datang membawanya, sekarang aku menginginkan kesempatan hak waris miliku dikembalikan." Jawab Rui.
"APA YANG KAU KATAKAN DASAR GILA, KAU ADALAH PANGERAN YANG SUDAH TIDAK BERGUNA!! BISA-BISANYA KAU MEMINTA HAL MEMALUKAN SEPERTI ITU." Teriak petinggi yang ada disana.
"Ya sudah, kita perang saja kalau begitu. Kebetulan aku sudah lama tidak memotong kepala orang." Jawab Rui dengan enteng.
"Tenangkan dirimu Ru'er, sebenarnya apa yang kau inginkan?. Jika itu adalah kesempatan hak waris, selain kekuatan kau juga harus punya jabatan karena posisi pangeran yang kau sandang sudah tidak berguna lagi." Ucap Kaisar dengan tenang.
"Nah, kau pintar juga rupanya. Berikan posisi Jendral Agung padaku." Ucap Rui, watados.
Semua orang tercengang, pertama kali melihat orang setidak tau malu Rui. Meskipun kekuatan yang dibawa tidak main-main, tapi posisi Jendral Agung bahkan setara dengan seorang Raja. Mengincar posisi itu adalah rencana yang cerdik, karena pengorbanan di Medan perang tidak akan pernah diragukan kelayakannya.
"Kenapa kau begitu percaya diri menginginkan posisi itu? berikan aku alasanya." Ucap Kaisar, cukup tertarik.
"Tentu saja karena aku dan pasukanku memang kuat, selain itu aku memiliki pengalaman memenangkan perang. Jika itu tentang kekuatan maka tidak ada yang lebih baik dibanding diriku." Ucap Rui percaya diri.
Apa yang dia katakan?
Si GILA itu mau jadi Jendral?
Aku yakin justru pasukannya sendiri yang dibantai.
Tidak mungkin Kaisar mendengarkan si GILA itu kan?
Ini petaka besar
Mengerikan
Menakutkan sekali
Lihat tatapannya itu
Benar-benar buas
Akan jadi seperti apa tanah kita
Bisik-bisik terdengar di seluruh penjuru, kebanyakan dari mereka merasa takut dan cemas. Mengingat si pangeran gila yang memiliki masa lalu menakutkan. Terutama kegilaannya saat membantai orang seperti mencari kutu.
"Ayahanda, aku pikir kakak pertama layak mendapatkan kesempatan. Bagaimanapun darah Kekaisaran mengalir dalam tubuhnya, jika tentang peperangan aku sangat yakin dia bisa melakukannya dengan sangat baik." Ucap Fang Lu.
"TIDAK!! BAGAIMANA MUNGKIN AYAHANDA INGIN MENJADIKAN PEMBUNUH KEJI SEBAGAI SEORANG JENDRAL. AKU MENENTANG KERAS KEPUTUSAN INI." Teriak Fang Yun.
"Ohh kau menentangku? ya sudah aku akan membantai keluarga Ibumu yang sangat kau banggakan itu. Aku datang dengan kekuatanku sendiri, aku tidak butuh dukungan siapapun kecuali Istriku. Katakan keputusan mu saat ini Kaisar yang terhormat, aku memang memiliki dosa dan kejahatan di masalalu. Tapi, tidak ada manusia yang begitu sempurna di dunia ini. Aku memang membunuh secara tidak sadar, tapi banyak manusia yang membunuh sesamanya secara sadar tapi tidak mendapatkan hukuman apapun." Ucap Rui, merasa kesal.
"Tahan dirimu, jika kau menginginkan posisi Jendral Agung. Aku memiliki syarat yang harus kau penuhi." Ucap Kaisar, bijaksana.
"Katakan." Desak Rui.
"Amankan perbatasan barat Fanglin, tenangkan suku barbar dan bawa kembali anak-anak desa yang diculik. Kau tidak boleh membunuh salah satu dari mereka, bisa kah kau menyelesaikan masalah tanpa membunuh?. Sebagai seorang jendral kau harus bijaksana dan adil, kau tidak bisa seenaknya membunuh orang." Ucap Kaisar.
"Aku tidak bisa, tapi Pasukanku bisa." Jujur Rui.
"Ru'er___
"Aku memang gila, tapi bukan berarti aku membunuh orang seenaknya. Aku hanya membantai mereka yang membahayakan nyawaku atau nyawa keluargaku, jika untuk menyelesaikan sebuah tugas aku percaya Pasukan ku sangat kompeten. Aku memang gila, pasukanku juga gila, tapi sekali lagi aku tekankan MEREKA KOMPETEN." Tekan Rui, tegas.
"Lalu bagiamana jika mereka membunuh orang?." Sinis petinggi.
"Tidak ada yang namanya keberhasilan sempurna dalam perang, kematian tentu akan selalu datang. Bedanya kematian itu di sengaja atau tidak, kau tidak akan mengerti karena hidupmu hanya sibuk mencaci orang. Sekali-kali pergilah ke Medan perang agar badan gempal mu itu berguna." Jawab Rui dengan pedas.
"K-kau, benar-benar tidak bermoral." Marahnya.
"Aku? tidak bermoral? Aku hanya memiliki satu istri, sedangkan kau memiliki banyak selir dan kekasih gelap. Siapa yang tidak bermoral disini, apa kau ingin aku telanjangi disini?." Ucap Rui, santai.
"Baiklah, aku memberikan kesempatan dengan syarat menengahi suku bar-bar dan penduduk desa. Korban tidak terduga tidak masalah selama dalam batas normal, jika melebihi itu kau tidak bisa mendapatkan kesempatan." Ucap Kaisar.
"Baiklah, berikan aku waktu 2 jam." Ucap Rui.
cetak
Rui menjentikkan jari, 10.000 pasukan bergegas pergi dengan cepat dan kompak. Tidak ada drama tabrakan, benar-benar kompak dan teratur.
"Sombong sekali kau, kau pikir jarak dari sini ke barat itu dekat? belum apa-apa sudah sombong, entah darimana datangnya kesombonganmu itu." Sinis Petinggi.
"Aku sombong karena mampu, tidak sepertimu yang hanya banyak omong tapi kosong isinya." Rui terlalu jujur.
"Cih, entah apa jadinya Kekaisaran jika memiliki Jendral gila Sepertinya." Geramnya.
"Bagaimana jika di balik? Kekaisaran ini sangat kacau, gelandangan dimana-mana tapi pejabat hidup makmur sampai badannya gempal seperti babi. Apa saja yang kau makan? uang pajak? apa lezat?." Sindir Rui, cepals-ceplos.
"LANCANG!!." Teriaknya marah.
"KAU YANG LANCANG SIALAN!! AKU BICARA FAKTA, KELUARLAH KE PELOSOK DAN LIHAT BANYAK ORANG KELAPARAN KARENA KETAMAKANMU BAJINGAN. KAU MAU MATI YA." Teriak Rui, jauh lebih keras dan mengerikan.
Semua petinggi kicep, mereka takut. Kaisar melirik tajam ke arah mereka, jika penggelapan mereka terendus mereka akan kehilangan uang saku.
Fang Yun hanya bisa menggeram marah, dia tau Rui bukan tandingannya. Apalagi dia sangat menyeramkan, tubuhnya bahkan gemetaran saat ini. Tapi, jika Rui menjadi jendral, posisinya akan dalam bahaya.
Fang Yun diam-diam pergi, meminta Ibunya untuk menghancurkan rencana Rui. Membuat banyak korban terbunuh agar Rui gagal dan posisinya aman.
"Lihat saja bajingan, tidak ada tempat bagimu di istana ini." Batin Fang Yun licik.