Asila Angelica, merutuki kebodohannya setelah berurusan dengan pemuda asing yang ditemuinya malam itu. Siapa sangka, niatnya ingin menolong malah membuatnya terjebak dalam cinta satu malam hingga membuatnya mengandung bayi kembar.
Akankah Asila mencari pemuda itu dan meminta pertanggungjawabannya? Atau sebaliknya, dia putuskan untuk merawat bayinya secara diam-diam tanpa status?
Penasaran dengan kisahnya? Yuk, simak kisahnya hanya tersedia di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Curiga
Ruang IGD terbuka, seorang suster keluar dan berdiri di depan pintu. Dia menatap beberapa orang yang berkerumun, matanya tertuju pada seseorang yang berdiri tepat di depannya. "Dengan keluarga pasien anak nanda Sheila?"
"Iya, saya orang tuanya sus! Bagaimana dengan anak saya sus? Apa dia baik-baik saja?"
Asila langsung bergegas mendekat pada suster yang berdiri di depan pintu IGD. Dia sudah tidak sabar ingin segera mengetahui kondisi putrinya. Hampir dua jam menunggu, akhirnya suster keluar dan berharap memberikan kabar baik mengenai kondisi putrinya.
"Nyonya, ada hal penting yang ingin saya sampaikan. Pasien kini mengalami pendarahan akibat benturan yang cukup keras, dia membutuhkan tambahan darah."
Refleks Asila mendelik. "Apa? Anakku mengalami pendarahan? Bagaimana ini bisa terjadi?"
Asila syok ketika mendengar penjelasan dari suster. Entah apa yang terjadi pada putrinya sampai kehilangan banyak darah dan membutuhkan pendonor.
Teddy langsung sigap menyangga Asila yang hampir tumbang. Dia juga terlihat sangat syok, tapi tetap berusaha untuk tegar.
"Abang! Anakku bang! Aku takut."
Asila kembali menangis, kali ini tangisnya cukup keras hingga terdengar oleh banyak orang.
"Dek, kamu yang tenang ya? Kita usahakan agar Sheila segera pulih," ucapnya sembari memeluk dan menepuk pundaknya.
"Suster, lakukan penyelamatan terhadap anak saya. Saya akan bayar berapapun asal anak saya bisa tertolong!"
"Kalau boleh tahu anda siapanya pasien? Apakah anda ayah kandungnya?" tanya Suster.
Saat ini yang dibutuhkan pihak rumah sakit hanyalah pendonor yang memiliki darah yang sama dengan pasien, kebetulan stok darah yang sama sudah habis dan harus mencari di luar.
Teddy menggeleng. "Bukan, saya ayahnya, saya omnya."
"Apakah anda memiliki golongan darah yang sama dengan pasien? Pasien memiliki golongan darah AB, dan hanya bisa mendapatkan pendonor dari orang yang memiliki golongan darah yang sama, kalau bisa ayah kandungnya. Apa sekiranya anda memiliki golongan darah yang sama dengan pasien?" tanya Suster.
Teddy menggeleng. Sangat disayangkan, ia tidak bisa membantunya, golongan darah yang dimiliki berbeda dengan si kembar. Mungkin Dylan memiliki darah yang sama, tapi bocah kecil itu tak mungkin diizinkan diambil darahnya untuk membantu kembarannya.
"Golongan darah saya O sus," jawab Teddy.
"Berarti anda tidak bisa mendonorkannya kepada pasien Tuan!"
"Bukannya di rumah sakit selalu menyediakan pasokan darah dari pendonor sus?"
"Maaf Tuan, kami telah kehabisan pasokan darah yang memiliki kesamaan dengan pasien. Kami minta maaf atas kurangnya pelayanan dari pihak rumah sakit, tapi kami mohon bantuannya Tuan, kalau bisa ayah kandungnya yang harus mendonorkan darahnya, karena hanya beliau yang memiliki kesamaan."
Teddy meraup wajahnya kasar. Bagaimana ia bisa meminta bantuan pada ayah kandung si kembar? Bahkan wajahnya saja ia tak pernah mengetahuinya. Tapi ia tak bisa berdiam diri melihat keponakannya tersiksa. Ia harus segera mencari pendonor yang tepat.
"Tapi sus, untuk saat ini ayahnya~~
"Ada apa ini Ted?" Tiba-tiba saja Edgar dan Dirga datang dan mengejutkannya. Teddy dan Asila menoleh. Teddy langsung menceritakan masalahnya pada mereka.
"Edgar! Keponakanku masuk rumah sakit."
Edgar melotot. "Apa? Maksudnya si kembar?"
"Iya, Sheila sedang sakit. Dia habis jatuh di sekolah dan sekarang mengalami pendarahan. Aku bingung Gar! Di mana aku bisa cari pendonor darah yang memiliki kesamaan dengannya, sedangkan golongan darah kami nggak ada yang cocok. Di rumah sakit ini juga kehabisan stok darah yang sama. Aku bingung harus cari ke mana?"
"Sudah, biar Aku yang akan mendonor."
Teddy mendelik. "Apa? Kau ingin mendonorkan darahmu? Memangnya kau memiliki golongan darah yang sama dengan Sheila? Aku akan sangat berterima kasih jika kau bisa membantunya, tapi masalahnya apa golongan darahmu cocok sama dia?"
"Tentu saja. "Mereka memiliki golongan darah AB kan? Sama seperti aku!"
Teddy tercengang. "Hah! Darimana kau tahu kalau si kembar memiliki golongan darah AB? Aku kan nggak kasih tahu kamu?"
Di situ Asila hanya diam dengan tangisnya terisak-isak. Ia tak menghalangi Edgar untuk membantu anaknya, memang hanya Edgar yang bisa menyelamatkannya.
"Sudah, nggak usah banyak tanya!" Pria itu menepuk bahu Teddy tanpa memberikan penjelasan apapun. "Ayo suster, cepat lakukan penyelamatan terhadap pasien."
Suster mengiyakan ajakan Edgar. Mereka pun masuk ke dalam ruang IGD meninggalkan Teddy maupun Asila tanpa memberikan penjelasan sedikitpun.
Teddy langsung mendekati Asila dengan perasaan cemas, yang tengah dipikirkannya saat ini, kenapa tiba-tiba saja Edgar tahu bahwa dia memiliki golongan darah yang sama dengan si kembar. Padahal ia tak sempat memberinya penjelasan mengenai golongan darah yang dimiliki oleh Sheila.
"Asila! Kamu tidak sedang menyembunyikan sesuatu dari kami kan?"
Asila menoleh dengan matanya sembab. "Maksud Abang apa? Memangnya apa yang kusembunyikan darimu? Aku tidak pernah menyembunyikan apapun bang!"
Teddy menarik nafas panjang dengan menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Kamu tadi dengar Edgar kan? Dia bilang golongan darahnya memiliki kesamaan dengan Sheila. Dari mana dia tahu kalau golongan darahnya memiliki kesamaan dengan Sheila? Kan aku nggak sempat memberinya penjelasan!"
Asila diam dengan wajahnya tertunduk. Haruskah ia cerita yang sebenarnya mengenai pria itu? Tapi ia rasa ini bukanlah waktu yang tepat untuk bercerita. Baginya yang paling penting Sheila sudah mendapatkan pertolongan, dan itu lebih dari cukup.
"Asila, kamu yakin nggak tahu apa-apa tentang Edgar? Aku ngerasa ada yang aneh di sini. Di saat kita panik dia tiba-tiba datang dan langsung memberikan pertolongan. Ini sungguh tidak masuk akal!"
"Sudahlah bang! Nggak usah terlalu dipikirkan, yang terpenting sekarang Sheila sudah mendapatkan bantuan. Nggak usah mikir yang aneh-aneh!"
Teddy masih juga tidak tenang, dia masih penasaran dengan temannya yang tiba-tiba mengulurkan bantuan dan memiliki golongan darah yang sama dengan si kembar. Edgar yang terkenal dingin dan tak begitu peduli dengan orang-orang disekitarnya, kini memiliki kepedulian untuk membantu keponakannya. Ia yakin ada sesuatu yang tersembunyi.
"Asila, kamu yakin nggak kenal sama dia? Kok aku ngerasa ada yang aneh. Atau jangan-jangan ~~
"Asila! Teddy! Bagaimana keadaan Sheila? Apa dia baik-baik saja? Di mana mereka sekarang?"
Obrolan mereka dikejutkan dengan kedatangan Wijaya bersama Aruna dengan berjalan tergesa-gesa. Wajahnya nampak begitu gelisah. Teddy sengaja menghubungi ayahnya setelah tiba di rumah sakit, tapi dia tidak memberikan penjelasan apapun mengenai kondisi keponakannya, dia hanya memintanya untuk segera datang.
"Mama ..., Papa ..., kalian tahu darimana kalau Sheila dirawat di sini? Apa Abang yang kasih tahu?"
"Iya, abangmu lah yang kasih tahu! Bagaimana kondisi Sheila sekarang? Apa dia baik-baik saja?"
Aruna mendekati Asila dan menggenggam tangannya.
"Sheila butuh pendonor Ma, Pa, dia mengalami pendarahan, aku sendiri juga tidak tahu bagaimana kronologinya, tapi dokter bilang anakku membutuhkan pendonor karena mengalami pendarahan di kepalanya. Mungkin dia terbentur cukup keras dan kehilangan banyak darah."
Seketika itu Aruna maupun Wijaya langsung lemas tak berdaya. Mereka sangat syok, takut terjadi sesuatu yang buruk terhadap cuci perempuannya.
"Ya ampun Asila! Memangnya apa yang sudah terjadi pada cucuku? Kenapa dia bisa terjatuh?"
Aruna tak kuasa menahan kesedihannya, dia pun menangis. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana Sheila bisa terjatuh hingga kehilangan banyak darah.
Melihat ibunya menangis Teddy mendekat dan menasehatinya.
"Ma, tolong jangan buat Asila bertambah sedih. Dengan Mama menangis Asila juga bertambah sedih. Doakan saja Sheila segera pulih, sekarang dia sudah ditangani."
"Apakah dia sudah mendapatkan pendonor?" tanya Wijaya.
"Itulah yang ingin kujelaskan pada kalian. Tadi suster bilang bahwa di rumah sakit ini kehabisan stok darah, bahkan tidak ada pendonor yang memiliki golongan darah yang sama dengan Sheila. Suster meminta kami untuk mencari pendonor dari luar. Di saat kami panik, tiba-tiba saja Edgar datang bersama asistennya, dia menawarkan diri untuk mendonorkan darahnya buat Sheila karena dia memiliki kesamaan dengan Sheila. Di sini yang aku herankan, kenapa dia tahu kalau golongan darah Sheila memiliki kesamaan dengannya? Padahal kami tidak sempat memberitahunya."
"Jadi Edgar yang sudah membantunya? Kenapa bisa kebetulan seperti ini? Padahal kan dia bukan ayah kandungnya? Atau mungkin~~
Di situ Dirga mendengarkan ocehan ayah dan anak yang melibatkan atasannya, tapi di situ ia tak memiliki hak untuk memberikan penjelasan pada mereka. Dia cukup diam menunggu majikannya keluar dan memberikan penjelasan sendiri kepada mereka.