"Ganteng banget, pasti burungnya gede."
Penulis gila yang masuk ke dalam novel orang lain, karena malas berurusan dengan plot alay. Dia mengadopsi man villain dan menikahi second male lead.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
asma
"Ya ampun Kak, aku sama sekali ga pernah mikir kaya gitu. Aku bener-bener mau temanan aja." Senja tampak nyaris menangis.
"Berhenti membuat kekasihku menangis, wanita rendahan." Ucap Mahesa.
Yola menatap dengan syok, bahasa baku yang sangat teramat tidak cocok untuk umur anak sekolah. Yola merasa merinding sampai ke pantat saking gelinya, bisa-bisanya Yola asli suka dengan laki-laki modelan begini.
"Saya tidak melakukan seperti apa yang anda tuduhkan tuan, saya hanya sedang berjalan menuju kelas saya. Tapi siapa sangka jika kekasih hati anda ini mencegat saya, saya diajak berdebat tapi saya juga yang di salahkan. Saya benar-benar merasa heran dan tidak mengerti, mohon maafkan saya." Yola menjawab dengan bahasa sama bakunya.
"Pfttttt." Sky tidak bisa menahan tawanya, dia buru-buru memakai tudung Hoodienya.
Sekarang Sky mengerti kenapa Yola tadi tertawa geli, ternyata bahasa seperti ini memang menggelikan untuk usia pubertas. Dewasa bukan berarti menggunakan bahasa baku, tapi dewasa itu tenang dan banyak uang.
"Kau_
"Maaf, bisa ngga lo ngomong nya biasa aja? gausah sok kaya orang penting gitu deh, lo ngga malu apa sok Dewasa begitu? geli tau ngga, udah kaya CEO aja gayanya." Yola benar-benar ingin ngakak.
"Tapi Kak Mahesa emang calon CEO kak." Saut Senja.
"Oh iya?!! Selamat ya, yaudah gue udah boleh pergi belum nih Tuan CEO yang terhormat." Yola benar-benar muak.
"Jalang__
Bugh
Kyaaaaaaaaa
Senja berteriak melengking, Sky langsung membogem wajah Mahesa karena berani mengatai Yola Jalang. Semua orang selama ini hanya tau Sky dan Yola adalah sahabat, tapi saat ini hubungan mereka sudah lebih dari sekedar sahabat.
"Jaga mulut lo, bangsat." Berang Sky.
"Apa sih? kekanakan." Mahesa tetap menjaga image dingin dan cool.
"Lo yang kekanakan, fokus aja urusin cewe lo yang beban itu. Nggausah cari ribut sama Yola lagi, kenapa? lo aslinya seneng ya direbutin sana sini?." Sky mengejek.
"Kasih understand Sky." Yola merasa bangga dengan Sky, yang sigap membelanya.
"Kakak keterlaluan, ngga harus main pukul. Ini semua bisa dibicarain baik-baik." Senja menangis.
"Ini salah lo tau, kalo aja lo gausah caper ke gue pasti gue ga akan marah. Gue tegasin sekali Lagi ya Senja Lestari, stop ngajak gue bicara karena setelah ini dimata gue lo itu cuma kuman." Ucap Yola kesal.
Yola pergi dari sana di ikuti Sky, Sky memang dikenal sebagai bodyguard Yola. Bukan hanya karena mereka sahabatan, tapi karena memang Sky ditakuti di sekolah karena badannya besar dan tinggi.
Karena itu meksipun banyak yang membenci sikap Yola, mereka tidak berani menunjukkan secara terang-terangan karena takut pada Sky. Mereka hanya bisa mengumpat dalam hati, tapi hari ini entah kenapa mereka setuju dengan statement Yola.
Yola masuk ke kelas dengan kesal, Sky duduk di sampingnya. Meskipun mood nya buruk, Yola harus tetap sekolah karena ingin cepat lulus. Setelah lulus SMA, dia harus menjadi pengusaha kaya dan memutus semua alur alay yang akan segera terjadi.
"Dicerita asli Langit muncul pas mendekati ujian kelulusan. Senja bakal caper ke dia dan bikin Mahesa sama Langit gelud, seperti biasa dia bakal cuma nangis dan minta maaf, tapi besoknya dia bakal deketin Langit lagi dan mancing emosi Mahesa lagi. Yaelah caper banget, cewe begini yang jadi karakter utama?." Batin Yola menerawang alur.
"Kayaknya gue harus buru-buru pindahin Langit ke sini deh, gue masih bisa ngatur pertemanan Langit karena gue donaturnya." Batin Yola.
Padahal matanya terlihat fokus mendengarkan penjelasan guru, tapi ternyata otaknya sudah kemana-mana. Entah masalah seperti apa yang akan Yola hadapi ke depannya.
"Sky.. lo punya nomornya Langit ngga?." Bisik Yola.
"Ngga lah, buat apa." Ketus Sky.
"Perasaan gue ga enak banget dari tadi." Yola memang gelisah.
"Lo udah kaya Ibu kandung dia aja, ga perlu segitunya kali." Sky cemburu.
"Stop dulu cemburunya, gue bener-bener kepikiran sampe ga bisa fokus." Yola frustasi.
"Bentar lagi juga kita pulang, pasti dia gapapa." Sky menenangkan dengan setengah hati.
Setelah melewati jam pelajaran yang membosankan, Yola dan Sky akhirnya bersiap untuk pulang. Wajah Yola sudah panik dan gelisah, dia benar-benar sudah tidak bisa berpikir jernih sekarang.
Sky yang melihat Yola gelisah sampai tidak fokus merasa tidak senang, dia jadi ikut buru-buru karena tidak suka melihat ekspresi wajah Yola yang murung.
"Bisa-bisanya cewe gue mikirin keadaan cowo lain di depan gue." Batin Sky tersenyum karir.
Sampai di parkiran mobil, mereka mendengar suara panggilan dari Yola tapi mereka buru-buru pergi. Tidak ada waktu untuk meladeni manusia pick me itu, entah apa lagi yang ingin dia katakan untuk memperkeruh keadaan.
Yola terus saja bergerak-gerak di dalam mobil karena gelisah, sejak tadi siang perasaannya entah kenapa sangat kacau. Sampai di sekolah Langit, mereka sama sekali tidak melihat Langit keluar, ataupun menunggu di depan gerbang seperti biasanya.
"Coba kamu keluar dan tanya ke gerombolan anak-anak di halte." Ucap Yola, mulai panik.
Sky dengan berat hati turun dari mobil, dia menghampiri gerombolan siswa dan siswi yang berada di halte. Mereka yang melihat ada pria tampan dan tinggi mendekat pun berbisik-bisik.
"Permisi, apa kalian liat Langit?." Tanya Sky, suaranya datar.
"Langit kelas sembilan Kak?." Ujar salah satu siswa yang terlihat kecil.
"Iya, Langit Cakra Bumi." Ucap Sky, sebenarnya dia malas, menyebut nama lengkap musuhnya.
"Tadi siang dia bentrok dan berkelahi sama kelas sebelah, kalo ngga salah Kak Langit kena tonjok di bagian dada dan langsung sesak nafas. Kepala sekolah udah anter dia pulang sejak siang tadi." Ucap mereka.
Deg.
"Apa?." Kaget Sky.
"Iya, katanya Kak Langit gamau di bawa ke Dokter dan minta pulang aja." Ujar mereka.
Sky memberikan uang selembar pada si pemberi informasi, lalu buru-buru kembali ke mobil. Sky memberi tahu kabar tentang Langit, Yola langsung meminta buru-buru pulang.
Sky cukup ngebut, sedikit merasa jengkel kenapa bajingan itu menolak di bawa ke Dokter. Menurutnya sikap sok keren ini sangat menyusahkan.
Sampai di rumah, Yola berlari ke kamar Langit. Tanpa mengetuk pintu dan langsung masuk dengan panik, diatas ranjang terbaring Langit yang sudah pucat dan kesulitan bernafas dengan benar.
"LANGIT." Pekik Yola.
Mata langit terbuka setengah tapi dia tidak merespon panggilan Yola, Yola jadi semakin panik karena berpikir Langit sudah diambang batas.
"SKY!!!!!." Teriak Yola panik.
Sky berlari masuk dengan cepat, melihat Yola yang sudah menangis dan kondisi Langit yang sudah tidak sadarkan diri. Sky buru-buru memanggil ambulance, Yola sudah menangis berusaha membangunkan Langit yang terbaring menyedihkan.