Jesica Marry adalah nama yang selalu identik dengan ketangkasan, kecerdasan tajam, dan bahaya. Sebagai agen rahasia elit yang tak tertandingi, kehidupannya adalah rangkaian misi berisiko tinggi yang selalu berhasil ia tuntaskan. Namun, dalam sebuah misi yang sarat pengkhianatan, Jesica harus menghadapi nasib tragis, kematian yang kejam.
Saat ia yakin semuanya telah berakhir, jiwanya terhempas melintasi dimensi dan waktu, tersedot ke dalam raga yang rapuh namun bermahkota, tubuh Ratu Amora dari Kerajaan Dandelion.
Ratu Amora dikenal seantero negeri sebagai sosok yang menyedihkan, seorang ratu yang bodoh, mudah dimanipulasi, dan terabaikan oleh suaminya sendiri, Raja Arthur, serta seluruh istana. Ia hanyalah boneka yang tak punya kekuatan, hidup dalam bayang-bayang hinaan dan kekejaman diam-diam.
Namun kini, di mata Ratu Amora yang dulu kosong, bersinar kilatan tajam milik Jesica Marry.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERTEMUAN
Ratu Amora tidak mengenakan gaun sutra yang mewah atau baju zirah perang, Ratu Amora hanya mengenakan gaun malam berwarna navy sederhana yang dibalut jubah beludru tebal, sangat kontras dengan kulit putih nya.
Rambutnya disanggul rapi, tidak lupa Ratu Amora memegang sebuah gulungan perkamen di tangannya. Auranya tenang, dingin, dan benar-benar tak terbaca.
Raja Arthur berhenti sekitar sepuluh langkah darinya, Raja Arthur telah bersiap menghadapi isak tangis, histeria, atau arogansi kekuasaan, tetapi yang ia temukan hanyalah efisiensi yang tenang.
"Aku kembali, Amora," ucap Raja Arthur, suaranya dalam dan berwibawa.
"Selamat datang kembali, Yang Mulia Raja," jawab Ratu Amora, tanpa membungkuk.
Itu bukan sikap tidak hormat, tetapi perlakuan setara antara dua penguasa.
"Perjalanannya pasti panjang, Saya telah meminta agar Tuan Elar diasingkan sementara ke penjara bawah tanah untuk diinterogasi. Saya harap Anda tidak keberatan," ucap Ratu Amora, tenang, bahkan terlalu tenang untuk orang yang sedang berhadapan dengan Raja Arthur.
Mendengar ucapan dari Ratu Amora, Raja Arthur menyipitkan mata.
"Kau sudah tahu tentang Elar?" tanya Raja Arthur, dingin.
"Saya tahu tentang setiap bisikan yang masuk ke telinga Anda sejak Anda meninggalkan Ibukota, Yang Mulia," jawab Amora datar, melihat ke arah gulungan di tangannya.
"Ini adalah laporan terperinci tentang apa yang saya sebut Pembersihan Istana, yang mencakup Tuan Valerius, Tuan Silas, Tuan Denton, dan sekarang, Elar. Semuanya didasarkan pada audit dan bukti, bukan hanya desas-desus," ucap Ratu Amora dengan suara tenang, tapi penuh dengan penakanan.
Raja Arthur menghela napas, lalu mendekat satu langkah.
"Kau mengambil alih Dewan, mengancam para bangsawan, dan membersihkan militer dalam waktu kurang dari satu minggu. Saya mengenal Ratu Amora sebagai wanita yang menangis. Siapa kau sebenarnya?" tanya Raja Arthur dingin, dengan tatapan mata penuh selidik.
Ratu Amora tersenyum tipis, senyum yang dingin dan cerdas, sedikitpun tidak merasa terintimidasi oleh tatapan dari Raja Arthur.
"Saya adalah Ratu yang Anda abaikan, Arthur. Saya adalah Ratu yang menyaksikan anak saya dikelilingi oleh ular, sementara Anda sibuk di perbatasan. Pertanyaan Anda harusnya. Mengapa saya tidak melakukannya lebih awal?" jawab Ratu Amora, dengan tatapan lebih tajam, dan lebih dingin dari pada tatapan Raja Arthur.
"Kekosongan kekuasaan," ucap Raja Arthur, tajam.
"Kau menyebutnya begitu. Aku melihatnya sebagai peluang," tuduh Raja Arthur, semakin mengikis jarak dengan Ratu Amora.
Dengan posisi sedekat ini, Raja Arthur bisa melihat jelas seperti apa Ratu yang selama dirinya ini dirinya abaikan, tatapan mata nya begitu tajam, waspada dan penuh perhitungan.
"Dan mengapa tidak?" tanya Ratu Amora membalas, pandangannya setajam pedang.
"Apakah seorang Raja yang benar-benar cerdas akan membiarkan kekacauan dan korupsi menguasai Istana selama satu tahun, hanya karena dia terlalu sibuk mempertahankan perbatasan? Saya menganggap peluang ini demi stabilitas dan kelangsungan hidup kerajaan Lemos. Saya bertindak berdasarkan fakta, Yang Mulia Raja Arthur yang terhormat! Anda bertindak berdasarkan kebiasaan!" ucap Ratu Amora, begitu tajam, ucapan nya langsung menembus jantung dingin Raja Arthur.
Raja Arthur terdiam, ini adalah pukulan telak kelemahan terbesarnya, kecenderungannya untuk membiarkan administrasi Istana berjalan sendiri.
"Kau mencuri kursiku," tuduh Raja Arthur, dingin.
Mereka berdua sama-sama memiliki sifat keras dan juga dominan, membuat suasana diruangan itu terasa sangat dingin dan mencekik bagi orang luar.
"Saya mengamankan kursi Raja, dan saya telah membuat kursi itu lebih kuat dari sebelumnya," jawab Ratu Amora membantah tanpa ragu.
"Tuan Lian telah menstabilkan perbendaharaan dengan dana sitaan. Ryken, seorang pria yang Anda biarkan membusuk sebagai Kapten biasa, kini telah menghapus ancaman bandit yang telah mengganggu selama berbulan-bulan, menggunakan taktik yang tidak akan pernah terpikirkan oleh Anggota Dewan lama Anda. Apakah ini terlihat seperti pencurian kekuasaan yang bodoh, Arthur? Atau ini adalah restorasi yang brilian?" tanya Ratu Amora, menatap tajam, pria yang ada di depan nya.
Raja Arthur melipat tangan di dada, postur yang menunjukkan ketegasan namun juga pertimbangan.
"Kau menggunakan Pangeran Kevin. Surat keduamu, yang penuh kepanikan itu adalah kebohongan emosional untuk memaksaku kembali dengan fokus yang salah," ucap Raja Arthur, tersenyum miring.
"Itu adalah trik, sama seperti Anda menggunakan perjalananan Anda untuk memberi kesan bahwa semua baik-baik saja di Ibukota. Tetapi saya tidak menyesal. Tuan Victor dan Tuan Edgar akan segera beraksi. Saya perlu Anda kembali untuk melihat kemenangan yang telah saya siapkan untuk Anda. Anda tidak mencintai saya dan Putra kita, Arthur, tetapi Anda mencintai efisiensi, stabilitas, dan kemenangan. Dan itulah yang saya sajikan kepada Anda," jawab Ratu Amora, menatap nya lurus.
Ratu Amora berjalan dua langkah ke samping, menunjuk ke sebuah meja kecil yang ada di sudut.
Di sana, terdapat sebuah Kotak Kayu Berkarat yang ia temukan di gudang senjata.
"Dan untuk menunjukkan padamu bahwa saya tidak hanya pandai intrik," ucap Amora, membuka kotak kayu itu.
"Lihatlah ini!Anda meninggalkan Kerajaan dengan pedang dan panah. Saya memberi Ryken senjata keunggulan yang tidak adil, Prototipe Senjata Api, yang akan menjamin kemenangan kita atas musuh mana pun di masa depan! Saya menemukan ini di antara sampah Anda! Anda meninggalkan masa depan kerajaan ini di bawah tumpukan debu!" ucap Ratu Amora, tegas, intonasi suara nya naik satu tingkat.
Raja Arthur berjalan ke meja itu, mengambil kotak itu, dan matanya melebar saat melihat cetak biru primitif senjata baru itu, dirinya seorang Raja yang tegas dan berorientasi pada hasil, mengerti implikasi strategis penemuan ini.
"Kau memiliki mata yang tak terduga," gumam Arthur, lebih kepada dirinya sendiri.
"Saya Ratu Lemos, Arthur," ucap Ratu Amora membalas, nadanya mulai terdengar sedikit lelah, tetapi tegas.
"Saya telah membersihkan Istana untuk melindungi Putra saya, Pangeran Kevin! Saya tidak berencana merebut takhta Anda! Saya hanya memastikan takhta yang akan diwarisi Kevin bebas dari sampah dan kuat dalam pertahanan! Anda sekarang bebas untuk mengambil kembali kendali, tetapi Anda harus menerimanya di atas fondasi baru yang telah saya bangun!" ucap Ratu Amora, penuh penekanan.
Ratu Amora membuang gulungan laporan itu ke lantai, langkahnya terdengar lembut.
"Pilihan ada di tangan Anda Yang Mulia. Anda bisa memenjarakan saya atas perebutan kekuasaan yang berhasil, hanya untuk melihat Istana Anda runtuh lagi di bawah tangan Tuan Victor dan Tuan Edgar yang akan datang untuk membalas dendam, atau Anda dapat mengumumkan kepada Anggota Dewan dan Rakyat bahwa Anda dan Ratu Amora telah bekerja sama untuk membawa kembali stabilitas dan memimpin Lemos menuju era baru!" ucap Ratu Amora tegas, tanpa takut sedikitpun.
entah kenapa kali ini suka banget sama novel mengenai kerajaan kerajaan,,, biasanya langsung skip,,,, laaahhh novel ini sampai ditungguin dikepoin kapan updtae😍😍😍