Wang Cheng, raja mafia dunia bawah, mati dikhianati rekannya sendiri. Namun jiwanya bereinkarnasi ke dalam tubuh seorang tuan muda brengsek yang dibenci semua orang.
Tapi di balik reputasi buruk itu, Wang Cheng menemukan kenyataan mengejutkan—pemilik tubuh sebelumnya sebenarnya adalah pria baik hati yang dipaksa menjadi kejam oleh Sistem Dewa Jahat, sebuah sistem misterius yang hanya berkembang lewat kebencian.
Kini, Wang Cheng mengambil alih sistem itu bukan dengan belas kasihan, tapi dengan pengalaman, strategi, dan kekejaman seorang raja mafia. Jika dunia membencinya, maka dia akan menjadi dewa yang layak untuk dibenci.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21 Poin Kebencian
Semua suara itu mendadak sunyi saat Wang Cheng mengangkat satu tangan, tidak untuk memberi aba-aba, tetapi untuk menghentikan kegaduhan. Seakan seluruh alun-alun tunduk pada sikap angkuhnya.
Ia melangkah naik ke atas panggung tanpa meminta izin siapa pun. Hakim Tinggi hanya bisa terdiam dan mundur ke belakang, menunduk, takut memicu kemarahan Wang Cheng yang mengerikan.
Wang Cheng menatap kerumunan, lalu menguap kecil seolah semua ini terlalu membosankan baginya.
“Ugh... pagi yang menyebalkan…” katanya dengan nada malas. “Kupikir aku akan menikmati sarapan dengan tenang, tapi yang kudapati justru kerumunan bodoh berteriak soal... keadilan?”
Seisi alun-alun membeku.
"Apa maksudnya itu?" bisik salah satu warga.
"Apa dia mengejek kita semua? Warganya sendiri?!"
Wang Cheng tersenyum sinis, lalu berjalan santai ke dekat ketiga narapidana.
“Pembunuhan, pil dari daging manusia, tragedi... yah, terdengar mengerikan memang,” katanya, berpura-pura bergidik. “Tapi jika kalian berpikir lebih dalam… bukankah semua itu sudah terjadi? Kalian menangis karena mayat. Tapi pil yang dihasilkan dari mereka—bukankah itu untuk para kultivator yang melindungi kalian semua?”
Kerumunan gemetar. Meskipun pil buatan Sekte Shuilen, atau yang biasa disebut pil mayat termasuk barang ilegal, namun sudah menjadi rahasia umum bagi para kultivator untuk mengonsumsinya.
Walaupun terdengar menjijikan dan kejam, namun pil itu memiliki khasiat yang luar biasa sehingga dapat meningkatkan kecepatan kultivasi berkali-kali lipat.
Tapi bukan berarti mereka bisa membenarkan tindakan yang dilakukan oleh Sekte Shuilen meski untuk kebaikan mereka.
“Mungkin,” lanjut Wang Cheng, “anakmu mati dan menjadi pil. Tapi pil itu yang memungkinkan seorang Kultivator untuk menebas Beast Tingkat tinggi yang akan membantai kota kalian."
Ia menyeringai. “Kalian mengeluh, tapi tetap membeli. Kalian muak, tapi tetap memakai.”
“Jadi, tolong… berhentilah mengganggu pagiku hanya karena kalian tidak bisa hidup tanpa kemunafikan.”
“BAJINGAN SOMBONG!!”
“BUNUH DIA JUGA!!”
“TUAN MUDA KELIMA ADALAH IBLIS!!!”
Teriakan para penduduk kembali bergema, namun kini bukan mengarah pada ketiga narapidana, melainkan kepada Wang Cheng. Mata mereka penuh kebencian, muak, dan marah terhadap orang yang telah berbuat semena-mena terhadap hidup mereka.
Wang Cheng hanya tersenyum tipis mendengar kemarahan mereka. 'Satu semut memang lemah, tapi jika mereka ada ribuan maka mereka akan menjadi jauh lebih kuat dan berani,' pikirnya.
Wang Cheng adalah sosok yang ditakuti oleh semua orang, tidak ada yang berani menyinggungnya. Tapi kenapa sekarang mereka berani meluapkan amarah mereka? Tidak lain adalah karena jumlah mereka yang lebih banyak dari Wang Cheng. Mereka yang awalnya diam, kini mulai memaki Wang Cheng karena terpengaruh oleh yang lainnya.
"EKSEKUSI DIA JUGA!!"
"DIA TIDAK PANTAS HIDUP!!"
"IBLIS BAJINGAN!!"
Wang Cheng membentangkan tangannya, seolah menyambut seluruh kebencian mereka dengan senang hati.
[Warga kota Wanglong 1 membencimu: +100 Poin Kebencian]
[Warga kota Wanglong 2 membencimu: +100 Poin Kebencian]
[Warga kota Wanglong 3 membencimu: +100 Poin Kebencian]
[Warga kota Wanglong 4...]
[Warga kota Wanglong 5...]
[Warga kota Wanglong 6...]
[Warga kota Wanglong 7...]
[Warga kota Wanglong 8...]
Wang Cheng menyambut semua makian dan kebencian itu dengan senyum penuh kepuasan. Ia menengadah sedikit, membiarkan cahaya pagi menerpa wajahnya yang tampan.
"Hahaha..." Wang Cheng tertawa kecil. Tawa yang nyaris seperti desahan puas. “Manis... kebencian kalian… manis sekali.”
Tepat saat sebuah batu sebesar kepalan tangan hampir menghantam wajahnya, bayangan hitam melesat dari samping dan clang!—batu itu terpental oleh cakar Shuezan.
“Cih, kenapa aku harus melindungi sampah sepertimu,” gumam Shuezan dingin, berdiri di depan Wang Cheng aura penuh dominasi.
Suasana memanas, tapi Wang Cheng tetap tidak bergeming. Ia justru memejamkan mata, menikmati suara teriakan dan amarah seakan itu musik simfoni terbaik yang pernah ia dengar.
Sementara itu, di singgasana para bangsawan, wajah Wang Jianlong tampak menghitam. Ia mengepalkan tangan, giginya bergemelutuk menahan emosi.
"Kupikir anak itu sudah berubah karena tidak pernah membuat masalah besar akhir-akhir ini. Tapi ternyata aku terlalu bodoh untuk percaya pada bajingan itu."
Ia memalingkan wajah, tidak ingin melihat kebodohan anaknya sendiri merusak reputasi keluarga lebih jauh.
Wang Shuren berdiri dan mencengkram pagar tribun bangsawan. Matanya merah oleh amarah, dadanya naik turun cepat menahan desakan emosi yang siap meledak.
"BUAJINGAN BUSUK...!" gumamnya penuh kebencian. "Apa kau pikir dunia ini hanya panggung sandiwara untukmu?!"
Sementara Wang Xianyi, seperti biasa hanya diam. Matanya mengikuti setiap gerak-gerik Wang Cheng di atas panggung, tapi hatinya penuh dengan pertanyaan.
'Ada yang aneh dengannya... aku bisa melihat jika auranya semakin kuat seiring waktu,' batin Wang Xianyi dengan mata yang menyala biru.
Wang Xianyi memiliki satu kemampuan bawaan yang tidak pernah dia katakan pada siapapun. Matanya tidak seperti mata manusia biasa, itu adalah mata yang dapat melihat kekuatan dan aura seseorang secara langsung.
'Aku tahu dia memang kuat, jauh lebih kuat dari yang orang-orang kira. Namun, entah kenapa tiga hari yang lalu kekuatannya tiba-tiba menghilang...'
Wang Xianyi teringat beberapa hari yang lalu, saat di ruang makan dan Wang Cheng datang dengan sikap arogannya seperti biasa. Saat itu, ia bisa melihat jika Wang Cheng telah kehilangan kekuatannya, itu bukan seperti seseorang yang mencoba untuk menyembunyikan kekuatannya, tapi seseorang yang benar-benar kehilangan kekuatan. Seperti manusia biasa pada umumnya.
Namun, Wang Xianyi tidak mengatakan hal itu pada siapapun dan menganggap mungkin ada yang salah dengan matanya, atau mungkin kekuatan Wang Cheng jauh lebih kuat dari yang matanya bisa tangkap.
Tapi, semakin dia memperhatikan, semakin yakin pula dia jika adiknya itu benar-benar kehilangan kekuatannya.
'Ada yang aneh dengannya... Sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.'
CRASH!
Sebuah tiupan angin kuat meledak di sebelah Wang Xianyi, tepatnya di tempat dimana Wang Shuren berasat.
Rambut para penonton terhempas ke belakang saat Wang Shuren melompat turun dari panggung utama, pedang panjangnya berkilat tajam di bawah sinar matahari pagi. Ia mendarat dengan gemuruh dentuman, membuat papan-papan panggung bergoyang keras.
"CUKUP!!" serunya lantang, telunjuk pedangnya terarah ke dada Wang Cheng.
Kerumunan mendadak hening. Bahkan suara batu jatuh dari tangan orang-orangpun terdengar jelas.
Wang Cheng menoleh perlahan, masih dengan senyum tipis itu.
[Wang Shuren membencimu: +100 Poin Kebencian]
“Oh? Kakak kedua yang bijaksana akhirnya turun tangan?” Wang Cheng menatap Wang Shuren seolah sedang menikmati sebuah hiburan mahal. “Apakah aku membuat sarapanmu terganggu juga, Kak?”
“TUTUP MULUTMU, BAJINGAN!” desis Wang Shuren, suaranya tajam seperti ujung pedangnya. “Hari ini... aku tak peduli apakah kau bagian dari keluarga Wang. Jika kau menginjak-injak harga diri rakyat satu kali lagi... aku sendiri yang akan menebas lehermu.”
Seluruh alun-alun menahan napas.
Namun, dalam kepala Wang Cheng, notifikasi kebencian dari para warga terus berdentang seperti lonceng kemenangan.
sering sering update Thor