"Rahasia di Antara Kita" mengisahkan tentang seorang suami yang merasa bahagia dengan pernikahannya, namun kedatangan sahabat masa kecilnya yang masih memiliki ikatan emosional kuat membuat situasi menjadi rumit. Sahabat masa kecilnya itu mulai mendekatinya dengan cara yang tidak biasa, membuat suami tersebut merasa tidak nyaman. Sementara itu, istrinya yang selalu menuntut uang dan perhatian membuatnya merasa terjebak dalam pernikahannya. Bagaimana suami tersebut akan menghadapi situasi ini? Dan apa yang akan terjadi jika rahasia sahabat masa kecilnya dan perasaannya terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Rendy memandang Bu Ratna dengan mata yang penuh kesedihan. "Ibu, aku akan mencoba berbicara dengan Sarah. Aku tidak ingin kehilangan dia," kata Rendy.
Bu Ratna memandang Rendy dengan mata yang penuh harapan. "Aku percaya kamu bisa menyelesaikan masalah ini, Rendy. Tapi kamu harus jujur dan terbuka dengan Sarah," kata Bu Ratna sebelum meninggalkan ruangan.
Setelah Bu Ratna pergi, Rendy memandang Sarah yang masih terlihat sedih. "Sarah, aku—"
"Tunggu, Rendy. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi antara kamu dan Lidya," Sarah memotong, suaranya tegas tapi penuh rasa ingin tahu.
Rendy terdiam sejenak, mencari kata-kata yang tepat. "Apa maksudmu?" tanya Rendy, berusaha mengalihkan perhatian.
"Jangan main-main, Rendy. Aku tahu ada sesuatu yang tidak beres. Aku ingin tahu apa yang kamu rasakan terhadap Lidya," Sarah mendesak, matanya menatap tajam ke arah Rendy.
Rendy mengambil napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Sarah, aku tahu kamu kesal dengan Lidya, tapi aku ingin kamu tahu, dia hanya teman kecilku. Tidak ada apa-apa antara kami," kata Rendy dengan nada yang lembut.
Sarah memandang Rendy dengan mata yang penuh keraguan. "Aku tidak yakin, Rendy. Aku melihat bagaimana kamu memperhatikannya," kata Sarah dengan nada yang sedikit keras.
Rendy mendekati Sarah dan memegang tangannya. "Sarah, aku berjanji. Aku tidak memiliki perasaan apa-apa terhadap Lidya. Aku hanya mencintaimu," kata Rendy dengan nada yang penuh emosi.
Sarah memandang Rendy dengan mata yang penuh kesedihan. "Aku ingin percaya padamu... tapi aku takut," kata Sarah dengan suara yang tercekat.
Rendy memeluk Sarah erat. "Aku ada untukmu, Sarah. Selalu," kata Rendy, suaranya penuh kasih sayang.
Rendy memeluk Sarah erat, mencoba menenangkannya. Sarah membalas pelukan Rendy, tapi masih terasa tegang. Setelah beberapa saat, Sarah menarik diri dan memandang Rendy dengan mata yang merah.
"Rendy, aku perlu waktu untuk memikirkan ini," kata Sarah dengan suara yang masih tercekat.
Rendy mengangguk paham. "Aku mengerti, Sarah. Aku tidak akan memaksamu. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku ada untukmu," kata Rendy dengan nada yang lembut.
Sarah tersenyum kecil, lalu memandang Rendy dengan mata yang penuh harapan. "Aku akan mencoba, Rendy. Tapi kamu harus jujur padaku, selalu," kata Sarah dengan suara yang tegas.
Rendy mengangguk, lalu memegang tangan Sarah lagi. "Aku berjanji, Sarah. Aku akan selalu jujur padamu," kata Rendy dengan nada yang penuh emosi.
Mereka berdua duduk di sofa, tangan masih terpegang erat. Rendy memandang Sarah dengan mata yang penuh kasih sayang, sementara Sarah memandanginya dengan mata yang masih penuh keraguan.
"Aku ingin kita bisa kembali seperti dulu," kata Sarah dengan suara yang lembut.
Rendy tersenyum, lalu memeluk Sarah lagi. "Aku juga ingin itu, Sarah. Aku ingin kita bisa bahagia bersama," kata Rendy dengan nada yang penuh emosi.
Sarah membalas pelukan Rendy, merasa sedikit lebih tenang. Mereka berdua duduk diam sejenak, menikmati kehangatan pelukan masing-masing.
Setelah beberapa saat, Sarah menarik diri dan memandang Rendy dengan mata yang penuh harapan. "Aku ingin kita bisa melupakan masalah ini dan memulai lagi," kata Sarah dengan suara yang lembut.
Rendy mengangguk, lalu memegang wajah Sarah dengan lembut. "Aku juga ingin itu, Sarah. Aku ingin kita bisa bahagia bersama," kata Rendy dengan nada yang penuh kasih sayang.
Baiklah, saya akan mencoba lagi.
Lidya masuk ke rumah dengan senyum manis di wajahnya. "Rendy, aku lupa buku di rumahmu," katanya sambil mencari-cari.
Rendy memandang Lidya dengan mata yang frustrasi. "Sekarang tidak bisa, Lidya. Aku dan Sarah sedang berbicara," katanya dengan nada yang tegas.
Lidya memandang Sarah dengan mata yang tajam. "Oh, apa yang terjadi?" tanyanya dengan nada yang ingin tahu.
Sarah memandang Lidya dengan mata yang kesal. "Tidak usah ikut campur, Lidya. Ini urusan kami," katanya dengan nada yang keras.
Lidya tersenyum, lalu mengambil buku yang ada di meja. "Baiklah, aku pergi. Tapi Rendy, kita belum selesai bicara," katanya dengan nada yang manis sebelum pergi.
Rendy memandang Lidya dengan mata yang kesal. "Lidya, jangan membuat masalah lagi," katanya dengan nada yang tegas sebelum Lidya keluar dari rumah.
Setelah Lidya keluar dari rumah, Rendy memandang Sarah dengan mata yang penuh kekhawatiran. "Sarah, aku... aku tidak ingin membuatmu kesal lagi," katanya dengan nada yang lembut.
Sarah memandang Rendy dengan mata yang masih kesal. "Rendy, aku tidak mengerti mengapa kamu masih membela Lidya," katanya dengan nada yang keras.
Rendy mengambil napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Sarah, aku tidak membela Lidya. Aku hanya... aku tidak ingin membuatnya kesal," katanya dengan nada yang lembut.
Sarah memandang Rendy dengan mata yang penuh keraguan. "Rendy, aku tidak percaya padamu lagi," katanya dengan nada yang keras sebelum berbalik dan berjalan menjauh dari Rendy.
Rendy memandang Sarah dengan mata yang penuh kesedihan. "Sarah, jangan pergi. Aku tidak ingin kehilangan kamu," katanya dengan nada yang lembut.
Sarah berhenti sejenak, lalu memandang Rendy dengan mata yang masih kesal. "Rendy, kamu harus memilih. Apakah kamu memilih aku atau Lidya?" katanya dengan nada yang tegas.
Rendy terdiam sejenak, tidak tahu apa yang harus dikatakan. Dia merasa terjebak di antara perasaannya terhadap Sarah dan Lidya.
Sarah memandang Rendy dengan mata yang penuh harapan. "Rendy, aku tidak bisa menunggu selamanya," katanya dengan nada yang lembut sebelum berbalik dan berjalan menjauh dari Rendy.
Rendy duduk di sofa, memikirkan apa yang harus dia lakukan. Dia tidak ingin kehilangan Sarah, tapi dia juga tidak ingin menyakiti Lidya. Tiba-tiba, dia teringat kata-kata Sarah tentang memilih antara dia dan Lidya.
Rendy merasa semakin terjepit. Dia tidak tahu apa yang harus dipilih. Apakah dia harus memilih Sarah, yang telah menjadi pacarnya selama ini? Atau apakah dia harus memilih Lidya, yang telah menjadi temannya sejak kecil?
Rendy memutuskan untuk berjalan-jalan di luar untuk memikirkan masalahnya. Dia berharap bisa menemukan jawaban yang tepat untuk masalahnya.
Rendy berjalan-jalan di taman yang sepi, mencoba memikirkan masalahnya. Udara malam yang dingin membantunya untuk berpikir lebih jernih. Dia memikirkan tentang Sarah dan Lidya, dan apa yang sebenarnya dia inginkan.
Tiba-tiba, dia mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Rendy menoleh dan melihat seorang wanita yang sedang berjalan menuju ke arahnya. Wanita itu tersenyum ketika melihat Rendy.
Rendy merasa sedikit terkejut, tapi dia tidak bisa tidak tersenyum kembali. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Rendy, mencoba untuk mengalihkan perhatian dari masalahnya.
Wanita itu duduk di sebelah Rendy di bangku taman, menatapnya dengan lembut. "Kamu terlihat sedih," katanya. Rendy terkejut, lalu bertanya, "Bagaimana kamu tahu?" Wanita itu tersenyum. "Aku bisa melihatnya dari mata kamu. Kamu memiliki masalah yang berat." Rendy merasa terharu dengan perhatian wanita itu, lalu memutuskan untuk bercerita. "Aku sedang mengalami masalah rumah tangga," katanya dengan nada berat. Wanita itu mendengarkan dengan seksama, dan Rendy merasa sedikit lebih lega.