Ariana Lyra Aurelia tidak pernah menyangka cinta tulusnya dibalas dengan pengkhianatan kejam dari sang kekasih yang tega menghabisi nyawanya.
Di ujung napas yang masih bisa Ia pertahankan, Kael Ethan Thomson, pria yang dijodohkan oleh ayahnya datang. Memeluk tubuh Ariana dengan air mata membasahi pipi pria itu. Pria yang selama ia abaikan karena perjodohan justru menjadi pria yang sangat tulus mencintainya dan selalu ada untuknya, bahkan ada disaat terakhirnya.
"Andai aku memiliki kehidupan kedua, aku akan mencintaimu setulus hatiku..."
Apa yang akan Ariana lakukan ketika kehidupan kedua benar-benar diberikan untuknya?
Ikuti kisah mereka...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7.
Ariana serta Kael serentak mengarahkan pandangan ke arah pintu, menangkap sosok Ryder yang melangkah masuk dengan emosi tergambar jelas di wajahnya dan berdiri di dekat Ariana duduk.
"Apa maksud sikapmu hari ini, Ariana?" tanya Ryder.
Ariana menghela napas panjang, membalas tatapan Ryder yang kini tengah menatap marah padanya.
"Sikapku yang bagiamana?" Ariana balas bertanya.
"Sikapmu di kampus," jawab Ryder.
"Dan sekarang kamu membawa lelaki asing ke rumah ini? Apakah kamu pikir itu masuk akal?" lanjutnya sembari menunjuk Kael.
"Dia tamuku," jawab Ariana dengan wajah datar.
"Lagi pula, kamu memiliki hak apa di rumah ini sehingga mempertanyakan siapa yang datang ke RUMAHKU? Bukan kamu yang menentukan siapa yang harus dan tidak harus datang ke rumahku," imbuh Ariana seraya melipat kedua tangannya. Menekankan kata rumahku dalam suaranya.
"Kamu tidak seharusnya membawa lelaki asing ke rumah! Aku berbicara untuk kebaikanmu sendiri. Bukan mustahil dia hanya memanfaatkanmu," ucap Ryder.
"Woahh... Kamu sangat baik, Rye. Terima kasih sudah mengingatkanku. Apakah maksudmu, sama seperti kamu memanfaatkan aku? Begitu?" sahut Ariana dengan alis terangkat.
"Apa maksudmu? Memanfatkanmu apa? Aku hanya mengingatkanmu untuk tidak membawa orang asing ke rumah," jawab Ryder.
"Jika dia asing bagimu, apa peduliku? Dia sahabatku sekaligus tutor baruku," jawab Ariana.
Ryder menggeram, menatap Ariana dengan tatapan asing. Sosok Ariana yang ia lihat sejak pagi ini mengalami perubahan masih berlanjut sampai saat ini. Bagaimana Ariana berbicara padanya berbanding terbaik dengan Ariana yang biasanya.
'Tidak... Tidak... Dia pasti hanya ingin membuatku marah saja. Aku yakin dia akan kembali seperti semula besok. Dia seperti ini pasti karena ayah Ariana pergi mengurus bisnis hari ini,' batin Ryder.
"Dia masih mahasiswa baru, Ariana," tekan Ryder.
"Kamu membawanya ke rumah hanya untuk membuatku kesal saja bukan?"
"Atas dasar apa kamu berkesimpulan begitu?" tanya Ariana.
"Kamu marah karena aku dekat dengan Sienna, dan hari ini waktuku bersama Sienna lebih banyak dibandingkan denganmu. Itulah sebabnya kamu pulang membawa dia bersamamu," jawab Ryder.
"Kenapa aku harus marah jika kamu bersama Sienna?" tanya Ariena lagi.
"Karena kamu menyukaiku. Kamu mengikuti kemanapun aku pergi karena itu bukan?" sahut Ryder percaya diri.
Ariana menatap tak percaya pada pemuda di depannya. Ia bahkan tanpa sadar menurunkan rahangnya mengetahui betapa narsisnya seorang Ryder.
"Pft..."
Ariana tergelak singkat, menggeleng pelan dengan satu tangan menutupi wajahnya seraya berdiri dari duduknya.
"Siapa yang memberimu kepercayaan diri setinggi ini sehingga membuatmu merasa bahwa aku menyukaimu?"
"Apakah kamu menganggap dirimu penting? Kamu hanya anak sopir dari keluarga Aurelia," ucap Ariana tanpa mengubah intonasi pada suaranya.
"ARIANA...!"
Ryder menggeram kesal, mengulurkan tangan untuk menjangkau Ariana, tapi gerakan itu langsung terhenti saat Kael berdiri dari duduknya dan menarik Ariana ke belakang tubuh Kael, memosisikan tubuhnya di depan Ariana untuk melindungi gadis itu.
Kael tidak mengatakan apapun, hanya menatap tajam pada Ryder sebagai peringatan untuk tidak menyentuh Ariana. Sementara Ariana yang berada di belakang Kael memberikan tatapan datar, dingin, dan tanpa emosi, menelengkan kepala, lalu tersenyum.
Ryder mendengus, tangan yang sebelumnya terulur kini terkepal dan perlahan turun ke sisi tubuhnya, mengangguk menahan emosi yang meluap melihat sikap Ariana tidak lagi patuh seperti biasanya.
"Kamu bisa pergi, Rye," ucap Ariana datar.
"Dan tolong jangan membanting pintu lagi, aku ragu kamu mampu mengganti kerusakannya," sindirnya dengan senyum manis.
Mata Ryder memicing, menatap Ariana yang berhasil membuat dirinya merasa terhina atas kalimat yang gadis itu ucapkan, matanya berkilat marah, tapi tidak bisa berbuat apapun karena Kael masih melindungi Ariana. Hingga pria itu menarik napas dalam-dalam, lalu berbalik dan berjalan pergi meninggalkan ruang perpustakaan.
"Ini belum selesai, Ariana!" Ryder berkata pelan, menoleh dan melihat Ariana dari balik punggungnya sebelum ia menghilang di balik pintu.
"Maaf, aku menempatkanmu dalam situasi tidak nyaman," Ariana berkata lirih begitu Ryder tidak lagi terlihat.
"Tidak apa-apa," jawab Kael.
"Ahh... Kurasa seharusnya aku pulang, kamu perlu banyak beristirahat,"
"Aa... Itu..." Ariana menunduk untuk melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, mendesah panjang begitu tahu hampir tiba waktunya untuk makan malam. 'Kenapa cepat sekali waktu berlalu,'
"Kenapa kamu tidak makan malam di sini saja?" tawar Ariana.
"Mungkin lain kali. Untuk malam ini, aku tidak bisa," jawab Kael.
"Begitu..." desah Ariana kecewa seraya menundukkan kepala.
"Tempat tinggalku tak begitu jauh dari rumahmu, kamu bisa menghubungiku kapan saja," ucap Kael seakan tahu apa yang gadis di depannya rasakan.
"Baiklah. Hati-hati di jalan," jawab Ariana pada akhirnya.
Kael mengangguk, mengangkat satu tangannya untuk ia letakkan di pipi Ariana.
'Hangat...'
"Aku senang melihatmu baik-baik saja, Lyra," ucap Kael lirih.
"Kamu bilang apa?" tanya Ariana mengerutkan kening.
"Tidak, bukan apa-apa," jawab Kael seraya menarik tangannya. "Aku hanya senang bisa bertemu denganmu lagi setelah sekian lama dan melanjutkan pendidikanku bersamamu. Sampai bertemu lagi,"
"Kael..."
Baru berapa langkah Kael berjalan, pemuda itu kembali berbalik saat mendengar namanya dipanggil.
"Apa?"
"Bisakah kamu menjemputku besok?" pinta Ariana.
"Sopirmu..."
"Dia di pecat," jawab Ariana. 'Lebih tepatnya akan aku pecat besok. Aku perlu berbicara dengan, Ayah,' lanjutnya dalam hati.
"Tapi, aku hanya menggunakan sepeda motor," ucap Kael.
"Dan aku menyukainya," sahut Ariana.
"Kalau begitu, baiklah. Aku akan menjemputmu besok," jawab Kael.
"Latihan beladirinya?" tanya Ariana lagi.
Kael menatap Ariana yang menunukkan tatapan penuh harap, tersenyum kecil sembari menaikkan bahunya.
"Jawaban apa yang kamu harapkan?" tanya Kael tersenyum jahil.
"Kamu mengajariku,"
"Baiklah... "
"Sungguh?" sambut Ariana dengan mata berbinar senang.
"Akan kupikirkan," jawab Kael yang segera berbalik pergi meninggalkan Ariana.
"KAELLL....!"
Ariana bisa melihat pemuda itu tertawa sambil berjalan menuju sepeda motornya, berbalik dan berjalan mundur sembari melambaikan tangan dengan wajah berseri. Sangat kontras dengan wajah yang terakhir kali ia lihat ketika pemuda itu meneteskan air mata dan jatuh mengenai di wajahnya.
. . . .
. . . .
To be continued...
tetiba lampu mati dari pagi dan baru nyala sore😫🤧🤣
ngiriiiiii terossss kerjaannya 🤣🤣
uhukkk uhukk /Awkward//Awkward/
ehhhh
🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️