Seri Kelanjutan dari Novel PENGUASA BENUA TERATAI BIRU. Bagi yang ingin menyimak cerita ini dari awal, silakan mampir di penguasa Benua Teratai Biru 1, dan Benua Teratai 2.
Dunia Kultivator adalah jalan menuju keabadian yang merupakan jalan para dewa. Penuh dengan persaingan, pertentangan dan penindasan.
Kisah ini menceritakan sosok Qing Ruo, pemuda yang memiliki takdir langit sebagai seorang penguasa. Sosok yang awalnya di anggap lemah, di hina dan hidup dalam penindasan.
Bagaimana kisahnya. Simak perjalanannya menjadi seorang penguasa.
Penulis serampangan.
Yudhistira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhistira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Kabar Dari She Mei Lu.
Lima hari kemudian Qing Ruo membuka mata, memalingkan wajahnya menatap Qing Ling yang duduk di belakangnya.
" Gege, tenanglah. Pulihkan dirimu..." dengan senyumnya yang manis.
" Ling er, terima kasih..." ucap Qing Ruo sambil menjelaskan keadaannya yang sudah mulai pulih, serta meminta sang istri untuk memulihkan dirinya.
" Tapi gege..."
" Ling er, kamu juga terluka. Selain itu kamu juga harus memulihkan kekuatan yang telah kamu gunakan memuluhkan diriku beberapa hari ini." dengan wajah serius.
Tampak keengganan di wajahnya, tetapi Qing Ling hanya bisa menggangguk.
" Baik. Tapi bagaimana dengan gege?"
" Ling er, aku kini hanya memerlukan waktu untuk pulih kembali. Tenanglah. Aku ingin Ling er kembali ke dalam dunia jiwa, menemani An er..." ucapnya lembut.
" Baiklah." sambil memasuki gerbang dimensi dunia jiwa yang telah Qing Ruo buka sebelumnya.
Setelah Qing Ling pergi ke dalam dunia jiwa, Qing Ruo lalu kembali memulihkan dirinya.
" Lianghao, jika kita sudah tiba di pusat Badai Ruang dan Waktu, kabari aku..."
" Baik penguasa," jawab Yu Jieru dengan hormat, yang ikut merasa senang saat melihat sang tuan yang kini telah sadar dan dapat memulihkan diri.
****
Di dalam Dunia Jiwa.
Qing Ling memasuki kamar utama istana emas dengan tergesa-gesa, untuk menemui Qing Lian An yang Sudah beberapa hari ditinggalkanya.
" Penguasa putri..." Huli Bai dan Huli Hei yang sedang mengasuh Hu Qing menyambut kedatangan Qing Ling.
" Huli Bai, bagaimana kabar An er..." sambil meraih Qing Lian An dari pelukan Huli Bai.
" Penguasa, putri Lian An untuk beberapa hari ini cukup tenang...." ucap Huli Bai laporkan pekerjaannya dengan rinci.
" Huli Bai, Huli Hei, terima kasih. Kalian kembalilah ke istana Naga Emas untuk beristirahat..." sambil menatap wajah mungil yang tertidur pulas itu.
" Tapi Penguasa..."
" Tenanglah, situasi sudah aman. Awasi Hu Shan dan yang lainnya...."
" Baik Penguasa putri," jawab Huli Bai dan Huli Hei lalu meninggalkan tempat itu.
Setelah Huli Bai dan Huli Hei pergi, Qing Ling lalu membaringkan Qing Lian An di atas tempat tidurnya, dan menggunakan kesempatan itu untuk memulihkan diri.
****
Halaman Istana Naga Emas.
Hu Shan, Tu Hai, Tian Feng dan semua pelayan yang ada di dalam dunia jiwa, yang sebelumnya ikut bertempur membantu Qing Ruo dalam pertemouran, duduk dengan tenang memulihkan diri.
Tidak jauh dari tempat mereka, duduk Zin, Zan, Liong Hei dan Jinse, yang sesekali menaburkan kristal jiwa di sekitar tempat itu.
" Saudara Zin, tampaknya saudara Yuan Bai dan Yuan Hei adalah yang paling berat lukannya..." ucap Liong Hei yang kini telah menggunakan tampilan tubuh manusia.
" Benar, jika saja mereka tidak menerima darah emas penguasa muda, mungkin saat ini kita tidak akan melihat mereka lagi," ucap Zin sedih.
" Tenanglah. Dengan sumber daya yang ada di dalam dunia jiwa ini, aku yakin mereka akan segera pulih..." Zan menimpali.
" Benar, kita hanya perlu bersabar..." ucap Liong Hei dengan wajah sedih, yang juga masih begitu kecewa karena tidak diikutsertakan oleh Qing Ruo dalam pertempuran tersebut.
Pada saat mereka sedang berbincang-bincang, Huli Bai dan Huli Hei yang membawa Hu Qing tiba di tempat itu, menatap Hu Shan dan yang lainnya yang sedang memulihkan diri.
" Saudara Zin, penguasa putri telah kembali, dan saat ini berada di istana emas..." Huli Bai menjelaskan.
" Syukurlah, itu berati penguasa muda baik-baik saja," ucap Liong Hei.
" Sepertinya demikian," ucap Huli Hei sambil menantap sang suami, Tu Hai yang sedang memulihkan diri.
" Lalu apakah ada perintah lainnya?" tanya Jinse.
Huli Bai dan Huli Hei menggelengkam kepala.
" Pemguasa putri meminta kita untuk tetap mengawasi, dan mengobati mereka," jawah Hui Hei.
" Baik, silakan saudari masuk dan beristirahat di dalam. Serahkan mereka lada kami," ucap Liong Hei dengan hormat dan ramah.
" Terima kasih saudara," ucap Huli Bai dan Huli Hei sambil meninggalkan tempat itu.
*****
Jantung Benua Teratai Biru.
She Mei Lu yang sebelumnya secara diam-diam pergi ke wilayah timur Benua teratai biru, akhirnya kembali tiba di jantung Benua Teratai Biru.
" Swhus...." tubuhnya muncul di atas gunung Xing Guang, yang kini menjadi tempat kediaman Klan Qing.
Dengan tenang sosok itu pergi ke gunung barat, yang merupakan kediaman khusus keluarga inti klan, lalu muncul di halaman istana barat.
" Youyu er," ucap Qing Ruyue menyambut kedatangannya.
" Nenek, aku ingin memasuki aula istana jiwa," ucap She Mei Lu, sambil berusaha menyembunyikan kekhawatirannya.
" Kebetulan sekali..." ucap Qing Ruyue membawa She Mei Lu ke dalam ruangan rahasia klan itu.
Di dalam ruangan. Telah hadir Qing Peng, Qing Xia, Qing Long, Zishu, Qing Duan Ren dan Ling Yun.
" Ayah, ibu..." ucap She Mei Lu menyapa Qing Peng dan Ling Yun, serta semua orang yang ada di dalam ruangan itu yang tampak begitu cemas.
" Youyu er..." ucap Ling Yun dengan wajah sedih.
" Ibu tenanglah..." mencoba menenangkan Ling Yun, yang sebenarnya dia juga begitu khawatir.
" Kakak..." ucap Zishu menghamburkan diri memeluk She Mei Lu sambil menangis tersedu-sedu.
" Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja..." mengusap-usap punggung Zishu sambil menatap lencana giok jiwa Qing Ruo dan Qing Ling yang masih retak.
" Ayah, ibu, bagaimana kondisi lencana giok jiwa sebelumnya?"
" Ini lebih baik dari sebelumnya, bahkan lencana giok jiwa Ruo er bahkan hampir hancur..." Qing Peng menjelaskan, membuat jantumg She Mei Lu berdetak dengan kencang.
" Itu berarti mereka sudah aman..." ucap She Mei Lu pelan.
" Sepertinya kakak tahu. Kakak apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Qing Zishu dengan tatapan memohon.
She Mei Lu menghembuskan nafas panjang lalu menantap semua orang yang ada di dalam ruangan yang juga melihatnya dengan tatapan memohon.
" Adik Ruo dan adik Ling ternyata merahasiakan sesuatu yang sangat mengerikan dari kita," ucap She Mei Lu pelan, membuat semua orang ada di dalam ruangan itu terkejut
" Youyu er, apa itu?" tanya Qing Peng, cepat.
" Ayah, ternyata selama ini mereka memiliki musuh yang sangat kuat, bahkan salah satu dari mereka adalah seorang pendekar semi abadi tingkat enam, dan seorang dewa. Dalam pertempuran yang sangat mengerikan itu, Adik Ruo dan adik Ling, dan semua pelayannya begitu kewalahan, hingga akhirnya mereka menyeret sang lawan ke dalam badai ruang dan waktu..." ucap She Mei Lu sambil meneteskan air mata, menahan rasa sesak di dadanya, bahkan Zishu yang sebelumnya sudah tenang, kini menangis kembali.
" Kakak, lalu apa yang terjadi?" tanya Qing Zishu.
" Zishu er, tentu saja mereka melanjutkan pertempuran di dalam badai ruang dan waktu..."
" Tapi bagaimana kakak bisa tahu?" tanya Zishu.
" Karena kakak hadir dalam pertempuran itu, tapi Kakak terlambat, " ucap She Mei Lu pelan.
" Apa! Kakak di mana saat itu?"
" Gunung Dalu, Wilayah Makam Waktu..."
" Itu adalah wilayah Timur Benua Teratai Biru!" ucap Qing Ruyue.
" Nenek Agung Benar..." jawab She Mei Lu pelan.
" Tenanglah. Semuanya akan baik-baik saja," ucap Ling Yun dengan yakin, menatap lencana giok jiwa yang secara perlahan mulai membaik tersebut.
" Semoga kakak Ruo dan kakak Ling baik-baik saja," ucap Qing Zishu sambil menyeka air matanya.