Farah meninggal karena dibunuh. Namun itu bukanlah akhir kehidupannya. Farah diberi kesempatan untuk hidup kembali sebagai siswi bernama Rasti. Siswi yang tidak lain adalah murid di sekolah suaminya bekerja.
Nama suami Farah adalah Yuda. Sudah memiliki dua anak. Hidup Yuda sangat terpuruk setelah kematian Farah. Hal itu membuat Farah berusaha kembali lagi kepada suaminya. Dia juga harus menghadapi masalah yang di alami pemilik tubuhnya. Yaitu menghadapi orang-orang yang sering membuli dan meremehkan Rasti. Sebagai orang yang pernah bekerja menjadi pengacara, Farah mampu membuat Rasti jadi gadis kuat.
Apakah Farah bisa membuat suami dan anak-anaknya mau menerimanya? Mengingat dia sekarang adalah gadis berusia 17 tahun. Lalu bagaimana nasib Rasti yang selalu diremehkan karena bodoh dan berbadan gemuk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21 - Berusaha Lagi
"Kau yang kenapa? Dilihatin aja marah. Punya masalah penanganan emosi ya?!" balas Yoga. Tak mau kalah.
"Gimana nggak marah! Orang kau ngelihatinnya begitu banget. Kalau nggak suka, bilang dong!" sungut Jali.
"Udah, udah! Kalian ini kenapa?" sergah Rasti. Menghentikan perselisihan tak terduga di antara Yoga dan Jali. Ia mengamati kedua lelaki itu secara bergantian. Terlintas ide dalam benaknya untuk membuat mereka kalah telak.
"Kalau sama-sama suka ke aku bilang dong. Biar nanti aku butuh waktu buat mikir," cetus Rasti.
Benar saja, perkataan Rasti berhasil memberi dampak kuat. Wajah Yoga dan Jali seketika memerah.
"E-enggak! Kau kenapa berpikir begitu, Ras?" bantah Yoga.
"Kepedean banget kau! Mana mungkin aku suka sama cewek jelmaan kuda nil." Jali ikut-ikutan membantah.
Rasti melipat tangan ke dada. Ia memajukan bibir bawahnya. Bersiap mengeluarkan kalimat serangan kedua.
"Gimana aku nggak mikir begitu, soalnya kalian ke sini karena ngikutin aku kan?" tukas Rasti. Menatap Yoga dan Jali secara bergantian.
"Jijik aku!" Jali memutuskan pergi. Dia menaiki angkot yang kebetulan lewat. Sambil pergi, Jali berusaha terus membuang muka. Namun ketika mobil angkot membawanya jauh dari Rasti, Jali langsung menengok ke belakang. Lelaki tersebut tidak tahu kenapa dirinya sangat memperdulikan Rasti. Terutama setelah kejadian melompat dari tembok sekolah bersama gadis itu.
Di waktu yang sama, Yoga memilih tetap bersama Rasti.
"Kau nggak akan pergi seperti Jali? Kalau kau tetap di sini, aku benar-benar akan menganggapmu suka padaku," ucap Rasti. Menatap Yoga dengan sudut matanya.
"Terserah kau mau menganggapku apa. Tapi aku akan tetap bersamamu," sahut Yoga.
Deg!
Jantung Rasti berdegup kencang mendengar perkataan Yoga tersebut. Tatapannya juga langsung tertuju ke arah Yoga. Wajah Rasti bersemu merah.
'Tidak, tidak! Ini perasaan pemilik tubuhnya. Bukan kau,' batin Farah. Selaku jiwa yang sekarang sudah terbiasa menempati tubuh Rasti.
"Kau dan Jali dari mana?" tanya Yoga. Lamunan Rasti sontak memudar.
"Aku tadi pergi ke toko buku. Jali tiba-tiba datang saat aku sudah di sana. Dia membuat ulah, jadi kami berlari sampai ke sini." Rasti jelas berbohong. Dia tentu tidak mau membeberkan kalau dirinya pergi menemui Reno. Putra pertamanya sekaligus anak dari guru yang mengajar di sekolah.
"Jali memang suka berbuat ulah. Jangan terlalu dekat dengannya, Ras!" saran Yoga.
Rasti mengangguk. "Kalau begitu ayo kita pulang sekarang," ajaknya sembari berjalan lebih dulu.
"Mau mampir makan bakso dulu?" tawar Yoga.
Rasti terkesiap. Dia lagi-lagi terhipnotis akan visual dan perhatian Yoga. Namun itu tidak berlangsung lama, Rasti segera menggeleng kuat untuk menyadarkan diri.
"Mungkin lain kali. Lihat! Ada taksi!" ujar Rasti. Sengaja merubah topik pembicaraan. Dia merasa kalau Yoga adalah orang yang harus dihindarinya sebisa mungkin. Sebab tubuh yang sekarang dia tempati selalu menunjukkan ketertarikan terhadap pemuda tersebut.
'Tidak, Rasti! Aku tahu Yuda terlalu tua untukmu. Tapi dia suamiku. Aku tidak mau jatuh cinta dengan brondong,' batin Rasti. Taksi tampak sudah berhenti di depannya.
Yoga tiba-tiba menahan pergerakan Rasti. Ia berbisik, "Kau yakin ingin naik taksi? Kau punya uang?"
Mendengar perkataan Yoga, Rasti langsung sadar bahwa dirinya tidak mempunyai uang yang cukup untuk membayar taksi. Mengingat pemilik tubuhnya tidak sekaya Farah di kehidupan sebelumnya.
"Apa kau punya uang?" Rasti malah bertanya pada Yoga.
"Aku sudah menghabiskan cukup banyak uang untuk mencarimu tadi," sahut Yoga. Dia menarik Rasti sambil meminta maaf pada sopir taksi. Yoga dan Rasti batal mengendarai taksi. Mereka memilih pulang dengan bus. Kini keduanya duduk bersebelahan.
"Ngomong-ngomong, kenapa kau mencariku?" celetuk Rasti.
"Kau sahabatku. Aku mencemaskanmu akhir-akhir ini. Karena banyak teman-temanku yang mengatakan kalau kau sangat berubah," jelas Yoga.
"Apa pacarmu tidak marah jika mengetahui kau mengkhawatirkan gadis lain?" tanggap Rasti. Menurut ingatan pemilik tubuhnya, Yoga memiliki seorang pacar.
"Pacar? Aku tidak punya pacar." Dahi Yoga berkerut heran.
"Lalu kenapa kau sangat mesra dengan gadis yang makan bersamamu di cafe?" selidik Rasti. Dia ingin mengetahui apakah apa yang diketahui pemilik tubuhnya selama ini benar atau salah.
"Cafe?" Yoga mencoba mengingat.
"Aku melihatmu berada di cafe yang terlihat seperti bernuansa grafiti," tukas Rasti.
"Oh... Itu... Ya ampun, Ras. Dia bukan pacar. Tapi sepupuku. Tempo hari aku mau kenalin dia sama kamu. Tapi kau nggak jadi datang," ungkap Yoga.
"A-aku mendadak ada keperluan." Rasti langsung memberikan alasan.
"Kau sama sekali tidak memberitahuku tentang itu?" Yoga menyelidik.
"Itu mendesak. Masalah keluarga," terang Rasti. Dia setidaknya sekarang bisa menyimpulkan. Bahwasanya selama ini Rasti yang sebenarnya sudah salah paham pada Yoga.
'Dasar remaja labil. Yah... Mau bagaimana lagi. Nyawa Rasti terlanjur sudah pergi,' ucap Rasti dalam hati.
...***...
Satu hari berlalu. Untuk kali ketiga Rasti membolos. Dia gigih ingin mengajak Reno bicara.
Di hari ketiga, Rasti kehilangan Reno. Dia lantas mencari ke sekitar area sekolah. Sampai akhirnya Rasti menemukan Reno. Anak itu lagi-lagi dibuli oleh sekelompok anak kemarin.
Rasti bergegas menolong Reno. Namun Reno malah berteriak dan menyuruhnya pergi. Anak tersebut tampak tersungkur dalam keadaan wajah yang lebam.
"Pergi! Jangan ikut campur!" pekik Reno.
"Kakak sendirian kali ini?" tanya anak lelaki berbadan gempal. Dia merupakan salah satu anak yang membuli Reno. Namanya adalah Adam.
"Iya! Kenapa? Emang kalian beraninya kalau aku sendirian?!" balas Rasti seraya berkacak pinggang
"Kami tidak akan melawan. Tapi cuman mau bilang kalau Reno-lah yang bersalah di sini!" ungkap Adam.
"Kau pikir aku percaya?" tepis Rasti.
"Dia benar! Memang aku yang berbuat masalah lebih dulu," ucap Reno sembari berdiri. "Aku pantas mendapatkannya..." lirihnya.
Rasti tercengang. "Kenapa kau melakukan itu? Apa yang kau lakukan, Ren?"
Reno tersenyum. Tanpa diduga, dia didorong lagi oleh Adam sampai terjatuh.
Rasti geram melihatnya. Dia melepas kedua sepatu ketsnya. Lalu melakukan pembelaan terhadap Reno. Usahanya sukses mengusir Adam dan kawan-kawan pergi. Setelah itu Rasti segera membantu Reno.
Sayangnya Reno masih saja bersikap dingin. Dia bahkan memarahi Rasti.
"Maaf jika aku mengganggumu. Tapi semuanya tidak akan berjalan baik kalau kau memendam masalah sendiri," tutur Rasti. Berusaha meluluhkan hati sang putra.
Ati ati yah ,jgn ampe kena jebakan betmen 😁