NovelToon NovelToon
Terpaksa Menjebaknya Karena Cinta

Terpaksa Menjebaknya Karena Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Cengzz

"Aku nggak punya pilihan lain." ucap adel
"Jadi kamu memang sengaja menjebakku?" tanya bima dengan nada meninggi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cengzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16

Didalam mobil, Adel, bima dan Bastian, diam-diaman tanpa ada obrolan. Suasana tampak hening, hanya suara deru kendaraan yang terdengar dari para pengendara disepanjang perjalanan.

Bima sedari tadi terdiam, tatapannya kosong, memikirkan liontin yang dikenakan oleh Adel. Mengapa liontin tersebut bisa sama dengan liontin yang dimiliki oleh keluarga Alex.

Hatinya kini mulai gelisah, ada sesuatu yang menyelinap disana, rasa takut, kehilangan, kecewa, marah, sedih, bercampur aduk menjadi satu. Seolah itu semua berputar-putar didalam benaknya.

Apakah ini hanya kebetulan? Atau ada sesuatu yang lebih besar di baliknya?

Pikiran Bima terus berputar, menghubungkan benang-benang samar yang belum tersambung. Jika Adel memiliki liontin yang sama, berarti ada kaitan yang lebih dalam antara mereka semua. Tidak mungkin jika ini hanya sekedar kebetulan saja.

Liontin tersebut telah ada sejak pertama kali bima menemukan Adel disebuah bangunan tua. Namun liontin itu belum terpasang.

"Bim ngopi yuks!" Ucap Bastian memecahkan keheningan.

Bima tersentak, menoleh sekilas dan mengganguk pelan. Helaan nafas dari bima mengusik ketenangan Bastian.

"Lo kenapa diem aja Bim? Lagi ada masalah? Atau lagi mikirin sesuatu?" Tanya Bastian sambil menyetir.

Bima berdehem, "Nggak! Gue gak mikirin apa-apa, lagi nikmatin suara musik doang! Bas!" Katanya.

"Musik apaan? Gue aja kagak nyetel musik, aneh Lo Bim! Apa Lo lagi denger musik dari alam gaib?" Tanya Bastian menggaruk tengkuknya.

"Om kalo ngomong jangan kemana-mana ya! Ini masih siang loh om, belum malem! Biasanya orang mulai ngawur itu malem-malem. Bisa-bisanya om ngawur disiang hari!" Cerocos Adel.

"Lah yang ngawur aja ayah kamu, kok tiba-tiba jadi om yang ngawur!" Protes Bastian nyolot.

"Masa ayah kamu bilang lagi dengerin musik, padahal kan om gak nyalain musik, del! Bener gak? Jadi disini siapa yang ngawur? Om atau ayah kamu?" Lanjut Bastian melirik Adel dari kaca spionnya.

"Ayah sih!" Adel mengganguk. "Kenapa bisa gitu yah? Jangan-jangan ayah lagi mikirin sesuatu?" Tanya Adel memicingkan matanya.

"Lagi mikirin Sabrina!" Jawab bima asal.

"Ayah!!" Adel menggeram kesal.

"Hadeh! Kalo ngomongin Sabrina! Gue jadi inget si Burhan! Burhan itu, Bim!" Celetuk Bastian mengepalkan satu tangannya diatas paha.

"Kok Lo manggil dia Burhan sih? Orang namanya aja arhan! Lo gak boleh asal ganti-ganti nama orang bas." Peringat bima.

"Bodo amat! Suka-suka gue, Bim. Lagian si Burhan tuh saingan gue mulai sekarang buat ngedapetin Sabrina."

"Bas saingan Lo banyak bas. Ada Alex, ada arhan, ada pengusaha, pejabat, orang elite. Emang Lo sanggup saingan sama mereka?" Tanya bima mencoba menyadarkan sahabatnya ini yang sangat halu.

"Gak takut gue mah Bim, siapapun gue lawan! Kecuali tuhan!" Pede Bastian menepuk-nepuk dadanya.

"Eh om lebih baik sadar diri aja. Aku lihat-lihat aja ya, kak arhan itu ganteng banget loh, terlalu ganteng. Kalo dia masuk kesekolah aku nih. Aku jamin dia bakalan jadi top 1 cowok paling diincar sama cewek-cewek." Kata Adel mulai membanggakan arhan.

"Gantengan mana sama om?" Tanya Bastian menaik turunkan alisnya.

"Jelas gantengan kak arhan! Ibarat langit dan batu kerikil. Om batu kerikil, kak arhan itu langit!" Jujur Adel blak-blakan. Bastian mendengus kesal kenapa semua orang tidak ada yang menyupportnya sih.

"Bener kata Adel, bas! Gue aja tadi ngerasa insecure ketemu arhan. Dari segi ganteng aja, masih menang arhan dibandingkan gue. Jujur jujuran aja ini mah. Ibaratnya dia tuh perfect, matanya biru, putih, tinggi, kece, punya lesung pipi! Lah gue modal putih Ama rambut doang!" Bima menunjuk-nunjuk dirinya sendiri dengan raut wajah serius.

"Alah! Cuman modal ganteng doang mah, kagak bakalan bikin cewek kenyang, bro!" Ucap Bastian.

"Tapi dengan kegantengan itu bisa ngeperbaikin keturunan, bro!" Balas Adel memutar bola matanya. Bima terkekeh, Bastian mengumpat dalam hati.

"Eleh! Ngeperbaikin keturunan doang. Gue juga bisa, kaya lagi gak kayak arhan. Palingan arhan mah pengganguran, keliatan banget dari fashionnya tadi, fashion-fashion pengganguran kelas atas! Kayak gembel!" Bastian terkekeh, bagaimana tidak. Arhan tadi hanya mengenakan jaket hitam, jeans robek-robek dan sepatu warior yang sobek-sobek.

"Ah penampilan gitu aja masih ganteng kok!" Kata Adel.

"Ganteng sih ganteng del, tapi kalo pengganguran buat apa? Seganteng apapun cowok, kalo pengganguran, percuma! Realistis" Kata Bastian realistis saja.

"Penampilan kek gitu, Belum tentu pengganguran dong, bas. Gak semua hal itu dipandang dari fashion doang. Siapa tau dia pengusaha sukses. Kita kan gak tau disini, belum kenal siapa arhan. Gue gak setuju sama omongan Lo yang bilang arhan pengganguran perkara penampilan doang. Karena setiap orang itu punya fashion sendiri untuk kenyamannya." Kata bima tegas.

Bastian berdecak kesal, "Lo gak denger apa yang diomongin arhan tadi? Dia tadi sempet bilang, kalo dia itu gak punya usaha atau apapun! Berarti dia pengganguran dong!"

"Eh dodol! Lo nyimak penjelasan dia gak sih? Gak mungkin orang pengganguran bisa ngejelasin sehebat dan semahal itu. Dalam dunia bisnis, penjelasan dia itu udah tahap tertinggi, hanya kalangan tertentu ( pebisnis kelas dunia) yang bisa ngomong kek gitu bas. Nih gue aja gak tau loh kalo gak dikasih tau sama dia. Itu pun gue sedikit tau, karena penjelasan dia tadi susah buat dicerna, terlalu wahhhhh! Susah lah dijelasin, intinya mah cuman orang yang pinter doang yang bisa ngerti!" Jelas bima membanggakan arhan dan menyanjung pria itu.

"Iya juga sih. Ah, tapi gue yakin itu dari artikel orang lain doang. Dia cuman nyomot doang!"

"Lambemu nyomot! Bas, kagak lah! Artikel mana sih yang ngebahas gituan? Gak ada!" Protes bima.

"Lo terlalu ngebanggain arhan, bro, ngapain banggain pengganguran!" Kata Bastian jengah juga.

"Om jangan ngeremehin orang om. Bisa aja orang yang kita remehin itu lebih tinggi dari pada kita sendiri!" Bijak Adel.

"Hmmmm!" Bastian berdehem, malas mengobrol lagi dengan kedua orang ini yang terlalu membanggakan pengganguran, pikirnya.

Setibanya dicafe terdekat, bima memesan kopi 3 untuk dirinya, Bastian dan adel yang tiba-tiba pengen kopi. Pelayan datang, meletakkan kopi dimeja bima.

Dengan penuh kehati-hatian, bima meniup kopi yang mengepul lalu menyeruputnya penuh kenikmatan disetiap tengakan.

"Enak banget gila! Takarannya pas banget! Mantap!" Bima mengapresiasi kopi ini.

Bastian yang penasaran, menyeruput kopi tersebut. Baru saja menyeruput ia langsung mengaduh dan mengipasi lidahnya yang kebas.

"Panas! Panas!"

"Makanye ditiup dulu om. Udah tau kopinya masih panas! Asal nyosor aja!" Omel Adel terkekeh. Senang melihat Bastian menderita.

"Bukannya ditolongin, malah diomelin!" Gerutu Bastian susah payah. Mengibaskan lidahnya.

"Lo Napa melet-melet bas? Kek anjing tau gak!" Bima terkekeh.

"Ayah! Kok ngomong kasar!" Tegur Adel melotot.

"Kok kasar del? Kan anjingnya hewan! Bukan umpatan!" Protes bima.

"Sama aja! Adel gak suka ayah ngomong kasar!" Omel Adel menegurnya, bima menghela nafas berat dan mengganguk iya saja. Menanggapi Adel hanya buang-buang waktu saja.

"Bas! Pemilik henz cafe ini siapa sih sebenernya?" Tanya bima mengamati cafe besar, orang-orang sangat ramai disini, menikmati tempat ini.

"Kan punya tuan Leon, Bim! Perusahaan henz group itu miliknya dia." Kata Bastian heran, sekaligus takjub dengan henz group yang bergerak dibidang manapun diseluruh dunia ini. Cabangnya banyak tak terhingga, dinegara ini saja tak terhitung jumlahnya. Apalagi diluar negeri, pikirnya.

"Perusahaan dia cabangnya banyak banget ya! Disini aja kagak kehitung, hampir rata-rata punya dia semua! Bahkan diluar negeri pun, kebanyakan punya dia. Jadi kagum gue sama tuan Leon!" Bima menyesap kopinya kembali.

"Pantesan aja orang-orang segan sama dia, orang paling berpanguruh geh. Mana perusahaan diseluruh dunia ini ada dibawah kendali dia." Kata Bastian.

"Iya ya, seluruh perusahaan hampir kerja sama kan sama perusahaan dia?" Tanya bima yang diangguki Bastian.

"Bukan hampir, tapi semuanya bas! Tak terkecuali!" Sahut Bastian meralat. Sementara Adel sibuk bermain ponselnya.

"Tapi gue pernah denger isu nih bas!"

"Isu apa bro?" Bastian mengangkat sebelah alisnya.

"Katanya ya, pemilik asli perusahaan henz group, bukan tuan Leon. Masih dirahasiakan," jawab bima setahunya.

"Kan katanya Bim, cuman katanya, gak mungkin lah, perusahaan sebesar ini ada sosok pemilik asli yang dirahasiakan. Orang-orang aja ya, tahunya pemilik asli ini tuh, tuan Leon bro, gak ada yang lain."

"Iya juga sih! Tapi gue denger-denger sih gitu! Ada pemilik aslinya. Yakin gak yakin sih gue. Lagian nih ya, buat apaan juga pemilik aslinya rahasiain identitasnya? Bener gak?"

"Nah itu dia! Bro! Buat apa coba kan? Udahlah intinya mah isu itu hoak, kagak nyata. Pemilik aslinya tuan Leon! Orang-orang udah berspekulasi tentang ini. Semua orang tau, Bim, informasi ini nyebar. Lo jangan kebanyakan termakan isu-isu hoak dah! Takutnya tambah aneh!" Kata Bastian.

Bima mengusap dagunya dan mengganguk. "Oh, iya, kita gak ngantor nih? Udah siang loh bro! Mana kerjaan numpuk lagi!" Kata bima baru ingat.

"Astaga! Kenapa baru ngomong Bim. Bakalan lembur kita nih hari ini!" Bastian mengacak-acak rambutnya kesal.

"Habisin kopi! Habis tuh berangkat!" Kata bima yang diangguki Bastian.

"Del! Kamu bisa pulang sendiri kan? Ayah sama om Bastian mau kerja dulu! Oke?" Tanya bima lembut.

"Aku ikut ayah aja deh! Bosen tau dirumah sendirian terus"

"Main aja del, biar gak bosen!" Celetuk Bastian.

"Terus kamunya mau gimana? Emangnya mau nunggu ayah dikantor? Bosen loh nungguin ayah selesai kerja, lama lagi!" Tanya bima serius.

"Gak papa deh! Dari pada dirumah!" Kata Adel yakin.

"Oke! Kalo bosen jangan ngomel-ngomel dan salahin ayah ya! Ini kan kamu sendiri yang minta!" Kata bima.

"Iya, iya! Ayah cerewet!" Adel memutar bola matanya.

"Kamu bilang ayah cerewet?" Tanya bima dramatis.

"Kamu baru nyadar ayah kamu cerewet del?" Tanya Bastian membekap mulutnya disaat bima menatapnya tajam.

Sesampainya dikantor, ketiga orang itu masuk kedalam sana, para karyawan menyambut bima dan Bastian seperti biasanya. Tatapan kesal  karyawan wanita ditujukan pada Adel yang sedang memeluk lengan ayahnya manja. Seolah mereka tak suka dengan sikap Adel itu. Sedangkan para karyawan laki-laki tampak salah tingkah saat Adel tersenyum menyapa mereka.

Diruangan kerja, bima dan Bastian duduk dikursi masing-masing, matanya fokus menatap layar komputer, jemarinya berkutat diatas keyboard. Disofa sana ada Adel yang kini duduk, menatap ayahnya dengan yang sedang bekerja. Mengapa bima sangat ganteng jika mode serius.

"Masuk!" Teriak bima saat suara ketukan pintu terdengar.

Ceklek!

Pintu terbuka, masuklah seorang wanita cantik. Blus putih yang rapi membalut tubuhnya dengan sempurna, dipadukan dengan rok span selutut yang menonjolkan siluetnya yang anggun. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai, melengkapi pesona yang ia bawa.

Tatapan Adel terlihat tak suka dengan wanita itu. Rasa cemburu seketika mengebu-gebu, disaat memandang penampilan wanita itu yang terlalu terbuka.

'ck, ngapain sih si Lesa! Lesa itu kesini!' gerutu Adel dalam hati.

"Mas bima! Seperti biasa!" Ucap lesa lembut meletakkan berkas.

"Iya, sayang! Iya! Aku paham!" Balas bima asal ceplos.

"Mas! Kok manggilnya sayang sih? Kan ini lagi dikantor! Kalo orang-orang tau hubungan kita gimana?" Tanya Lesa lembut.

"Gak papa! Emangnya kenapa? Lagian kita berdua kan pacaran!" Kata bima menandantangani berkas tersebut.

"Apa? Pacaran?" Pekik Adel melotot sempurna.

Sontak bima, Bastian dan Lesa menoleh kearahnya.

"Ayoloh Bim! Gawat-gawat!" Bastian kompor.

"Del! Ayah cuman bercanda doang!" Bima gelagapan.

"Adel! Kenalin! Tante pacarnya ayah kamu!" Ramah Lesa melambaikan tangannya.

"Monyet!" Gerutu bima pelan, mengusap wajahnya berulang kali, pusing dengan kondisi ini. Pastinya Adel akan ngamuk-ngamuk disini. Bima seolah sudah bisa memprediksi masa depan.

"Jadi ayah beneran pacaran sama Tante?" Tanya Adel tak percaya.

Lesa mengganguk cepat.

Adel terdiam, Dadanya terasa sesak, napasnya tercekat. Hatinya sakit, perih dengan kenyataan yang baru saja terungkap.

Setelah Lesa keluar, Adel menatap bima dengan mata yang mulai memanas. "Katanya ayah gak pacaran? Terus ini apa? Ini apa ayah?" Tanya Adel dengan nada tinggi.

Bastian menelan ludahnya susah payah, suasana yang tadinya sejuk, kini mulai panas tak terkendalikan karena emosi Adel.

"Del! Mohon maaf del! Ayah mau bicara jujur!" Dengan terpaksa bima menceritakan tujuannya.

"Ayah sebenarnya punya hubungan sama Lesa, sejak kemarin. Kita berdua sudah sepakat ingin menikah!" Jujur bima.

Hati Adel tambah sesak, air mata menetes dari sudut matanya. "Oke! Kalo itu mau ayah! Detik ini juga! Adel akan pergi dari kehidupan ayah!" Kata Adel beranjak.

"Del! Tolong jangan ngekang ayah, nak! Tante Lesa itu baik, ayah yakin kamu bisa menerima ayah. Jangan pergi dari kehidupan ayah. Karena ayah gak punya siapa-siapa lagi selain kamu." Bima mencekal pergelangan tangannya.

Adel terdiam, matanya melirik tangannya yang dicekal.

"Del! Kamu bisa punya ibu sambung yang baik! Percaya sama om. Tante Lesa itu baik banget! Kamu gak usah khawatir ya!" Bastian memberi pengertian.

"Iya del! Suatu saat kamu akan menikah, misalnya kamu terus menerus melarang ayah untuk menikah, apa jadinya ayah nanti? Masa ayah tinggal sendiri?" Tanya bima bercanda.

"Putusin dia!" Tegas Adel.

"Del! Gak bisa gitu dong! Ayah udah terlanjur berhubungan sama dia."

"Hubungan apa? Hubungan badan gitu? Makanya ayah gak mau mutusin dia, gitu maksudnya?" Tanya Adel sinis.

"Del! Jaga bicara kamu! Ayah bukan orang seperti itu!" Bima tak terima dituduh.

Adel berdecih. "Terus apa?"

"Gak papa. Del, tolong izinkan ayah menikah ya, nak! Plis ini demi kebaikan kita berdua!" Mohon bima.

"Kebaikan untuk ayah doang sih, bukan demi aku!" Adel membuang mukanya kesamping sambil menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan rasa sakit yang menyelimuti dirinya.

"Gak gitu, nak, ini demi kebaikan kita berdua. Tolong izinkan ya? Ya?" Bima berharap.

"Oke!" Kata Adel.

"Yes! Yes!" Bima berjingkrak kesenangan.

"Tapi aku minggat dari rumah! Aku akan pergi dari kehidupan ayah. Semoga ayah bahagia dengan Tante Lesa ya!" Ucap Adel dengan hati yang sakit, butiran bening mengalir deras membasahi pipinya.

"Del! Ayah gak ngizinin kamu pergi!" Ucap bima, mendadak tidak senang lagi setelah Adel mengatakan ini.

"Kalo ayah gak ngizinin aku pergi. Biar aku aja yang pergi sendiri dari rumah ayah!" Adel mencoba menatap ayahnya. "Terimakasih atas semua kebaikan ayah! Ya! Adel gak akan melupakan jasa-jasa ayah selama ini!" Katanya tersenyum dengan air mata yang terjun bebas seperti air hujan.

Bima dan Bastian membeku ditempat.

"Bye ayah! Aku pergi!" Adel melambaikan tangannya dan keluar ruangan.

"Del! Del!" Pekik bima mengejarnya.

1
kalea rizuky
lanjut nanti Q kasih hadiah
kalea rizuky
pergi aja del kayaknya alex keluarga mu
Rana Syifa
/Heart/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!