Zahira terpaksa menerima permintaan pernikahan yang diadakan oleh majikannya. Karena calon mempelai wanitanya kabur di saat pesta digelar, sehingga Zahira harus menggantikan posisinya.
Setelah resepsi, Neil menyerahkan surat perjanjian yang menyatakan bahwa mereka akan menjadi suami istri selama 100 hari.
Selama itu, Zahira harus berpikir bagaimana caranya agar Neil jatuh cinta padanya, karena dia mengetahui rencana jahat mantan kekasih Neil untuk mendekati Neil.
Zahira melakukan berbagai cara untuk membuat Neil jatuh cinta, tetapi tampaknya semua usahanya berakhir sia-sia.
Bagaimana kelanjutan kisahnya? Ikuti terus cerita "100 Hari Mengejar Cinta Suami" tentang Zahira dan Neil, putra kedua dari Melinda dan Axel Johnson.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nopani Dwi Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.7
Di apartemen Neil, Melinda tengah menghias kamar anaknya dengan bantuan Ameera. Saat itu, Melinda mengetahui bahwa Neil dan Zahira tidur terpisah.
"Anakmu, yang satu ini. Memang keras kepala sekali mirip Daddy Dika," celetuk Ameera, membuat Melinda tertawa.
"Ya begitulah, walau mereka jarang bertemu Daddy," balas Melinda.
Saat suara bel berbunyi, Melinda berkata, "Mungkin, itu makanan yang aku pesan."
Ameera menawarkan, "Biar aku yang buka, kamu lanjut aja menghias kamarnya.”
“Iya,” jawab Melinda setuju.
Berpuluh menit kemudian, Zahira, Ana, dan Aiyla tiba di apartemen. Zahira terkejut melihat Melinda dan Ameera, apalagi saat melihat mereka keluar masuk kamar Neil.
"Mommy, Nyonya Ameera," sapa Zahira dengan pelan.
Ameera memeluk Zahira dan berkata, "Loh! Kok Nyonya sih? Kamu udah jadi keponakan aku. Panggil Tante dong."
Zahira menjawab dengan kikuk dan pasrah, "Baik Tante."
Ameera dan Melinda memang jarang bertemu, hanya Aiyla yang rajin datang ke kediaman Melinda dan Axel. Atau Ana yang datang ke rumah Aiyla.
"Kamu cantik sekali, nak!" Puji Melinda, mengusap pipi Zahira. Seketika, hati Zahira menghangat semua yang terjadi di hidupnya adalah anugerah. Tak peduli, jika Neil mengabaikannya dia memiliki mertua dan ipar yang baik.
"Iya dong, usaha kita gak pernah mengkhianati uang." Sela Aiyla.
Namun, Melinda dan Ameera tidak menghiraukan ucapan Aiyla, membuat Aiyla dan Ana bermuka masam.
"Mentang-mentang misi berhasil, kita dilupakan." Cibir Ana.
"Iya nih, sombong amat." Timpal Aiyla, melipat tangan didada.
Melinda dan Ameera saling pandang, kemudian mereka berdua memeluk anak-anak mereka sambil tertawa dan mengucapkan terima kasih karena bisa diandalkan.
Saat Melinda menawarkan hadiah kepada Ana, Ana langsung meminta, "Hadiahnya, aku akan minta satu unit apartemen disini."
Namun, Melinda menolak tegas, "No... Sayang, Daddy gak akan izinkan kamu!"
"Coba Mommy bujuk dengan godaan Mommy. Pasti Daddy luluh." Bujuk Ana tak menyerah. Namun, Melinda tetap menolak. Ana kesal
"Yah, Mommy pelit.” Rengek Ana dengan kesal.
Aiyla kemudian menawarkan diri, "Tante jangan khawatir, akan aku temani Ana di apartemen kalo perlu."
Aiyla sendiri ingin merasakan tinggal jauh dari orang tua karena Ameera dan Azriel selalu melarangnya hidup mandiri.
"Aiyla, ibu gak setuju, yah!" Tegur Ameera, karena dia juga tidak bisa berjauhan dengan sang anak.
"Ayolah bu, pliss biarkan aku tinggal dengan Ana." Rengek Aiyla, Kedua gadis tersebut terus meminta kepada Melinda dan Ameera.
Zahira kemudian menawarkan diri untuk menjaga mereka, "Mommy, Tante. Kalian tenang saja, jika mereka ingin tinggal di sini. Aku akan jaga mereka dan memastikan mereka tidak melakukan hal yang aneh."
Melinda mempertimbangkan ucapan Zahira dan akhirnya setuju, "Baiklah, akan Mommy pikirkan. Dan membujuk Daddy mu."
Ana berteriak senang mendengar keputusan Melinda.
Melinda kemudian meminta bantuan Ana dan Aiyla, "Sudah sekarang, tolong bantuin mommy dan tante Ameera."
Kedua gadis tersebut menjawab kompak, "Siap.”
Zahira tersenyum menatap mereka, karena dia memang ingin membantu dan memastikan keselamatan mereka. Zahira kemudian diminta untuk beristirahat sebelum menyambut kedatangan Neil.
*****
Neil menatap Livia yang sedang memasak makan malam, namun perhatiannya terganggu oleh panggilan telepon dari Ana.
"Ya, Ana. Ada apa?" tanya Neil.
Ana berteriak panik, "Kak Neil, cepat pulang, tolong aku dan Aiyla!"
Neil langsung panik, "Kalian kenapa? Ada apa?" Namun, Ana tidak menjawab dan panggilan telepon pun terputus.
Neil mencoba menghubungi Ana kembali, tapi nomornya tidak aktif. Neil merasa cemas dan bergegas membereskan barang-barangnya. Takut terjadi sesuatu pada adik-adiknya.
"Livia, aku pulang dulu," pamit Neil.
Livia mencoba menghentikan Neil, "Tapi... Neil, masakannya sebentar lagi siap."
Namun, Neil sudah tidak sabar dan bergegas pergi. Sebelum pergi, Neil mencium pipi Livia.
Setelah pintu tertutup, Livia merasa kesal dan menendang udara.
"Menyebalkan, pasti mereka mengerjai Neil," pikir Livia, curiga bahwa Ana dan mungkin Zahira yang bermain-main dengan Neil.
🌸🌸🌸🌸
Sementara itu pelaku yang telah membuat Neil panik, malah tertawa puas setelah sambungan panggilan terputus, dia bisa mendengar betapa paniknya Neil di seberang sana.
"Oke! Sudah selesai Mom, aku dan Aiyla mau pulang. Dan besok Mommy harus memberikan kabar baik," ujar Ana, dia sudah bersiap untuk pulang.
"Ya! Ya! Kamu tenang saja." Balas Melinda agak jengkel, sejak siang sampai menjelang sore. Ana terus saja mengoceh.
Ana dan Aiyla berpamitan pada Melinda dan Ameera, juga memeluk Zahira yang baru keluar dari kamar. Mereka akan pulang lebih dulu, dan melapor pada Alex selaku pembuat rencana.
"Sudah selesai?" tanya Ameera.
"Sudah, makanan juga sudah dipanaskan. Sekarang waktunya kita mendandani Zahira," kata Melinda.
"Oke," jawab sang adik.
Zahira dipaksa memakai Lingerie berwarna hitam, oleh Melinda. Sedangkan Ameera sedang mempersiapkan peralatan make-up untuk merias Zahira.
"Tapi ... Mom, ini terlalu terbuka." Ucap Zahira, dia risih sekali menatap baju tersebut.
"Tidak apa sayang, memang kamu gak mau memberikan Mommy cucu, hem?" tanya Melinda.
"Mau, tapi …”
"Sudah tidak ada tapi, tapian Zahira, jangan pernah mengecewakan Mommy." Lirih Melinda dengan tegas.
Zahira menghela napas dengan sepenuh dada, dengan terpaksa dia menerima baju kekurangan bahan tersebut. Sepuluh menit kemudian, Zahira sudah selesai dirias dan memakai lingerie yang menerawang namun dia memakai kimono untuk menutupinya.
"Sudah selesai, kita pulang dulu. Semoga sukses," kata Melinda, dia memeluk sang menantu di ikuti Ameera.
Setelah kepergian Melinda dan Ameera, Zahira merasa gugup. Dia sangat takut, jika Neil marah dia tidak ingat dalam surat perjanjian apa boleh melakukan hubungan suami istri atau tidak?
Pintu terbuka dengan kasar, membawa kembali kesadaran Zahira yang di dalam kamar. Sesuai perintah dia membuka kimono yang menutupi Lingerie.
Di luar kamar, Neil yang begitu panik sampai mengemudi dengan kecepatan tinggi tak peduli dia di umpat atau hampir menabrak. Yang dia khawatirkan adalah, kedua adiknya Ana dan Aiyla.
"Gelap, kemana mereka?" gumam Neil, mencoba mencari letak stop kontak agar terlihat jelas.
"Belvana, Aiyla. Kalian dimana?" teriak Neil.
Namun, tak ada jawaban dari kedua gadis tersebut.
"Ana, jangan bercanda kamu. Keluar!"
Entah mengapa, Neil lupa dimana letak stop kontak di apartemennya. Padahal jika dia tak panik, maka dia akan ingat jika dengan bertepuk lampu apartemen Neil akan menyala.
Dan ya, lampu menyala membuat Neil melebarkan mata. Bagaimana tidak, Zahira berdiri di dekat meja makan dengan baju dinas malamnya.
"Apa-apaan ini," desis Neil, Zahira sendiri sudah menunduk merasa malu.
Walau Neil suaminya, tak ada cinta membuatnya sedikit tak rela memberikan apa yang dia jaga selama ini.
"Kak ... Selamat menikmati malam pertama, beri aku keponakan yang lucu, imut dan gemoy." Kata Ana, dalam pesan yang masuk kedalam ponsel milik Neil.
Neil menggenggam ponselnya dengan erat, ingin rasanya dia memaki sang adik. Namun, matanya pun tak lepas dari Zahira yang memang sangat cantik malam ini.
Ada sedikit debaran di hati Neil. Namun, buru-buru dia menepisnya. Dan mengatakan dalam hati bahwa Livia kekasihnya.
"Ingat Livia dan anak yang ada dalam kandungannya, kamu harus tanggung jawab Neil. Jangan tergoda!"
Neil melepaskan jasnya, dan berjalan menghampiri Zahira. Lalu melempar jas tersebut dengan kasar, membuat Zahira terkejut semuanya tak sesuai dengan apa yang dia pikirkan.
"Apa kamu sudah menjadi wanita, murahan Zahira?" Ucap Neil dengan sinis dan memandang rendah Zahira.
"Ingat, aku tidak akan tergoda dengan tubuhmu. Sampai kapan pun, kamu mirip sekali dengan wanita malam, yang selalu aku temui." Cibir Neil, membuat Zahira memejamkan matanya.
"Ini bukan mau ku, Neil." Balas Zahira dengan lirih.
"Aku tidak peduli, ini mau mu atau bukan. Yang pasti jangan berharap kamu menjadi Nyonya Johnson!" tegas Neil, lalu masuk kedalam kamar meninggalkan Zahira yang tergugu menatap jas milik sang suami.
"Tahan Zahira, jangan nangis jadilah kuat." Katanya. Namun, air mata tanpa permisi lolos begitu saja membasahi kedua pipinya. Lega sekaligus sakit hati, yang dia rasakan.
Bersambung
Jangan lupa bintang limanya guyss
emang enak