Chen Huang, seorang remaja berusia 15 tahun, menjalani hidup sederhana sebagai buruh tani bersama kedua orang tuanya di Desa Bunga Matahari. Meski hidup dalam kemiskinan dan penuh keterbatasan, ia tak pernah kehilangan semangat untuk mengubah nasib. Setiap hari, ia bekerja keras di ladang, menanam dan memanen, sambil menyisihkan sebagian kecil hasil upahnya untuk sebuah tujuan besar: pergi ke Kota Chengdu dan masuk ke Akademi Xin. Namun, perjalanan Chen Huang tidaklah mudah. Di tengah perjuangan melawan kelelahan dan ejekan orang-orang yang meremehkannya, ia harus membuktikan bahwa mimpi besar tak hanya milik mereka yang berkecukupan. Akankah Chen Huang berhasil keluar dari jerat kemiskinan dan menggapai impiannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 10 — Mandiri
Malam itu, setelah selesai latihan fisik dan mendiskusikan kemajuan mereka, Chen Huang menyadari sesuatu yang penting. Dengan penuh semangat, ia berkata kepada Ning Xue, "Daging serigala hitam itu telah membuat kita berdua mencapai tahap menengah Ranah Penguatan Tulang. Jika kita ingin mencapai tahap puncak lebih cepat, kita harus memanfaatkan pil spiritual yang kita dapat dari pejabat tinggi waktu itu."
Ning Xue mengangguk pelan, meskipun ada sedikit keraguan di wajahnya. "Tapi... apakah kita benar-benar siap untuk menggunakan pil itu? Bukankah energi spiritualnya cukup kuat? Kalau kita tidak bisa mengendalikannya, itu malah bisa berbahaya."
Chen Huang tersenyum tipis. "Itulah mengapa kita harus hati-hati. Aku sudah membaca tentang ini sebelumnya. Kuncinya adalah fokus penuh. Kalau kita bekerja sama dan saling membantu, aku yakin kita bisa mengendalikan energi dari pil itu."
Akhirnya Ning Xue menyetujui rencana itu. Mereka memutuskan untuk mulai kultivasi segera setelah makan malam.
Chen Huang memberikan satu pil spiritual tingkat rendah itu kepada Ning Xue. "Setelah kau meminumnya, duduk dengan posisi meditasi dan fokus pada aliran energi yang akan memasuki tubuhmu. Jangan biarkan energinya keluar kendali. Aku akan membantumu jika terjadi sesuatu."
Ning Xue mengangguk mantap. "Baik. Aku akan mencoba."
Chen Huang dan Ning Xue duduk bersila di dalam gubuk, lilin kecil di tengah ruangan menjadi satu-satunya sumber cahaya. Suasana menjadi hening saat mereka bersiap untuk berkultivasi.
Chen Huang memasukkan pil ke dalam mulutnya, diikuti Ning Xue. Seketika, energi hangat dan kuat menyebar di dalam tubuh mereka.
"WUSHHH..."
Energi spiritual dari pil itu terasa seperti arus sungai yang deras, mengalir dengan deras melalui meridian mereka. Chen Huang segera memusatkan pikirannya, menuntun energi itu untuk memperkuat tulang-tulangnya.
Di sisi lain, Ning Xue tampak sedikit kesulitan. Peluh membasahi dahinya saat ia berusaha menahan arus energi yang terasa begitu besar. Chen Huang menyadari ini dan segera membuka matanya. "Fokus, Ning Xue! Ingat teknik pernapasan yang sudah kita pelajari!" katanya dengan suara tegas.
Ning Xue mengangguk perlahan dan mulai mengatur napasnya, mencoba mengendalikan energi itu.
Selama berjam-jam, mereka tetap berkultivasi. Setiap detik terasa seperti perjuangan, tapi juga membawa kemajuan yang nyata. Tulang-tulang mereka terasa semakin padat, seolah-olah dilapisi lapisan energi yang kokoh.
"CRAACK... CRAACK..."
Suara pelan seperti retakan terdengar dari tubuh mereka. Itu adalah tanda bahwa tulang-tulang mereka mulai mencapai tahap puncak Ranah Penguatan Tulang.
Chen Huang merasakan energi spiritual di tubuhnya menjadi lebih stabil. Ia membuka matanya perlahan, merasakan kekuatan baru yang mengalir melalui dirinya. "Aku berhasil..." gumamnya pelan.
Tak lama kemudian, Ning Xue juga membuka matanya. Wajahnya berseri-seri, meskipun tubuhnya terlihat lelah. "Aku juga... aku juga berhasil, Chen Huang!" katanya dengan penuh kebahagiaan.
Chen Huang tersenyum lebar. "Bagus sekali, Ning Xue. Kita berhasil mencapai tahap puncak bersama. Ini semua berkat kerja keras kita."
Setelah selesai berkultivasi, mereka memutuskan untuk merayakan pencapaian mereka dengan memanaskan kembali sisa daging serigala tadi malam. Sambil menikmati makanan sederhana itu, Ning Xue berkata, "Chen Huang, aku tidak pernah menyangka aku bisa sejauh ini. Semua ini berkat kau."
Chen Huang hanya menggelengkan kepala. "Kau juga bekerja keras, Ning Xue. Kita melakukannya bersama-sama. Tapi Dunia di luar sana sangat keras, dan kita harus terus menjadi lebih kuat."
Malam itu mereka tidur dengan hati yang penuh semangat, siap menghadapi tantangan berikutnya dalam perjalanan mereka menjadi praktisi bela diri yang tangguh.
...
Setelah mencapai tahap puncak Ranah Penguatan Tulang, Chen Huang dan Ning Xue memutuskan untuk meningkatkan kekuatan mereka dengan berburu binatang spiritual tingkat 1 secara rutin. Mereka tahu bahwa daging dan energi spiritual dari binatang itu sangat berharga untuk memperkuat tubuh dan meningkatkan kemampuan bertarung mereka.
Chen Huang dan Ning Xue berangkat pagi-pagi, membawa pisau belati, tas kecil, dan sedikit bekal. Ning Xue terlihat gugup, meskipun ia berusaha menyembunyikannya. "Chen Huang, kau yakin aku bisa melakukannya?" tanyanya dengan suara pelan.
Chen Huang tersenyum. "Tentu saja. Aku akan berada di sampingmu. Ingat, jangan panik dan selalu fokus pada gerakan lawan."
Saat sampai di hutan kecil dekat desa, mereka mulai mencari jejak binatang spiritual. Tak lama, Chen Huang menunjuk jejak kaki di tanah. "Ini jejak serigala spiritual. Kita ikuti perlahan."
"TAK... TAK..."
Langkah kaki mereka membuat ranting patah, tapi Chen Huang dengan sigap memberi isyarat agar Ning Xue berjalan lebih pelan. Tak jauh dari sana, seekor serigala berbulu abu-abu dengan mata bersinar muncul dari balik semak-semak.
"Ini waktumu, Ning Xue," kata Chen Huang sambil mundur beberapa langkah.
Ning Xue menggenggam belatinya dengan tangan gemetar. Saat serigala itu menerkam, ia melompat ke samping, seperti yang diajarkan Chen Huang. Serigala itu menyerang lagi, tapi kali ini Ning Xue memanfaatkan momentum untuk menebas sisi tubuhnya.
"SWIIING...!"
Luka kecil muncul di tubuh serigala itu, membuatnya mengaum keras. "GRRRRR!"
Ning Xue mundur beberapa langkah, tapi kali ini ia lebih percaya diri. Serangan demi serangan ia lepaskan hingga akhirnya serigala itu tumbang setelah belatinya menghunjam leher binatang itu.
Chen Huang bertepuk tangan pelan. "Bagus sekali, Ning Xue. Kau melakukannya dengan baik untuk pertama kali."
Hari demi hari, berburu menjadi bagian dari rutinitas mereka. Awalnya Ning Xue selalu didampingi Chen Huang, tapi seiring waktu, ia mulai terbiasa menghadapi binatang spiritual sendiri.
Chen Huang juga mengajari Ning Xue cara melacak jejak, membaca pola gerakan binatang, dan mencari titik lemah mereka. Ning Xue yang awalnya pemalu dan cenderung takut kini menunjukkan keberanian yang luar biasa.
"Chen Huang, aku tidak percaya aku bisa melakukannya sendiri sekarang," kata Ning Xue suatu sore, setelah berhasil mengalahkan seekor rubah spiritual sendirian.
Chen Huang tertawa. "Itu karena kau telah bekerja keras, Ning Xue. Sekarang kita bisa berburu lebih banyak dan mempercepat peningkatan kekuatan kita."
Dengan rutinitas berburu itu, mereka tidak hanya memperkuat tubuh, tetapi juga belajar taktik bertarung dan bagaimana menghadapi ancaman. Ning Xue yang dulu bergantung pada Chen Huang, kini bisa diandalkan untuk berburu sendiri.
Malam-malam mereka dihabiskan dengan memasak daging binatang spiritual, berkultivasi, dan mendiskusikan strategi untuk menghadapi tantangan yang lebih besar. Perlahan, mereka mulai melihat diri mereka tumbuh menjadi praktisi bela diri yang kuat dan mandiri.