NovelToon NovelToon
Cinta Laki-laki Penghibur

Cinta Laki-laki Penghibur

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Dikelilingi wanita cantik / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / PSK
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ibnu Hanifan

Galih adalah seorang lelaki Penghibur yang menjadi simpanan para Tante-tante kaya. Dia tidak pernah percaya Cinta hingga akhir dia bertemu Lauren yang perlahan mulai membangkitkan gairah cinta dalam hatinya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibnu Hanifan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAAB 20

Angin sore bertiup lembut di taman kampus. Matahari yang hampir tenggelam memancarkan cahaya keemasan, membalut sosok Lauren yang tengah duduk sendirian di bangku taman. Rambutnya dibiarkan terurai, dan di tangannya ada sebuah buku sastra klasik—usaha kecilnya untuk kembali menata hidup yang sempat porak-poranda.

Sudah beberapa minggu sejak perceraian kedua orang tuanya, dan meski luka itu belum benar-benar sembuh, Lauren perlahan mulai menerima kenyataan. Ia sadar, mungkin memang begini takdirnya. Mungkin perpisahan itu bukan akhir dari segalanya… tapi justru awal dari sesuatu yang baru.

Saat sedang larut dalam bacaannya, tiba-tiba...

"Tebak aku siapa."

Seseorang menutup kedua matanya dari belakang. Suara laki-laki itu terdengar hangat, familiar… tapi asing dalam ingatannya yang sudah lama tak tersentuh.

Lauren terdiam sesaat. Mencoba menebak. Tapi tak berhasil.

"Siapa sih? Ngga tahu Aku, Aku nyerah," katanya sambil tertawa kecil.

Saat kedua tangan itu dilepaskan, Lauren menoleh ke belakang… dan matanya membelalak.

"Aldo?! Ya ampun, ini serius kamu Aldo?"

Aldo, sahabat masa kecilnya. Teman bermain layang-layang, berbagi permen, dan saling menulis surat waktu SD sebelum dia pindah ke luar negeri.

"Hai, Ren," ujar Aldo dengan senyum lebar.

"Akhirnya kita ketemu lagi."

Lauren langsung berdiri dan memeluknya sebentar.

"Kok bisa kamu di sini?"

"Iya, Aku udah selesai kuliah dan Minggu kemarin aku udah wisuda. Karena udah ngga ada kerjaan di sana jadi aku balik ke Indonesia. Dan ya… sekalian pengin ketemu sama kamu."

Lauren tertawa kecil, tapi ada getir di matanya.

"Maaf ya, Aku belum ngucapin selamat untuk wisuda kamu, Aku lagi ribet kemarin soalnya Aku…"

"Iya, aku denger dari Papah. Tentang Om dan Tante. Kamu yang kuat ya, Ren."

Lauren menghela napas.

"Udahlah, Do. Nggak usah dibahas. Semua udah terjadi juga. Sekarang aku cuma pengin jalanin hidup kayak biasanya."

Keduanya pun duduk dan mulai mengobrol panjang. Tawa-tawa kecil terdengar. Wajah Lauren yang sebelumnya sering murung kini terlihat sedikit bersinar lagi—walau samar.

 

Tak jauh dari situ, Tanpa Lauren dan Aldo sadari, berdiri seorang pria mengenakan hoodie gelap dan kacamata hitam.

Galih.

Ia menyandarkan tubuhnya ke pohon besar, memperhatikan dari jauh. Ada senyum tipis di wajahnya ketika melihat Lauren bisa tertawa lepas lagi.

Namun, senyum itu perlahan menghilang ketika melihat bagaimana Lauren menatap pria itu—tatapan yang dulu pernah ditujukan untuk dirinya.

"Siapa dia?" batin Galih.

"Kenapa mereka keliatan deket banget? Gue gak pernah liat dia seakrab itu sama cowok manapun..."

Dadanya terasa sesak. Ada rasa asing yang menekan dadanya — rasa cemburu. Tapi Galih segera menepisnya. Dia tahu, dia tak punya hak untuk cemburu.

"Lo udah mutusin buat ninggalin dia, Lih. Jangan ikut campur, Biarin dia bahagia. Lo ga punya hak ngelarang dia dekat dengan siapapun. Inget Lo bukan siapa-siapanya lagi."

Namun, sebagaimana cinta bekerja, perasaan itu tetap ada. Ia tak bisa berpaling begitu saja. Dan kini, hadirnya Aldo—teman masa kecil Lauren—mengusik ruang kosong yang ia coba tutupi dengan amarah dan keputusasaan.

Galih menatap mereka sekali lagi. Kemudian berbalik… dan pergi, membawa hatinya yang kembali tergores.

Berikut adalah lanjutan adegannya dengan intensitas emosi yang kuat, ketegangan yang makin memuncak antara tiga karakter utama, dan kepedihan yang semakin dalam di hati Lauren:

 

Langkah kaki Galih semakin cepat menjauhi taman. Dadanya masih terasa sesak melihat Lauren bersama pria lain, namun ia tak sempat menenangkan diri…

"Galih…"

Sebuah suara familiar menghentikan langkahnya.

Saat ia menoleh, Tante Liana sudah berdiri di hadapannya, mengenakan blus merah marun dan celana panjang hitam. Wajahnya terlihat tegas, tapi matanya penuh kerinduan.

Sebelum Galih sempat berkata apa-apa, Tante Liana langsung memeluknya erat.

"Aku udah cerai, Lih... Aku bebas sekarang... Kita bisa mulai lagi, seperti dulu..."

Galih syok. Ia membeku dalam pelukan itu beberapa detik sebelum berusaha melepaskannya.

"Tante, tolong... lepasin..."

"Kenapa, Galih? Aku sekarang udah nggak terikat siapa pun. Aku cuma pengin bersamamu."

"Tante, hentikan. Aku... nggak bisa. Aku udah nggak mau lagi."

Galih berhasil melepaskan diri. Napasnya berat, sorot matanya campuran marah dan sedih.

"Tante itu ibu Lauren. Aku udah nyakitin dia terlalu banyak. Jangan tambah luka dia makin dalam Tante."

Tante Liana hendak menjawab, tapi sebuah suara lain menyela.

"MAH?! APA YANG MAMAH LAKUIN?!"

Lauren.

Dengan langkah tergesa, ia datang dari arah taman, wajahnya pucat dan matanya membelalak tak percaya. Pandangannya tertuju pada ibunya… lalu pada Galih… lalu kembali ke ibunya.

"Mamah... seriusan? Mamah ngejar dia? Galih?"

"Ren, dengerin Mamah dulu, ini semua nggak seperti yang kamu pikirkan."

"Nggak seperti apa? Mamah udah ceraikan papah karena dia. Dan sekarang masih ngejar-ngejar dia?"

Galih hanya bisa menunduk. Ia tak sanggup menatap Lauren. Semua luka yang ia coba tahan, semua pengorbanan yang ia lakukan agar Lauren membencinya, agar dia bisa move on—semuanya sia-sia.

Tanpa sepatah kata pun, Galih langsung pergi.

Langkahnya cepat, seperti ingin lari dari kenyataan. Meninggalkan dua wanita yang hancur karena kehadirannya.

 

Lauren berdiri terpaku. Wajahnya pucat, matanya berkaca-kaca. Pikirannya kacau.

“Kenapa… kenapa harus Galih, Mah? Kenapa dia yang Mamah kejar? Kenapa bukan orang lain…”

Tapi ia tak bisa mengucapkannya. Ia hanya menatap ibunya dalam diam, penuh luka dan kebingungan.

"Ren..."

"Jangan deket-deket Galih lagi, Mah. Kumohon..."

Tanpa menunggu jawaban, Lauren berlari pergi, meninggalkan ibunya sendirian di tengah lorong kampus. Air matanya tak terbendung lagi.

Cinta pertama dan ibunya sendiri—dua orang yang ia percaya, menghancurkannya bersamaan.

1
Mawar Agung
saya suka ceritanya semangat ya Thor💪😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!