NovelToon NovelToon
Dia Bukan Ayah Pengganti

Dia Bukan Ayah Pengganti

Status: tamat
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pengantin Pengganti / Dokter / Menikah dengan Kerabat Mantan / Ayah Darurat / Tamat
Popularitas:2.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Puji170

Naya yakin, dunia tidak akan sekejam ini padanya. Satu malam yang buram, satu kesalahan yang tak seharusnya terjadi, kini mengubah hidupnya selamanya. Ia mengira anak dalam kandungannya adalah milik Zayan—lelaki yang selama ini ia cintai. Namun, Zayan menghilang, meninggalkannya tanpa jejak.

Demi menjaga nama baik keluarga, seseorang yang tak pernah ia duga justru muncul—Arsen Alastair. Paman dari lelaki yang ia cintai. Dingin, tak tersentuh, dan nyaris tak berperasaan.

"Paman tidak perlu merasa bertanggung jawab. Aku bisa membesarkan anak ini sendiri!"

Namun, jawaban Arsen menohok.

"Kamu pikir aku mau? Tidak, Naya. Aku terpaksa!"

Bersama seorang pria yang tak pernah ia cintai, Naya terjebak dalam ikatan tanpa rasa. Apakah Arsen hanya sekadar ayah pengganti bagi anaknya? Bagaimana jika keduanya menyadari bahwa anak ini adalah hasil dari kesalahan satu malam mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 DBAP

Arsen akhirnya mengerti, mengapa ada ikatan yang aneh tapi nyata antara dirinya, Naya, dan janin kecil yang masih berupa segumpal darah itu. Karena ternyata… dialah lelaki bajingan itu. Lelaki yang seharusnya bertanggung jawab atas benih yang ia tanam sembarangan, tapi memilih menutup mata, percaya penuh pada satu vonis bahwa dirinya mandul.

Mandul? Benarkah hasil pemeriksaan itu selama ini?

Pertanyaan itu menghantam kepalanya berkali-kali. Membakar logika, menumbangkan segala keyakinan yang ia genggam selama ini, dan meninggalkan sesal yang dalam. Perlahan, Arsen mengulurkan tangan ke arah Naya, ingin menghapus air mata yang membasahi pipi gadis itu. Tapi belum sempat menyentuhnya, justru air matanya sendiri jatuh lebih dulu. Deras, diam-diam.

Naya terperanjat. Ia tak menyangka. Yang ia harapkan hanya sedikit simpati dan rasa bersalah, bukan air mata dari lelaki yang selama ini bahkan tak pernah benar-benar menoleh padanya.

Dengan ragu, ia meraih pergelangan tangan Arsen.

“Paman… kenapa? Kenapa Paman menangis? A… aku…”

Arsen tersadar. Ia buru-buru menyeka wajahnya, seolah tak ingin terlihat lemah di hadapan gadis itu.

“Paman… aku tidak bermaksud meminta belas kasih,” ucap Naya pelan. “Paman nggak perlu sedih seperti ini. Apalagi… pada perempuan sepertiku.”

Kalimat itu menghantam. Perempuan sepertiku.

Hati Arsen mencelos. Kenapa Naya merendahkan dirinya begitu rupa? Padahal, dialah yang seharusnya merasa hina. Selama ini, dia hanya menyudutkan, mencurigai, bahkan merendahkan perempuan yang sekarang menangis di hadapannya, padahal ia sendiri penyebab dari semua luka itu.

Dan sekarang, ketika kebenaran mulai terang, Arsen tahu, ia tidak bisa hanya berdiri diam. Ia harus bertanggung jawab.

Arsen merogoh kantongnya, berniat memberikan saputangan yang bisa menjadi bukti jika lelaki malam itu adalah dirinya. Niat awalnya untuk mengaku, perlahan berubah, dan mengajak Naya memulai dari awal demi anak mereka.

“Paman tenang saja, aku akan mencari lelaki bajingan itu,” ucap Naya dengan nada tegas.

Arsen tersenyum tipis. Ada kekuatan dalam ucapan Naya yang membuat ia merasa lega karena Naya memiliki niat yang sama.

Namun belum sempat ia membuka mulut, Naya kembali bersuara, “Aku tidak ingin dia bertanggung jawab, tapi aku hanya ingin membuat lelaki itu tahu kalau dia sama sekali tidak pantas menjadi ayah untuk anakku.”

Naya mengelus perutnya perlahan. “Karena di kehidupan ini hanya akan ada aku dan bayi ini. Paman tidak perlu khawatir, setelah semua selesai, aku akan pergi dan tidak akan pernah mengganggu Paman lagi.”

Deg.

Jantung Arsen serasa diremas. Seketika niatnya untuk bicara pupus. Ia ingin mengaku jika dialah ayah dari anak itu, tapi melihat kebencian Naya padanya hanya akan membuat gadis itu semakin menjauh. Ia tahu betul luka gadis itu sudah terlalu dalam. Kebenaran bisa menambah beban, bukan meringankan.

Ia memilih diam. Tapi bukan diam yang lepas tangan. Kini, hanya satu tekad yang tertinggal—menjaga Naya, meski tanpa pengakuan.

“Paman…”

Arsen menatapnya, lalu tersenyum singkat, berusaha terlihat tenang. “Kamu terlalu banyak bicara. Yang terpenting sekarang kamu dan bayi ini sehat dulu.”

Dahi Naya mengernyit. Nada bicara Arsen aneh. Ada sesuatu yang berbeda.

“Kamu ada yang ingin dimakan? Aku dengar ibu hamil suka ngidam, apalagi di trimester pertama. Karena hormon berubah,” ucap Arsen tenang.

Naya menelan ludah. Ia merasa tidak salah dengar barusan.

“Paman, aku tidak bermaksud mencari simpati dengan ceritaku tadi, dan aku juga tidak bermaksud—”

“Aku tahu.” Suara Arsen lembut. Kali ini, ia benar-benar mengulurkan tangannya, menyeka sisa air mata di pipi Naya.

“Maaf… selama ini aku sudah terlalu dingin. Membuatmu tertekan. Aku yang salah.”

“Pa… Paman, a….”

“Jangan terlalu banyak berpikir,” potong Arsen. Tatapannya dalam, suaranya rendah tapi tegas. “Kamu jadi seperti ini juga karena ponakan aku. Jadi aku yang akan bertanggung jawab. Sampai akhir.”

Naya diam. Menatap wajah Arsen yang kini terasa asing, sekaligus… hangat. Terlalu hangat untuk seorang Arsen yang selama ini hanya dikenal dingin dan tajam.

Naya menunduk, mencoba menyembunyikan ekspresi bingungnya. Tapi justru semakin ia menunduk, semakin kuat ia merasakan perhatian dari lelaki itu. Bahkan saat ia tidak bicara, Arsen tetap duduk di samping ranjang, tanpa tergesa, tanpa gerak yang membuatnya canggung.

Naya mengedipkan mata beberapa kali. “Paman… kenapa Paman berubah?” tanyanya hati-hati, nyaris seperti bisikan.

Arsen mengangkat alis. “Berubah?”

“Iya…” Naya memberanikan diri menatapnya. “Paman… biasanya dingin, marah-marah, sinis. Sekarang malah…”

Naya menggigit bibir bawahnya seolah ragu-ragu akan kalimat selanjutnya namun ia tetap mengatakannya, “Sekarang malah perhatian kayak gini.”

Arsen tersenyum kecil, lalu berdiri dan berjalan pelan ke arah nakas menuangkan air pada gelas yang kosong guna mengusir rasa canggungnya agar tidak terlalu kelihatan. Setelah beberapa detik hening, ia berkata pelan, “Orang bisa berubah, Naya. Kadang karena waktu… kadang karena kesalahan.”

Naya mengerutkan kening. “Kesalahan?”

“Ya,” jawab Arsen, masih tak berbalik. “Kadang… saat kita sadar sudah menyakiti orang yang nggak seharusnya disakiti, rasanya seperti ditampar realita.”

Ia akhirnya berbalik, menatap Naya dalam-dalam. “Aku sadar, selama ini aku terlalu keras. Mungkin kamu anggap perubahan ini aneh. Tapi aku nggak peduli. Aku cuma mau kamu tahu, kamu nggak sendirian sekarang.”

Hening. Udara di antara mereka mendadak berat, namun tak menyesakkan.

Naya membuka mulut, lalu menutupnya lagi. Jantungnya berdetak terlalu cepat untuk dimengerti. Ada kehangatan yang perlahan merambat, tapi juga keraguan yang belum siap dipadamkan.

“Kalau ini semua cuma karena rasa bersalah…” gumamnya pelan, "aku nggak butuh dikasihani, Paman.”

“Ini bukan kasihan,” potong Arsen cepat. “Ini… bentuk tanggung jawab.”

“Tanggung jawab?” ulang Naya, nyaris sarkastik. “Tanggung jawab atas apa?”

Arsen terdiam. Matanya menatap Naya dengan sorot yang sulit dijelaskan. Ingin berkata jujur, tapi tahu bahwa waktunya belum tepat. Ia hanya bisa mengangguk pelan dan menjawab dengan suara nyaris berbisik, “Atas semuanya.”

Naya menarik napas dalam-dalam, menahan gejolak perasaannya. “Paman, aku… sekarang nggak butuh ini semua. Aku juga nggak ingin jadi beban keluarga Alastair. Meskipun awalnya ini salah Zayan, tapi aku yang bodoh.”

Ia menunduk. Suaranya lirih tapi tegas.

“Jadi, Paman jangan terlalu baik dengan ingin bertanggung jawab sampai akhir. Aku bisa urus diriku sendiri. Dan anakku juga.”

Arsen menatap Naya lekat-lekat, rahangnya mengeras. Ia tidak bisa menerima ucapan itu. Perlahan, ia melangkah mendekat hingga jarak di antara mereka nyaris tak bersisa. Tubuhnya condong ke depan, mendekati wajah Naya. Dan dengan suara rendah di telinganya, ia berbisik,

“Kamu memprovokasiku. Jangan salahkan aku kalau nanti setelah sadar… kamu menyesal.”

Naya terkejut. Mata membelalak. Suara itu, kalimat itu—terasa sangat familiar. Terdengar seperti…

Jangan-jangan…?

1
Kimo Miko
ws pokokke jempol kak👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: terimakasih kakak
total 1 replies
Kimo Miko
wkwkwk..... dito panik dikira nisa mau terbang gak tahunya cuma mau teriak biar beban berkurang. ws ayo lak pulang tanggal pernikahanmu sudah dekat dan juga kasihan kakek meskipun dia salah. kakek melakukan itu karena punya alasan sendiri
Kimo Miko
kejar dito... mana tahan ditinggal nisa. ternyata dito bisa bucin juga
Kimo Miko
lanjut thor ..
Kimo Miko
gak komen thor aku sudah ilfil sama mbokne naya.
Kimo Miko
ada rahasia apa🤔
Kimo Miko
emang ada apa sampai naya terbelalak?
Kimo Miko
coba tes DNA ulang nisa. mungkin ada sabotase waktu kamu tes DNA.
Kimo Miko
waduh... data diri naya belum terungkap malah mamke naya kritis piye coba guys?
Kimo Miko
emang enak.... makanya punya mulut di rem gak asal nyolot. yang kamu sentil adalah orang yang gak bisa disentuh. pelajaran buat kamu dara apalagi kamu lagi koas ... pingin gak lulus?
Kimo Miko
dito itu seorang dokter atau intelejen sih. setiap langkahnya selalu jitu hampir tidak ada yang meleset. coba dito selidiki dan kerjasama dengan kakek salim siapa tahu naya adalah cucu kakek salim yang hilang
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: dia keturunan mafia, tapi malah jadi dokter
total 1 replies
Kimo Miko
semoga saja nisa adikmu adalah naya.
Kimo Miko
ya ya ya... bingungkan? kedua duanya sama pentingnya . gimana thor siapa yang lebih penting?
Kimo Miko
segeralah terkuak thor siapa naya sebenarnya. sekarang roki dan zayan memetik buah yang ditanam. terima hasil kerasmu ya pak dan anak
Kimo Miko
ahhhh ..... serasa dunia milik mereka berdua
Kimo Miko
so sweetnya.....
Kimo Miko
aku suka cara arsen jika mengingatkan naya. jika arsen keliru harus selalu diingatkan. itulah yang namanya rumah tangga 👍
Kimo Miko
waduh sekalinya sakit hati si puput gak tanggung tanggung utk menyingkirkan roki secara halus. dan anak semata wayang yang di gadang gadang juga telah mengecewakaannya . genap sudah perasaan sakit kecewa dan hancur. ayan bersiap siaplah kamu dari titik terendah untuk memulainya jalan hidupmu
Kimo Miko
bongkar sekalian put. siapa reok. sudah menghabiskan uang berapa aja si reok.
Kimo Miko
sudah saatnya kelicikan keserakahan bapak dan anak terkuak. dari bicaranya si zayan sudah ketahuan jika anak yang dikandung naya bukan anak arsen hak waris jatuh ditangan zayan. itu kan sudah kelihatan. lanjut thor sudah gak sabar ikut tegang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!