Clara yang kini hidup seorang diri, menerima penawaran pekerjaan sebagai mata-mata dari seorang temannya yang merupakan anak dari pemilik organisasi mafia dengan upah yang lumayan tinggi. Ia harus bertahan hidup dengan kerasnya dunia di usia muda.
Ibunya yang meninggal karena kecelakaan dan ayahnya yang cacat akibat kecelakaan itu, membuatnya harus mencari uang, hingga ayahnya juga menyusul ibunya 3 bulan kemudian, saat ia ingin memasuki SMA. Saat itulah kemudian ia menerima sebuah misi baru. Apakah ia akan berhasil menjalani misi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon intan maggie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
"hallo ray, maaf tentang kejadian kemarin malam" ucap ara setelah menghampiri ray di lobby sekolah.
"ohh kalian tidak salah, jadi tidak perlu minta maaf" balas ray setelah menengok ke arah ara.
"tidak pulang?" tanya ara.
"udah gua hubungi ka yan, tapi belum ada jawaban" balas ray.
"lo sendiri tidak pulang? Biasanya bareng def" lanjut ray.
"ohh.. def kena scores 3 hari karena kejadian di kantin" jawab ara.
"ohh gimana kalo naik taxi aja?" tambah ara.
"ya duluan saja, gua nungguin kak yan, bye" balas ray, kemudian masuk lagi ke dalam sekolah.
"lo mau kemana?" tanya ara segera menghampiri ray.
"hmm ke kelas mungkin sambil nunggu" balas ray masih sambil berjalan.
"gua ikut" balas ara.
"pulang aja mending" cetus ray.
Sampai di kelas, ray merapatkan beberapa kursi, kemudian merebahkan tubuhnya dengan tas sebagai bantalnya.
"lo ngapain?" tanya ara yang hanya berdiri di depan kelas.
"tidur lah" balas ray kemudian memejamkan matanya.
"susah juga ya deketin cowok cuek begini" pikir ara yang masih mematung di depan kelas.
"lo ngapain matung disitu?" tanya ray dengan mata terpejam.
"gapapa, gua temenin lo disini" ucap ara kemudian duduk di salah satu kursi dekat ray.
Ray membuka salah satu matanya dan melihat dimana ara berada, ia tepat berada duduk tepat di kursi atas kepala ray.
"pas banget gua butuh bantal, tas terlalu keras" ucap ray, kemudian bangun dan merapatkan kursi ke arah kursi yang diduduki ara.
"heh??"" ara kaget melihat ray yang rebahan, dan meletakkan kepalanya di atas paha ara.
"gak ada yang marah kan? Asal lo gak cerita ke def" ucap ray melihat ke arah ara dari kepala di pahanya ara, sedangkan wajah ara memerah.
Ray kemudian memejamkan matanya.
"nyesel gua nemenin lo" sahur ara.
"lo sendiri yang mau kan" balas ray dengan mata terpejam.
"ya tapi bukan jadi bantal lo juga ya" balas ara malu-malu.
"sebentar ya" balas ray lembut.
Tidak tau kenapa, ara bingung mau membalas apa lagi. Ara hanya diam dan melihat wajah ray dari dekat, dengan mata terpejam.
"OMG dilihat dari dekat, makin cakep aja nih anak" ucap ara dalam hati.
"apa yang kalian lakukan disini?" teriak suara seorang guru wanita, membuat ray dan clara terbangun dari tidurnya.
Itu bu tiara, guru kimia, yang terkenal killer di sekolah.
Tanpa sadar, ray benar-benar pulas di pangkuan Clara, begitupun clara yang juga pulas dengan tidur duduknya.
"ehh? Jam berapa sekarang?" tanya ray yang baru saja duduk karena kaget.
"kalian berdua, ikut saya ke ruang BK!!!" tambah bu Tiara, dia benar-benar terlihat marah.
Ray dan ara menurut, mengikuti bu tiara ke ruang BK yang berada di lantai 1 samping ruang guru.
Mereka sampai di ruang BK. Ruangan ini tidak begitu luas, banyak lemari buku, serta bahan ajar disini. Dipojok ruangan ini terdepat meja pribadi, tertutupi oleh dinding kaca motif, membuatnya tidak transparan.
ditengah nya terdapat sebuah kursi yang berhadapan dengan beberapa kursi lainnya dengan meja ditengahnya.
"duduk" ucap bu tiara setelah duduk di sebuah kursi tengah ruangan.
Ara dan ray duduk dihadapan guru killer itu dengan sedikit menunduk.
"apa yang kalian lakukan berdua di dalam kelas?" tegas bu tiara.
"maaf bu, tadi saya lagi nunggu jemputan, terus ketiduran" jelas ray gugup.
"bagaimana dengan mu clara evelyn?" tanya tegas bu tiara.
"iya bu, sama, niatnya ingin bareng dengan ray karena searah, tapi malah ketiduran" jawab clara.
"kamu tidak diapa-apa in kan dengan lelaki ini?" tanya bu clara menatap tajam ke arah ara.
"heh?" ray kaget dengan pertanyaan itu.
"jangan takut, jika ada apa-apa bilang saja" tambah bu tiara memandang ara.
"enggak bu, ray enggak berbuat yang aneh-aneh kok bu" balas ara gugup.
Ray menghembuskan napas.
"kenapa kamu menghembuskan napas?" tanya tegas bu tiara.
"ga..papa bu, takut dia bilang yang enggak-enggak" jawab ray gugup sambil menunjuk Clara.
"jangan mentang-mentang kamu laki-laki terus bisa seenaknya sama perempuan ya" balas bu tiara.
"serius bu, suerrr.. saya gak berbuat aneh-aneh sama dia" balas ray.
"terus ngapain kamu tidur di pangkuan dia?" tanya bu tiara.
"kebetulan aja bu saya butuh bantal, ada dia, terus gak sengaja ketiduran" jawab ray.
"alasan kamu ya" balas bu tiara lagi, kemudian berdiri dan mencubit telinga kiri ray.
"aduh.. Bu bu sakit bu" keluh ray menahan telinganya yang ditarik.
"emang anak nakal kamu ya, ada tindikan juga di telinga kamu, baru SMA udah berani" seru bu tiara.
"bu bu udah bu.. Sakit bu." keluh ray lagi untuk kedua kali nya telinganya di cubit oleh gurunya itu.
"eheh" ara sedikit tertawa melihat ray yang kesakitan. Ray menatap wajahnya dengan wajah datar.
"ara, tidak papa kan kamu disini sebentar? Untuk saksi mata kalau ibu tidak berlebihan kepadanya, nanti ibu antarkan pulang" ucap bu tiara.
"iya bu gapapa" balas clara.
"kenapa saya doang bu yang kena? Kan dia juga" jawab ray.
"berani ngelawan kamu ya" seru bu tiara.
"iya bu maaf bu, saya salah" jawab ray, kemudian menunduk.
kemudian bu tiara mengambil sebuah buku data murid dan walinya.
Saat bu clara sedang mengetik nomor ayahnya ray, ray menutupi bagian nomor ayahnya itu.
"bu tiara, please, jangan beri tahu ayah, saya akui saya salah, ibu boleh cubit saya, jewer saya, bahkan tampar saya, tapi saya mohon jangan beri tahu ayah" ucap ray memohon.
Kemudian ray menutup buku itu perlahan.
"ray, ini memang diluar ranah ibu sebagai guru, tapi guru juga berhak membantu muridnya untuk tetap menjaga motivasi belajarnya, jika kamu memiliki masalah di rumah, dan ingin menceritakannya, ibu akan selalu terbuka untuk kamu" balas bu tiara yang langsung bersikap lembut.
"gapapa bu, saya habis dimarahin kemarin malam gegara dia" balas ray menunjuk ara.
"masa mau dimarahin lagi" tambah ray.
"lah kok jadi gua?" seru ara menatap ray.
"kamu emang anak nakal ya" seru bu tiara lagi, dan hendak membuka buku itu lagi.
"ehehe please jangan bu" pinta ray sambil menyeringai dan salah satu tangannya menahan buku itu agar tidak terbuka.
Ibu tiara menghembuskan napas, seakan-akan berkata ia menyerah dengan ray.
"baiklah kali ini ibu tidak akan memberi tahu orang tua mu, tapi jika kamu berbuat kesalahan lagi, ibu akan memberi tahu orang tua mu" balas ibu tiara yang kembali lembut.
"baik bu terima kasih banyak" balas ray dengan sedikit hormat.