NovelToon NovelToon
Ibu Susu Bayi Kembar Tuan Barra

Ibu Susu Bayi Kembar Tuan Barra

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Anak Kembar / Menikah Karena Anak
Popularitas:50.4k
Nilai: 5
Nama Author: Buna Seta

Aryani Faizah yang sedang hamil tua mengalami kecelakaan tertabrak mobil hingga bayi yang ia kandung tidak bisa diselamatkan.
Sang suami yang bernama Ahsan bukan menghibur justru menceraikan Aryani Faizah karena dianggap tidak bisa menjaga bayinya. Aryani ditinggalkan begitu saja padahal tidak mempunyai uang untuk membayar rumah sakit.

Datang pria kaya yang bernama Barra bersedia menanggung biaya rumah sakit, bahkan memberi gaji setiap bulan, asalkan Aryani bersedia menjadi ibu susu bagi kedua bayinya yang kembar.

Apakah Aryani akan menerima tawaran tuan Bara? Jika mau, bagaimana kisah selanjutnya? Kita ikuti yuk.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Shafia berdiri mematung menatap pria tampan di hadapannya. Ia berpikir betapa perkasanya pria itu seandainya menjadi suaminya. Shafia menyesal, jika tahu Ahsan punya teman seperti itu sudah merayu sejak dulu, daripada mempunyai suaminya seperti Ahsan yang kerempeng itu.

"Heh! Jaga mata kamu Shafia!" Ahsan menggeplak pundak istrinya yang menatap Barra liar. Ahsan semakin marah, rupanya istrinya itu walaupun perempuan tapi matanya jelalatan melebihi pria mata keranjang.

"Terus suruh apa aku kesini?" Shafia menoleh Ahsan di sebelahnya.

"Duduk dulu Mbak, ada yang ingin saya bicarakan." Barra berkata lunak.

"Baiklah" Shafia tersenyum, berjalan melenggak lenggok memamerkan anggota tubuhnya yang mempunyai buah dada montok dan menonjol, bokong besar, pinggangnya seperti gitar Spanyol. Dia melangkah mendekati kursi, hendak duduk berhimpitan bersama Barra dan Abdullah.

"Sini!" Ahsan menarik tangan Shafia kasar, sebelum istrinya itu mendaratkan bokong di sisih Barra. Ahsan benar-benar kecewa ternyata begini perilaku Shafia, ada suami di depan matanya pun masih genit.

Abdullah menahan tawa, menyembunyikan wajahnya di belakang Barra. Barra hanya geleng-geleng kepala menatap Ahsan. Ternyata Ahsan itu pria buta, punya istri sholehah seperti Faiz masih juga memilih wanita tak berguna seperti Shafia yang hanya menang di bemper dan bokong saja.

Sementara Shafia merengut kesal terpaksa duduk bersama Ahsan.

"Benar, kamu berniat membunuh Faiz?" Tanya Ahsan memutar pundak Shafia agar menatapnya.

"Pertanyaan macam apa itu Mas. Dari mana kamu punya pikiran seperti itu?" Shafia melotot tajam, tidak terima sang suami bertanya seperti itu.

"Tuan-Tuan ini yang sudah membawa barang bukti." Ahsan menoleh ke arah Barra, begitu juga Shafia.

"Barang bukti apa?" Shafia melempar tatapan ke arah Barra, seolah menantang.

"Jangan mengelak lagi Mbak." Barra menunjukkan barang bukti yang sudah dia kumpulkan.

Shafia terpaksa memperhatikan video yang diperlihatkan Barra, wajahnya seketika pucat. Kaget dan bingung entah mau menjawab apa. Badanya berkeringat dingin, tidak ada yang bisa dia lakukan kecuali mencoba untuk berlari. Namun, hanya dua langkah kaki Barra bisa mendahului Shafia.

"Mau lari kemana Mbak" Barra mencengkeram tangan Shafia, lalu minta Abdullah mengikat tubuh Shafia di kursi, karena polisi belum tiba.

Ahsan tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa menatap sang istri yang sudah diikat.

"Mas, tolong buka ikatan tanganku, kenapa kamu diam saja?" Shafia kecewa, kenapa Ahsan bersekongkol dengan Barra. Padahal Shafia melakukan kejahatan itu demi Ahsan.

"Saya sudah tidak sudi lagi menolong kamu Shafia, saya memang jahat, tapi tidak ada sedikit pun niat untuk membunuh orang. Tapi apa yang kamu lakukan Shafia?! Kamu sudah membunuh putriku!" Ahsan berteriak, sesal di akhir. Dia sudah menceraikan Faiz karena mengira Faiz tidak bisa menjaga bayinya, tapi ternyata istri keduanya yang sengaja menabrak.

"Aku melakukan ini karena kamu tidak adil Mas. Kamu hanya memikirkan Faiz saja!"

Flashback On

Hari-hari di kontrakan, Shafia merasa kesepian, lantaran sudah seminggu tidak pulang. Dia baru sadar ternyata begini rasanya diduakan. Ahsan mementingkan istri pertama daripada dia. Muncul niat jahat untuk memisahkan Ahsan dengan Faiz, agar bisa memiliki Ahsan seutuhnya.

Shafia pun akhirnya nekat mendatangi kediaman si bapak yang menyewakan mobil. "Mobil ini saya sewa seminggu Pak, tapi kalau saya pulang sebelum seminggu, pasti saya kembalikan cepat." tuturnya.

"Memang mau kemana Mbak?" Tanya si bapak, khawatir juga kalau mobilnya dibawa kabur. Walaupun mobilnya itu sudah tua, tetapi hanya itu yang bisa bapak jadikan mata pencaharian.

"Keluar kota Pak." jawab Shafia lalu pergi setelah menerima kunci dari si bapak. Tetapi bapak ambil gambar Shafia, jika yang dia pikirkan terjadi akan lebih mudah melacak.

"Bapak meragukan saya, memang tampang saya ini penjahat" Shafia menunjuk wajahnya yang sudah dipoles.

"Iya Mbak, saya percaya kok" si bapak membiarkan ketika Shafia membawa mobilnya pergi. Shafia melaju kencang dan berhenti tidak jauh dari rumah Ahsan, mengamati Faiz keluar.

Shafia tertawa terbahak-bahak seorang diri di dalam mobil, ternyata tidak menunggu sehari dua hari, hanya selama dua jam Faiz keluar dari rumah. Dia mengemudi lambat mengikuti Faiz yang berjalan kaki hingga tiba di warung nasi rames. Setelah Faiz kembali dari rumah makan, Shafia melancarkan niatnya menabrak Faiz dari belakang.

Flashback Off.

"Jadi kamu sudah merencanakan pembunuhan itu Shafia, saya ikhlaskan kamu mendekam di penjara seumur hidup" Ahsan tidak ada ampun lagi lantas menalak Shafia.

Shafia menangis sejadi-jadinya, niat hati untuk memiliki Ahsan dan rumah itu gagal total. Justru sebentar lagi akan masuk penjara.

Tok tok tok

"Permisi..." datang dua orang pria di sorot lampu teras yang redup tidak begitu jelas. Ahsan yang masih seperti orang linglung sama sekali tidak bergerak untuk menerima tamunya.

Abdullah yang duduk di pinggir pintu akhirnya berdiri mewakili pemilik rumah.

"Selamat malam..." ucap dua orang itu ternyata polisi hendak menangkap tersangka sesuai laporan Barra satu jam yang lalu.

"Selamat malam" Abdullah menunjukkan di mana Shafia dia ikat.

"Saya tidak mau, Pak, jangan penjarakan saya, Pak." Shafia berteriak-teriak ketika kedua tangannya di borgol oleh polisi, kemudian memaksanya keluar.

Ahsan hanya bisa mengantar istrinya itu sampai teras dengan mata berkaca-kaca. Hancur sudah masa depannya, bukan hanya gagal mempertahankan kedua istri, tapi yang lebih menyesakkan dada adalah, kehilangan putrinya. Begitulah orang yang tidak bersyukur seperti Ahsan, bukan mendapatkan yang ia harapkan, tapi justru hilang semuanya.

"Ini untuk pelajaran bagi kita Mas Ahsan. Percayalah, memiliki satu istri yang kamu cintai sepenuh hati lebih berharga daripada memiliki dua istri yang hanya membagi cinta." Kata Abdullah menepuk pundak Ahsan sebelum menyusul Barra yang sudah masuk mobil lebih dulu. Supir Barra melaju sedang mengantar bos pulang.

Waktu sudah hampir jam 10 malam, Barra bersama Abdullah tiba di rumah. Mereka masuk ke kamar masing-masing. Barra cepat-cepat ke kamar mandi, tidak lama kemudian keluar. Setelah ganti pakaian, ia duduk di tempat tidur segera telepon Faiz.

"Saya Tuan..." jawab Faiz.

"Anak-anak sudah bobo?"

"Sudah Tuan"

"Sekarang kamu keluar kamar, saya tunggu di ruang keluarga." Barra matikan telepon meninggalkan di atas kasur. Tidak lupa menggunakan sandal sebagai alas kaki lantas mendorong gagang pintu. Tiba di tempat itu tatapan matanya tertuju kepada Faiz yang sudah menunggu.

"Tuan tidak apa-apa?" Selalu begitu pertanyaan Faiz, segitu khawatirnya dia kepada Barra yang gigih membantu mencari pelaku tabrak lari yang menewaskan bayinya.

"Kamu ini selalu bertanya begitu. Kenapa kamu tidak bertanya siapa pelakunya." Barra sebenarnya senang diperhatikan seperti itu, tapi tidak mau menunjukkan pada Faiz.

"Siapa Tuan? Ahsan kah?" Faiz sudah tidak sabar.

"Kamu salah" Barra lantas menceritakan bahwa ternyata Shafia pelakunya.

"Shafia... siapa itu Tuan?" Faiz tentu belum mengenal Shafia.

"Istri Ahsan."

"Astagfirullah..." Faiz tidak menduga seorang wanita bisa setega itu, padahal suatu saat nanti, Shafia bakal mengandung dan punya anak.

"Sudah..." Barra minta Faiz tenang, karena Shafia sudah di tangan pihak berwajib.

"Terima kasih Tuan, sudah malam saya permisi." Faiz izin ke kamar karena sudah jam sebelas malam.

"Saya melakukan ini minta imbalan Faiz, bukan hanya terima kasih."

"Imbalan apa Tuan?"

...~Bersambung~...

1
Maizuki Bintang
bgs
Sunaryati
Kok lupa Faiz nenek saja nggak lupa, Lho
🙃 ketik nama 💝🎀🌈🌴
tenyta di lamar tohhh ...
ayooo trima faiz, jngan lama lama kalau mikir....


lanjut...
semangat...
🌷💚SITI.R💚🌷
udh faiz terima aja krn yakin hati jecil kamu jg ada rasa sm barra,selain kamu sayang s si kembar,masalah chane biarin aja toh barra ada di pihak kamu dan benar kt barra dia bln siapa² cuma sebatas ibu tiri
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
Dewi kunti
pura2 amnesia🤭🤭🤭🤭
zh4insu
Kan, akhirnya di ajak nikah, meski gak romantis,,, 😁😁
Rina
Jawab yess aja Faiz 🫢🫢🫢
Amy
ayo faizz jangan ragu2

terima ajaaa
LISA: Ya Faiz terima donk..
total 1 replies
Abil Dafiza
dilamar ky ny haha
Dinda Putri
mungkin kah barra mau ngakak nikah faiz😁😁
Dewi kunti
kontrak kerja pa kontrak hidup nich
Dwi ratna
asyik mau langsung dilamar inih
Dartihuti
Di ajak nikah Faiz
Rina
Apakah Bara mau melamar Faiz 🫢🫢🫢
🌷💚SITI.R💚🌷
asyiiiik mau di lamar terima ya faiz
meita
kontraknya d perpanjang seumur hidup
🙃 ketik nama 💝🎀🌈🌴
dag dig dug...
mau dkasih hadiah kah.?? atau perpnjang kontrak... 🤭
lanjut kak
🍁ᴍɪᴍɪ❣️💋🅉🅄🄽🄸🄰👻ᴸᴷ: Iya bener tuh biar nyadar diri dia🤣🤣
LISA: Hahaaa..mau dilamar nih 🤭😁
total 6 replies
zh4insu
Mau dilamar kah? Atau,,,?? Aku pinisirin...
Bu Kus
duh bikin nyesek kasihan mama bara pantas bara benci sama chana
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!