Shinn, seorang pemuda dari keluarga miskin, hidup di dunia biasa—sampai suatu hari ia menemukan barang rongsokan misterius di pasar loak. Saat ia mengutak-atiknya, muncullah jendela sistem aneh yang membawanya ke dunia paralel: sebuah dunia apokaliptik dipenuhi zombie dan puing-puing mecha raksasa.
Dengan sistem yang ia bangkitkan dari sampah, Shinn mengubah takdirnya. Ia menjarah dunia zombie, membangun kekuatan, menyembuhkan ibunya di dunia nyata, dan membentuk harem lintas dimensi yang setia padanya. Tapi itu baru permulaan.
Ketika realitas mulai retak, dan sistem-sistem purba bangkit untuk mengendalikan semua dunia yang pernah ada, Shinn harus memilih: tunduk… atau menjadi Nexus—poros semua dimensi, dan satu-satunya harapan untuk menyeimbangkan kehancuran.
Di tengah konflik antar dimensi, musuh tak terlihat, dan cinta yang tumbuh dalam medan perang, Shinn berdiri di ambang takdir sebagai pejuang terakhir dari Sistem Rongsokan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F R E E Z E, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19: Depth Zero: Gerbang Menuju Ark-03
“Ini dia… Depth Zero.”
Shinn berdiri tepat di tepi jurang raksasa yang menganga lebar di bawah reruntuhan fasilitas penelitian bawah tanah yang sudah lama ditinggalkan. Sekelilingnya dipenuhi struktur logam berkarat, penuh lumut dan sisa debu teknologi yang terlupakan. Aroma karat dan tanah lembap bercampur dengan bau busuk yang tidak wajar, membuat udara terasa berat dan menyesakkan.
“Tempat ini benar-benar suram,” gumam Iluthar, memandangi kedalaman jurang yang tampak tak berujung.
Asha mengangkat tangannya, menyalakan drone pemindai yang mengambang di udara. Beberapa detik kemudian, layar kecil di tangannya menyala dan menunjukkan grafik suhu yang tidak stabil.
“Ini aneh,” ucap Asha pelan, matanya tidak lepas dari layar. “Suhu di bawah sana tidak alami. Ada panas buatan, besar sekali… entah itu dari mesin aktif atau… sesuatu yang hidup.”
Shinn mengangguk pelan, wajahnya tetap serius. “Ark-03 ada di bawah sana. Dan menurut data yang kita dapat dari Ark-02, di sanalah inti utama sistem tersembunyi. Kalau Unit-X berhasil mengaksesnya sebelum kita… habis sudah.”
Iluthar mendengus, lalu menarik napas dalam. “Oke. Jadi kita akan turun ke neraka. Mantap.”
Mereka bertiga bergerak menuju lift tua yang terletak di sisi tebing dalam. Lift itu hampir tak bisa dikenali karena karat yang menutupi seluruh bagiannya, tapi Shinn mengarahkan sistemnya, dan panel di dekat lift menyala redup setelah disentuh.
“Liftnya masih bisa dipaksa jalan?” tanya Asha, sedikit ragu.
“Sudah ku ubah sistem ke mode manual. Kita tidak akan tergantung jaringan utama lagi,” jawab Shinn. Ia menekan tombol dan pintu lift terbuka, mengeluarkan suara berderit panjang yang membuat bulu kuduk merinding.
Mereka masuk ke dalam kabin lift, dan perlahan turun ke kedalaman. Cahaya dari atas semakin menjauh, tergantikan oleh kegelapan pekat yang memeluk mereka. Dinding lift terasa sempit, dan suara gesekan logam dari kabel tua menambah suasana mencekam.
“Aku benci tempat semacam ini,” Iluthar kembali menggerutu sambil memeriksa senjatanya. “Tempat gelap, dalam, dan penuh kejutan nggak menyenangkan.”
“Kita baru turun seribu meter,” kata Asha sambil melihat pembacaan ketinggian. “Masih dua ribu meter lagi sampai ke titik pusat Ark-03.”
Shinn terdiam. Matanya menatap kosong ke bawah lift yang menghitam. Meskipun tubuhnya masih terasa berat setelah pertarungan melawan Unit-X sebelumnya, Void Light-nya terus menyala lemah di tangannya. Ia tidak bisa santai kewaspadaan harus tetap dijaga.
Tiba-tiba, lift bergetar keras dan berhenti mendadak, membuat mereka semua terhuyung.
“Apa itu barusan?” Iluthar langsung sigap mengangkat senjata.
“Sistem terganggu. Medan magnetik dari bawah terlalu kuat… mengacaukan mekanisme lift,” jawab Asha cepat.
Lampu lift padam. Kegelapan mutlak menyelimuti mereka.
Dan dari kejauhan, terdengar suara. Suara aneh. Seperti gesekan logam diseret, disertai bisikan serak tak manusiawi.
“Shinn…”
“… Pewaris…”
“… Kami… tertinggal…”
“Apa-apaan itu?” Iluthar buru-buru menyalakan senter di ujung senjatanya.
Mata Shinn menyipit. Ia bisa merasakan sesuatu yang mengganggu… seperti sinyal yang terlalu lama tertinggal di dalam sistem rusak.
Dari celah dinding lift yang sedikit terbuka, muncul makhluk-makhluk mengerikan. Tubuh mereka seperti sisa manusia yang telah dicampur mesin daging membusuk yang bersatu dengan kabel, komponen elektronik, dan potongan logam tajam. Mata mereka merah menyala, dan suara nafas mereka seperti desis san tercekik.
“Cyber-zombie,” bisik Asha dengan nada takut. “Mereka… eksperimen gagal dari Ark-03. Makhluk hasil penggabungan biologi dan mesin yang ditinggalkan…”
Shinn maju, Void Light di tangannya menyala terang. Dengan satu gerakan, ia menghantam tanah, menciptakan gelombang gravitasi kuat yang mendorong para cyber-zombie menjauh dari lift.
“Keluar dari lift! Arahkan ke jalur cadangan!” seru Shinn.
Mereka bertiga berlari keluar dari lift melalui pintu samping yang terbuka otomatis berkat sistem Shinn. Di sana, lorong sempit terbentang, dengan lampu temaram yang berkedip tak stabil.
Bayangan para cyber-zombie mengikuti dari belakang, menjerit dalam bahasa yang nyaris tak bisa dimengerti.
“Cepat tutup gerbang belakang!” Iluthar berteriak sambil menembakkan plasma ke arah yang mengejar.
Asha menghampiri panel di sisi lorong dan menekan tombol darurat. Pintu besi besar mulai menutup dengan gerakan lambat namun berat. Beberapa zombie mencoba menerobos masuk, tapi Iluthar menembak tepat di kepala mereka, mendorong tubuh logam mereka mundur.
Akhirnya, pintu menutup rapat.
Mereka bertiga terdiam, terengah-engah. Nafas masing-masing berat karena adrenalin yang melonjak tinggi.
Shinn menyentuh dinding dan menghubungkan sistemnya ke jaringan lokal Ark-03.
[Sinkronisasi sistem…]
[Jaringan Ark-03 terdeteksi… Mencari akses…]
[Gerbang Inti Terkunci: Otorisasi Diperlukan]
“Gerbang ke inti utama masih terkunci,” kata Shinn sambil menatap antarmuka holografik di depannya. “Kita butuh otorisasi…”
Asha membuka terminal datanya dan membaca file lama dari Ark-02. “Menurut arsip yang kutemukan, kunci untuk membuka gerbang utama adalah Heart Core sebuah chip kristal biologis yang ditanam dalam satu makhluk penjaga terakhir di fasilitas ini.”
“Dan aku yakin makhluk itu bukan makhluk kecil yang bisa kita ajak negosiasi,” gumam Iluthar, matanya menyipit.
Shinn mengangguk. “Kita harus temukan makhluk itu dan mendapatkan Heart Core. Kalau enggak, kita enggak akan bisa menghentikan Unit-X.”
Mereka melanjutkan perjalanan menyusuri lorong-lorong bawah tanah yang gelap dan sempit. Beberapa bagian dinding dipenuhi grafiti aneh tulisan seperti “Mereka tak lagi manusia” dan “Jangan bangunkan hati mesin” yang membuat atmosfer makin mencekam.
Setelah hampir dua jam menelusuri labirin, mereka tiba di sebuah ruangan besar. Di tengah-tengahnya berdiri tabung cryo yang tinggi dan retak, dilapisi es dan kabel-kabel terlepas. Di dalamnya, terbaring makhluk raksasa dengan tubuh setengah manusia, setengah mecha. Kulitnya tertutup plat baja, dan di dadanya terdapat inti bersinar berbentuk kristal.
“Ini dia… eksperimen Heart Core,” bisik Asha sambil menelan ludah.
Mereka perlahan mendekat, tapi saat Shinn melangkah lebih dekat, mata makhluk itu terbuka perlahan. Sinar merah keluar dari matanya. Tabung cryo bergetar, dan makhluk itu mulai bangkit.
“Pewaris…” suaranya berat dan dalam. “Kau datang… untuk menyelesaikan tugas kami?”
Shinn berdiri tenang, menatapnya. “Kami datang untuk menghentikan Unit-X dan menyelamatkan dunia dari kehancuran total.”
Makhluk itu diam, lalu berdiri sepenuhnya. Tubuhnya menjulang lebih dari dua meter, dan langkahnya membuat tanah bergetar.
“Kalau begitu… buktikan bahwa kau layak. Hanya yang terkuat yang bisa mewarisi Heart Core…”
Shinn mengangguk pelan. Void Light-nya menyala terang, memancarkan aura ungu yang menyelimuti seluruh tubuhnya.
“Aku enggak akan mundur.”
___________________
To be continued...
kadang informasinya kurang.
apa itu masih berhubungan? atau author suka dengan 2 nama itu?
kapan ketemu player lain ya?
bunga untuk author /Rose/
thor, kok ga jawab2 komentarku sih?
dan jadi bisa ngurus ibunya.
mungkin impian orang ya punya sistem hehe...