DINAMIKA ANGKASA
“Jika tidak bisa membantu jangan menyusahkanku!!!” teriakan nyaring itu membuat seorang remaja laki-laki menarik nafas dalam.
“Aku hanya ingin mengatakan apa yang guruku sampaikan bu,” timpalnya dengan suara yang bergetar.
“Tidak semua yang gurumu katakan harus di penuhi, sudahlah jangan ganggu pekerjaanku, siapkan semua barang dagangan itu, aku dan ayahmu akan berjualan, ini sudah pukul berapa….” Celoteh wanita paruh baya itu dengan kesibukannya.
“Tapi Bu sepatuku tidak layak lagi untuk di gunakan,” gumamnya dengan pelan menatap sepatu yang terlihat cukup usang.
“Ck…. Berapa kali harus aku katakan, itu masih bisa di gunakan, gunakan yang itu saja, jangan bertingkah seolah olah orang tuamu kaya raya Aska!!!” teriakan itu berhasil membungkam mulut remaja itu dengan air mata yang jatuh dengan perlahan.
“Aku harus ke pasar, tolong urus adik-adikmu, bantu ia menyiapkan baju dan perlengkapan sekolahnya serta makan dan sarapannya nanti, ingat….” Ucapnya sembari menutup pintu, suara sepeda motor yang berada di luar mulai menjauh, Skay anak berusia 16 tahun itu menyeka air matanya dengan pelahan.
“Kak….” Suara pelan itu membuat Aska menarik nafas dalam dan tersenyum lebut ke arah bocah di belakangnya.
“Hm?”
“Apa Ibu sudah pergi?” tanya bocah itu sembari mengusap pelan matanya dengan mulut terbnuka lebar.
“Ya…. ayo cepatlah mandi, Ibu sudah membuat sarapan yang lezat untuk kita,” ucapnya yang di angguki oleh sang adik.
Rutinitas kembali berjalan seperti biasa, Ya….. Aska adalah anak dari pedagang kaki lima di sebuah pasar, bukan tidak berkecukupan orang tuanya terbilang cukup untuk kehidupan sehari-hari, tapi entah kenapa untuk kebutuhan Aska mereka tidak terlalu memperdulikannya.
Ini sudah pukul 10 pagi, keriuhan terjadi di satu sekolah, karena sudah jam istriahat mereka berhamburan keluar seperti domba yang kelaparan, berbeda halnya dengan Aska, remaja laki-laki itu malah sibuk mengeluarkan beberapa kotak donat yang ia jual.
Cukup di gemari banyak pelanggan donat-donat yang ia julal lenyap hanya dalam hitungan menit.
“Wah daganganmu laris manis Aska,” ucap seorang wanita paruh baya dengan pakaian rapi di sampingnya.
“Iya Buk, besok aku akan memebawa lebih dari ini,” ucapnya dengan begitu antusias.
“Kau yang membuatnya?” tanya wanita itu lagi.
“Tidak Bu, aku menjual milik orang lain, jadi nanti uangnya akan aku berikan dan aku akan di beri upah,” ucapnya dengan santai.
“Oooo kapan sepatumu akan di ganti nak?” tanya wanita itu lagi yang membuat Aska terdiam dan berusaha untuk menutupi bolongan di sepatunya.
“Secepatnya Bu….” Ucapnya dengan senyuman tipis.
******
Plakkk!!!
“Weeeh…. Aska….”
“Katakan kawan apa yang kau lamunkan?” ucap santai seorang pria sembari membakar sebatang rokok di tangannya.
“Tidak… kapan kau datang?” tanyanya dengan santai sembari menarik nafas dalam.
“20 menit yang lalu sejak kau melamun,” jawabnya sembari memperhatikan tatapan Aska yang tertuju pada bocah kecil yang sibuk menawarkan barang dagangannya.
“Hay dik kemari….” Ucap pria itu dengan santai, terlihat bocah kecil itu berjalan dengan cepat dan senyuman yang terukir di bibirnya.
“Ya bang?” ucapnya dengan lembut.
“Apa yang kau jual?” tanya pria itu dengan santai, Aska hanya diam dan memperhatikan bocah yang mulai menurunkan dagangan yang berada di sebuah kotak di atas kepalanya.
“Aku menjual banyak makanan bang, ada gorengan dan juga kue lapis, satunya 2000,” dia menjelaskan begitu semangat dan detail, Aska hanya mengamati dan tersenyum tipis karena penjelasan anak itu sesuai dengan marketing pasaran yang selalu di jajarkan oleh sales sales barang.
“Oooo sudah sudah jangan terlalu panjang penjelasanmu, aku tau apa yang kau jual,” ucap pria itu dengan sedikit kekehan, Aska sedikit mengerutkan dahinya mendengar ucapan sang teman.
“Apa kau ingin aku membelinya?” tanya pria itu yang membuat bocah kecil itu mengangguk pelan.
“Aish…. Tapi aku masih kenyang,” ucapnya yang membuat Aska menatap sang teman dengan serius.
“Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu bang,” ucapnya dengan pelan dan senyuman yang meredup ia kembali menutup barang dagangannya.
“Eh… eh… sebentar, kenapa kau marah? Aku hanya bercanda….” Ejekan itu membuat beberapa pria yang ada di sana ikut terkekeh kecuali Aska.
“Baiklah, kau bisa bernyanyi? Nyanyikan aku satu lagu aku akan membeli daganganmu,” ucap pria itu dengan santai.
“Maaf bang, aku tidak bisa,” ujarnya dengan menunduk pelan.
“Hm…. Baiklah,” pria itu mulai mengambil satu gorengan dan memakannya, namun ia membuangnya begitu saja hingga membuat Aska langsung menatap tajam ke arah sang teman.
“Cuih…. Kenapa keras begini? Apa kau menjual gorengan basi?” tanya pria itu yang membuat bocah itu menunduk ketakutan.
“Tidak bang, gorenganku masih baru,” ucapnya dengan suara yang bergetar. Aska hanya diam dan mulai mencoba untuk memegang gorengan yang terbuka di hadapannya, masih hangat dan terlihat baru, ia tau ini hanya akal-akalan temannya saja.
“Ya sudah kalau abang tidak suka bayar yang satu itu saja,” ucapnya dengan pelan.
“Kau memintaku membayar makanan basi ini?” tanyanya dengan keras.
“Maaf bang, aku belum punya uang untuk mengganti gorengan yang kau makan, kalau tidak mau beli aku permisi Bang, sudah mau hujan,” ucapnya dan mulai berdiri.
“Ooooo kau meledekku??? Aku bisa saja membeli semua gorenganmu ini, kau fikir aku tidak sanggup untuk membayarnya?” ucap pria itu yang mulai emosi.
“Maaf bang bukan begitu maksudku,” ucapnya yang mulai berdiri dengan wajah ketakutan.
“Kau menatangku? Hah!!!” bentaknya yaang semakin emosi.
“Apa yang kau lakukan!!!” ucap Aska yang mulai angkat bicara dengan tegas.
“Sudahlah, berapa semua gorenganmu dikk??” tanya Aska pada bocah itu.
“Jika tidak ingin membeli tidak apa-apa bang,” ucapnya dengan suara yang mulai bergetar.
“Tidak dikk, tenang saja…. Aku akan membeli semuanya,” mendengar ucapan Aska, bocah itu sedikit mengangkat wajahnya, karena berfikir ini hanya akan menjadi ejekan lagi.
“Ini….” Pria itu memberikan beberapa lebar uang ratusan dan tersenyum lembut.,
“Tapi apakah kau bisa tinggalkan dengan kotak-kotaknya?”
“Maaf bang, kotak ini bukan milikku, bagaiama nanti jika pemiliknya menyakan kotak untuk berjualan besok,” jelasnya dengan sedikit menunduk.
“Aku akan mengganti kotaknya, apa ini cukup??” tanyanya sembari menyodorkan empat lembar uang ratusan.
“Hm… ba… baiklah bang, tapi aku tidak punya kembaliannya, sebentar aku akan mencoba menukarnya dulu,” dia terlihat begitu antusias kali ini.
“Tidak… tidak… kebaliannya untukmu…”
“Ta.. ta.. Tapi??… tapiiii ini terlalu banyak bang,” ucapnya dengan ragu.
“Sudah tidak apa dikk, kau bisa memberikannya pada orang tuamu, gunakan uangnya dengan baik Hm….” Aska mulai tersenyum sembari mengusap pelan kepala bocah itu.
“Waahh…. Terimakasih banyak bang… terimakasih…” ucapnya dengan antusias.
“Hm…. Maafkan perlakuan teman-temanku ya… sekarang pulanglah sebelum hujannya turun,” ucap Aska yang mulai mengenakan jaket yang tersender di kursi.
“Baiklah, sekali lagi terimakasih banyak bang,” ucapnya dengan menunduk sopan, Aska hanya tersenyum sembari mengangguk.
“Aska….” Salah satu temannya mengerti dan mencoba untuk mendekati pria itu.
“Hm? Sejak kapan aku menyukai pemandangan yang tadi?” tanya Aska dengan wajah datarnya.
“Jika tidak ingin membeli jangan mengejek,” ucapnya dengan tatapan yang tajam. Beberapa pria yang ada di sana hanya diam dan saling melirik.
“Makanlah, aku sudah membeli semuanya, kau yang memanggilnya bukan? aku tidak ingin ada yang tersisa,” ucapnya yang mulai menyalakan sepeda motornya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Kadang kidding
wahhhh kerennn bgtt kakkk
2025-02-14
1