NovelToon NovelToon
Secretly Loving You

Secretly Loving You

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintapertama / Nikahmuda / Tamat
Popularitas:9.7M
Nilai: 5
Nama Author: ErKa

"Dear hati ...

Mengapa kau begitu buta? Padahal kau tahu dia sudah berkeluarga. Mengapa masih menaruh harapan besar kepadanya?"

Hati tak bisa memilih, pada siapa ia akan berlabuh.

Harapan untuk mencintai pria yang juga bisa membalas cintanya harus pupus begitu ia mengetahui pria itu telah berkeluarga.

Hatinya tak lagi bisa berpaling, tak bisa dialihkan. Cintanya telah bercokol terlalu dalam.

Haruskah ia merelakan cinta terlarang itu atau justru memperjuangkan, namun sebagai orang ketiga?


~Secretly Loving You~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 17 - Kami di Puncak!!

Entahlah, aku sudah tidak punya muka lagi!! Bagaimana mungkin aku tidur di bahu orang yang kusuka dan membasahi lengannya dengan air liur?!! Aku benar-benar ingin membenturkan kepala ke tembok. Mungkin dengan melakukan itu, aku akan amnesia dan melupakan semua!!

Selepas kejadian itu, aku memilih untuk berdiam diri. Menutup wajah dengan masker rapat-rapat. Sedikit pun aku tak berani memandang wajah Pak Armand.

Aku terlalu malu untuk berdiri di hadapannya dan meminta maaf, sehingga aku melakukan hal sebaliknya. Menjauh dan berdiam diri. Sifat Pak Armand yang pada dasarnya tak banyak bicara sedikit membantuku kali ini.

Bagiku ini sangat canggung dan kikuk. Aku ingin segera tiba di tujuan. Berpisah dari Pak Armand dan membenamkan wajahku di bantal.

***

Di sepanjang perjalanan, aku hanya mengikuti Pak Armand tanpa berniat untuk berbasa-basi. Dari check in hingga memasuki boarding room, kami saling berdiam diri.

Menjelang keberangkatan, perasaanku menjadi lebih gugup. Ini adalah pengalaman pertamaku naik pesawat. Selama ini, aku bagai katak dalam tempurung. Lebih banyak di dalam kota dibanding ke luar kota. Memiliki orang tua yang sangat posesif menjadi salah satu faktornya. Ketika teman-teman yang lain mengisi liburan di luar kota, aku justru sebaliknya.

"Kamu nggak apa-apa?" Suara bariton itu menyadarkanku dari lamunan.

"Em, ya ...."

"Kamu berkeringat. Yakin nggak apa-apa?"

Aku tak tahu di mata Pak Armand aku terlihat seperti apa. Kami sudah berada di dalam pesawat. Suara announcement mulai terdengar. Menyatakan bahwa sebentar lagi pesawat akan take off.

"Pasang sabuk pengamanmu." Terlalu gugup, membuatku tak menghiraukan ucapan itu. Peristiwa pesawat jatuh mulai berseliweran di kepala. Kucengkram pinggiran kursi erat-erat. Mata terpejam rapat. Berdoa, semoga ini bukan akhir dari hidupku.

"Pesawat mau take off. Pasang sabuk pengaman." Aku merasakan ada pergerakan dan sedikit sesak di area pinggang. Kuberanikan diri untuk mengintip. Ternyata Pak Armand tengah memasangkan sabuk pengamanku!!

"Sudah," ucapnya datar. Aku berusaha untuk mengucapkan kata terima kasih, namun rasa tegang membuat kata itu tak mampu keluar.

Beberapa detik kemudian, pesawat mulai bergerak perlahan. Awalnya pelan, semakin lama semakin cepat hingga akhirnya terbang menuju awan. Di semua proses itu, aku memejamkan mata rapat-rapat sembari mencengkram pinggiran kursi dengan erat. Napas tertahan, seolah-olah stok oksigen telah habis.

Kepalaku pusing. Perut mual. Sementara pikiran berat. Sepertinya sebentar lagi aku akan kehilangan kesadaran.

"Nggak apa-apa. Kamu akan baik-baik saja." Remasan hangat berlabuh di tangan. Tanpa sadar aku membalas genggaman itu dan mencengkramnya dengan erat, seolah-olah tangan itu adalah seutas tali di bibir jurang. Telinga berdenging dan sakit, mengingatkanku akan perbedaan tekanan udara. Guncangan semakin terasa, membuatku menjadi semakin panik.

Beberapa menit kemudian, guncangan itu tak lagi terasa. Pesawat terbang dengan sangat imbang dan stabil. Suara flight attendant kembali terdengar.

"Arsha, kamu boleh melepasnya, sekarang." Laju pesawat yang sudah stabil, membuatku memberanikan diri membuka mata. Hal pertama yang kulihat adalah tangan besar yang kugenggam atau lebih tepatnya kucengkram. Kulirik sang pemilik tangan. Tatapan mata tajam balik menatapku.

"Are you oke?" tanyanya. Aku menjawab dengan anggukan kepala. "Bisa kamu lepaskan tanganku?"

"Hah?" Aku kembali melirik tangan kami. Menyadari telah melakukan kesalahan, aku menarik tangan cepat-cepat. "Akh! Ma-maaf Pak!"

"It's, oke. Kamu nggak apa-apa?"

"I-iya." Aku bisa merasakan wajahku yang terbakar. Memaki diri sendiri. Sampai kapan aku akan terus mempermalukan diri sendiri? Belum hilang ingatan tentang insiden air liur, sekarang ditambah dengan insiden cengkraman tangan. Benar-benar memalukan!!

"Kamu takut ketinggian?" Menanggapi pertanyaan itu, aku mengangguk namun sejurus kemudian menggeleng.

"Arsha?"

"S-saya tidak apa-apa Pak."

"Yakin?" Aku kembali mengangguk.

"Ada yang kamu butuhkan?" Aku menggeleng.

"Minum jusmu." Pak Armand mengangsurkan jus. Sebenarnya aku enggan untuk menerima, namun karena sadar hal itu akan membuat Pak Armand tidak tenang, aku menerimanya.

"Saya tidak apa-apa Pak. Bapak bisa melanjutkan aktivitas ...." Selesai mengucapkan itu, aku pura-pura menyibukkan diri dengan membaca buku panduan keselamatan yang ada di depanku.

***

Selama hampir dua jam penerbangan diisi dengan keheningan. Bahkan ketika pesawat telah landing dan mobil jemputan datang.

Aku terlalu malu untuk berbicara mengingat tingkahku sebelum-sebelumnya. Yang aku inginkan hanya segera sampai ditujuan dan membenamkan kepala di air dingin. Menyegarkan pikiran.

Di dalam mobil, Pak Armand duduk di samping sopir, sementara aku duduk di baris kedua. Sopir tampak mengenal Pak Armand sehingga keduanya mulai bercakap-cakap. Kesempatan itu kugunakan untuk melihat-lihat pemandangan sekitar.

Ibu kota Jakarta, sangat berbeda jauh dengan kotaku. Gedung-gedung pencakar langit tersebar dimana-mana, seolah tengah berlomba-lomba untuk mencapai yang paling tinggi. Ruas jalan yang sangat lebar namun diikuti dengan kepadatan lalu lintas sehingga tidak mampu mengurai kemacetan yang ada.

Penampakan ibu kota yang hanya bisa kulihat di televisi akhirnya bisa kulihat secara langsung. Aku takjub melihatnya!

"Arsha, perjalanan kita masih cukup jauh. Kamu, istirahatlah."

"I-iya Pak."

***

Setelah dua jam perjalanan, akhirnya kami tiba di puncak. Jujur saja, aku cukup terkejut dengan lokasi yang dipilih perusahaan. Di bayanganku, kami akan ditempatkan di asrama milik perusahaan. Kami akan melakukan training dari jam tujuh pagi hingga jam lima sore. Sama seperti jam kerja biasa. Namun kenyataannya tidak seperti itu.

Aku tahu tujuan perusahaan melakukan training adalah untuk pengenalan sistem baru. Yang tidak kutahu, kenapa training itu harus dilakukan di puncak Bogor?! Bukankah training itu akan lebih efektif bila dilakukan secara in house? Kenapa harus di puncak?! Yang notabene kebanyakan aktivitas dilakukan secara outdoor?

Kami berdiri di antara pemandangan alam yang menakjubkan. Di semua penjuru mata angin terlihat gunung-gunung berjejer rapi. Puncaknya memutih, tertutup kabut. Sementara di bawahnya terlihat hamparan kebun teh yang menghijau.

Di beberapa area terdapat bangunan kemah/tenda permanen berwarna putih yang tersebar seperti jamur. Konsep penginapan glamping (glamorous camping). Menawarkan pengalaman menginap di tenda namun dengan fasilitas tidak kalah dengan hotel bintang lima.

Lagi-lagi aku tidak melihat adanya hubungan menginap glamping dengan training yang diadakan perusahaan.

Terpaan angin sejuk menyapa kulit. Membangunkan sel-sel kulit sensitif, hingga rasa dingin datang menyergap. Hari masih sore, namun aku tak mampu menahan rasa menggigil.

Secara spontan kedua tanganku langsung memeluk tubuh dengan erat. Berharap bisa mengurangi rasa dingin yang datang menyergap.

"Pakai ini dulu." Kejadiannya begitu cepat, hingga otakku tak mampu menelaah. Secara tiba-tiba jaket tebal itu sudah membungkus tubuhku dengan hangat.

"Aku akan mengantarmu ke kamar," ucap Pak Armand seraya menyeret koperku.

Ottoke!! 😱 (otak Arsha mulai berkelana)

***

Happy Reading 🥰

1
Endang Sulistia
bagus banget Thor...
Endang Sulistia
huuff...akhirnya sadar juga si nadya
Endang Sulistia
ada ya cewek kayak Nadya.,pengen aja nampol pala nya biar normal
Endang Sulistia
BESTie Abang si nay rupanya
Endang Sulistia
gak mungkin ...mencurigakan
Endang Sulistia
gini kan enak...rame jadinya
Endang Sulistia
kenapa nih si Nadya?
Endang Sulistia
jaga martabat ortumu nay..
Endang Sulistia
duuaarr...jedder..
Endang Sulistia
ngilu aku..
Endang Sulistia
Arsa,arka arman
Endang Sulistia
padahal bahu yg sebelah blom kena iler tuh 🤭🤭
Endang Sulistia
gak papa Thor..dijelasin aku pun bingung, yg penting ngertilah...🤭🤭🤭
Endang Sulistia
cie..cie...masnya tau aja
Endang Sulistia
arab maklum 🤪🤪🤪
Endang Sulistia
biar besok besok si Arsa dah gak banyak kerjaannya trus bisa deh di ajak jalan2 Ama si bos. 😘😘😘
Endang Sulistia
kejam banget si mas Arman...Arsa kan pengen kencan 🤭🤭🤭
Endang Sulistia
heran sama yg marah2 sama anak baru, namanya dia masih baru ya pasti masih grogi lagi pula yg lama aja masih aja ada yg khilap..
Endang Sulistia
si Arsa ...gayanya mau bebas, eh baru sehari dah ketakutan 🤭🤭🤭
Endang Sulistia
aturan dari si bos kaku itu..bukan dari perusahaan 🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!