Novel ketiga Author septi.sari
Karya asli dengan ide alami!!
Anissa terpaksa menerima perjodohan atas kehendak ayahnya, dengan pria matang bernama Prabu Sakti Darmanta.
Mendapat julukan nona Darmanta sesungguhnya bukan keinginan Anissa, karena pernikahan yang tengah dia jalani hanya sebagai batu loncatan saja.
Anissa sangka, dia diperistri karena Prabu mencintainya. Namun dia salah. Kehadiranya, sesungguhnya hanya dijadikan budak untuk merawat kekasihnya yang saat ini dalam masa pengobatan, akibat Deprsi berat.
Marah, kecewa, kesal seakan bertempur menjadi satu dalam jiwanya. Setelah dia tahu kebenaran dalam pernikahanya.
Prabu sendiri menyimpan rahasia besar atas kekasihnya itu. Seiring berjalanya waktu, Anissa berhasil membongkar kebenaran tentang rumah tangganya yang hampir kandas ditengah jalan.
Namum semuanya sudah terasa mati. Cinta yang dulu tersususn rapi, seolah hancur tanpa dia tahu kapan waktu yang tepat untuk merakitnya kembali.
Akankan Anissa masih bisa bertahan??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 21
"Sebelum aku tahu yang sebenarnya, kehadiranku hanya dijadikan pelayan, untuk merawat kekasih mendiang kakaknya," sahut Anissa dengan nada lemah.
Mika terhenyak. Tatapanya terangkat. "Ayahmu memang keterlaluan! Seharusnya kamu lari saja dulu," geram Mika sambil menghela nafas dalam. "Sekarang, apa rencanamu selanjutnya? Kamu benar-benar tidak mencintainya?"
Huh!
Desahnya pelan. Jemari lentik itu terulur mengusap gelas didepanya, menatap tanpa gairah. Anissa merasa kalut.
"Dia memiliki seorang ibu yang memiliki hati bak malaikat! Dan lebih parahnya, wanita tua itu sekarang sedang memperjuangkan penyakitnya di rumah sakit. Mungkin waktu lalu aku sudah bersiap untuk memtuskan semuanya pada bu Laksmi. Tapi untuk sementara, aku urungkan dulu niatku," kata Anissa bersungguh-sungguh. Setelah itu dia memajukan setengah badanya kedepan.
"Kamu tahu, kan ... aku sosok yang kekurangan kasih dari seorang ibu? Di sana aku berhasil mendapatkanya melalui diri bu Laksmi! Dia menyayangiku bak aku ini putri kandungnya sendiri. Tapi ... Hanya satu yang belum aku bisa wujudkan untuknya ...."
Mika memicing, sorot matanya penuh rasa ingin tahu yang mendalam, "Tapi apa?"
"Dia menginginkan cucu dari pernikahanku dengan putranya!"
Mika menegakan badanya, "Kamu tinggal bilang saja jika putranya yang tidak mau! Anissa ..." lirih Mika sambil menepuk tangan sahabatnya, "Ceritakan semuanya tidak apa-apa. Kamu terlalu naif untuk menjaga perasaan setiap orang! Cobalah, sesekali menatap dirimu sendiri. Tanyakan apa kemauan hati kecilmu. Berilah kebebasan untuknya berekspresi!" timpalnya begitu lembut.
Hati Anissa mendadak gusar. Apakah dia akan sanggup untuk melukai hati lemah itu.
Airmatanya mendadak menggumpal dibalik pelupuk. Ingin rasanya dia berontak, namun jiwanya terikat kuat pada sang empunya.
"Mika ... Tolong carikan kos-kosan terdekat! Aku ingin bermalam di sini," pinta Anissa penuh harap.
"Untuk apa? Rumahku terbuka lebar menyambutmu. Kamu bebas tinggal disana," balas Mika yang ikut merasa sesak dibatinya.
"Bagimana dengan Anjas?? Aku rasa tidak! Aku tidak ingin merepotkan kalian lebih dari waktu lalu," putus Anissa merasa segan.
Mika kembali mengusap tangan lembut itu.
"Bukan masalah Anjas atau siapa, untuk saat ini. Bagimana jika suamimu tahu? Dan lagi, kamu tadi bilang jika mertuamu sedang dirawat? Lantas ...."
Anissa meraup nafas dalam.
"Akan ku laju dari Salatiga!" putus Anissa kembali.
"2 jam lebih dalam perjalanan. Apa kamu yakin??" timpal Mika meyakinkan, "Lalu ... Bagaimana dengan pria itu??"
"Aku akan kembali, jika dia mengembalikan wanita depresi itu kepada orang tuanya! Aku harus tegas untuk yang satu ini. Biarkan saja dia mencariku seperti orang gila," geram Anissa.
Mika mengangguk merasa lega, "Apapun yang terjadi, aku pasti akan mendukungmu. Lupakan semua masalah untuk sementara! Oh ya, mana bukumu. Crist selalu menghantuiku, karena tidak sabar ingin melihat tulisanmu," jengah Mika jika mengingat teman satunya itu.
Anissa lalu mengotak atik benda pipih tersebut, yang cukup besar untuknya menulis dan menyimpan segala file-file penting.
Dia lalu memperlihatkan tulisannya pada sang sahabat. Mika membolakan mata berbinar. Dari raut wajahnya, jelas sekali jika ibu muda itu sangat puas dengan tulisan Anissa.
*
*
*
Prabu sejak tadi berdiri di teras depan. Pandanganya menatap jauh kearah gerbang, siapa tahu sang istri sedang berjalan masuk kedalam.
Namun sudah larut dia berdiri, tanda-tanda Anissa datang tak kunjung juga.
Prabu mendesah kasar, "Hah!" dia melihat arloji dipergelangan tanganya, "Sudah pukul 7 malam, tapi belum juga pulang? Kemana perginya wanita itu," gerutunya tersapu angin.
Dia lalu merogoh kembali ponselnya. Namun, lagi-lagi ponsel Anissa tidak aktif. Prabu benar-benar merasa frustasi dibuatnya.
"Hallo Fahmi, cepat cari istri saya! Dia pamit sejak pukul 2 siang, hingga kini belum pulang juga. Kamu suruh anak buahmu untuk berpencar!" perintah Prabu saat menghubungi asistennya.
Setelah panggilan terputus. Prabu terdiam sejenak. Dia berfikir, pergi kemana istrinya. Apa kira jika Anissa datang kerumah ayahnya.
'Aku tidak bisa jika harus diam seperti ini. Aku harus segera membawa Anissa pulang'
Puas bergelut dalam pikirannya. Akhirnya Prabu memutuskan untuk pergi mencari istrinya sendiri.
Dia menjalankan mobilnya, dan langsung melenggang pergi dari rumah megah itu.
Tujuan Prabu saat ini menuju kota terlebih dahulu. Kota Magelang baru saja terguyur hujan malam ini. Dan hal itu membuat Prabu kesusahan mencari sang istri akibat terbatasnya jarak penglihatan.
Prabu menghentikan mobilnya ditoko buku terbesar dikota. Dia lalu segera turun, sambil menutup kepalanya dengan tangan.
"Permisi, saya mau tanya. Apa tadi ada wanita ini yang datang membeli buku?" tanya Prabu sambil menunjukan foto Anissa dilayar ponselnya.
Dua wanita penjaga toko iku saling melempar tatap. Kemudian salah satunya menggelengkan kepala.
"Maaf pak! Tapi sejak tadi tidak ada wanita yang anda maksud singgah kesini."
"Mungkin anda lupa?" Prabu masih kekeh meyakinkan kedua penjaga itu.
Dua wanita itu melempar tatap sekali lagi. Dia mengecek cctv kembali, dan berkata, "Kami sudah mengecek cctv. Dan memang sejak pagi hingga kini, waita yang anda maksud benar-benar tidak berkunjung di toko kami pak!"
"Ya sudah, saya permisi ...."
Hujan semakin deras mengguyur. Setelah keluar dari toko, Prabu berhenti sejenak diteras toko tersebut. Dia menatap sekeliling, siapa tahu sang istri terjebak hujan juga, dan membuatnya telat pulang.
Diantara banyaknya orang-orang yang berdiri, karena sedang menunggu hujan reda. Prabu memejamkan mata dalam-dalam, untuk mengontrol hawa emosinya.
Dan malam ini, Anissa benar-benar pergi dari hidupnya.
'Anissa kamu pergi kemana?? Tolong jangan buat aku merasa bersalah seperti ini'
Karena merasa hujan tidak kunjung reda. Prabu kembali melanjutkan jalanya, tidak peduli badanya yang sempat terkena banyaknya tetes air hujan. Mengingat mobilnya berada disebrang. Dia langsung saja berlari, dan menjalankan kembali mobilnya.
Prabu mencoba berpikir jernih terlebih dulu. Dia pelankan gas mobilnya, sambil terus matanya mengedar, siapa tahu sang istri terjebak di antara toko-toko yang masih buka. Prabu kembali merogoh ponselnya, berharap kali ini panggilannya akan terhubung dengan Anissa.
"Apa daya ponselnya mati? Kamu dimana, Nissa?" lirih Prabu menerka. Siapa tahu memang daya batrei Anissa benar-benar habis. Dan dia tidak dapat berbuat banyak, ditengah derasnya hujan.
Tetapi, semua itu tidak masuk diakal cerdasnya. Prabu kembali melihat banyak transportasi berlewatan, ataupun toko-toko yang masih buka. Tidak ada alasan, untuk tidak pulang ataupun mengabari.
"Arrkghh!"
Prabu berteriak frustasi, sambil memukul setir mobilnya secara kasar. Malam ini, dia benar-benar kehilangan jejak istrinya.
"Apa Anissa langsung kerumah sakit? Aku harus menelfon mbok Siti ..."
Prabu kembali mengambil ponsel tersebut, dan langsung menghubungi pelayan pribadi dari ibunya.
Lama menunggu, akhirnya panggilan itu terhubung.
"Hallo, ada apa den?"
"Hallo mbok ... Apa Anissa ada disana?" tanya Prabu dengan mata masih mengedar kesana kemari.
"Tidak ada den! Ini mbok Siti di temani den Elang, karena bu Airin pulang sore tadi! Memangnya non Anissa kemana den?" tanya mbok Siti yang wajahnya mulai cemas.
"Anissa pergi dari rumah pukul 2 siang mbok. Tapi hingga sekarang, belum pulang juga. Ini saya sedang mencarinya dijalan!"
Mbok Siti membolakan mata terkejut. Elang yang belum tidur, sedikit mendengar obrolan pelayan tua itu dengan Prabu.
"Ya ALLAH! Pergi kemana non Anissa den??" cemas mbok Siti.
"Mbok, tolong jagan sampai ibu tahu semua ini! Saya akan cari Anissa lagi."
Tut!!
Panggilan terputus sepihak oleh Prabu. Mbok siti mendekat kembali kearah sofa, yang dimana Elang sudah memicing dengan sorot mata penuh tanya.
"Non Anissa pergi dari rumah den!" terang mbok Siti berkata sendiri pada pria didepanya.
"Kita bicarakan diluar saja bi!" Elang bangkit dan melenggang keluar, diikuti oleh pelayan tua itu.
"Prabu bilang apa?"
"Katanya, non Anissa pergi dari rumah sejak pukul 2 siang den!" ungkap mbok Siti.
Elang terkejut. Dia memutus pandanganya dari mbok siti. Entah mengapa pikiranya ikut tidak tenang. Di tengah sakitnya sang ibu, Prabu harus dihadapkan sebuah ujian yang datang bersamaan. Dan itu membuat hati kecil Elang mendadak iba. Karena biar bagaimanapun, Prabu adalah keluarganya.
"Simbok tolong jaga budhe! Aku akan membantu Prabu mencari istrinya."
Mbok siti mengangguk. Hingga Elang langsung beranjak dari hadapan matanya.
*
*
*
"Maaf, aku merepotkan kaian terus!" ucap Anissa merasa sungkan pada suami Mika~Anjas.
"Aku dan Mika sudah menganggapmu seperti saudara. Jadi jangan bersikap seolah kami orang asing ... " balas Anjas tersenyum hangat.
Anjas sendiri sudah cukup tahu tentang kehidupan Anissa yang tidak mudah sejak dia bersekolah dengan istrinya itu. Anjas dulunya adalah kakak kelas Anissa dan juga Mika disaat mereka satu sekolah bersama.
Mengingat sikap Anjas yang lebih pendiam. Maka hal itu yang membuat Anissa lebih segan.
Mika memeluk tubuh sahabatnya dari samping, "Tapi sudah aku putuskan, hanya semalam saja aku menginap! Kalau bisa, tolong carikan aku penginapan yang lokasinya tidak jauh dari rumah kalian!" putus Anissa meminta pertolongan sekali lagi.
"Kebetulan, temanku sedang mengontrakan rumahnya! Dari sini cukup berjarak. Tapi ya ... tidak terlalu juga. Mungkin agak masuk kearea pedesaan. Bagaimana?" tanya Anjas.
"Bukan masalah yang berat! Aku ambil rumah temanmu itu," putus Anissa mantab. "Sejujurnya aku ingin kembali kerumah nenek. Tapi jarak tempuhnya memakan waktu berjam-jam, apalagi aku harus bolak balik ke Yogja!"
Mika melerai pelukanya. Dia menatap Anissa dengan iba, "Badanmu kecil, tapi kenapa kekuatanmu begitu besar! Bisa tidak, sekali saja ... Coba kamu pikirkan hidupmu sendiri!"
"Mika ...." tekan Anjas mengunci tatapan istrinya.
"Aku hanya kasian dengan mental dan batinya!" sahut Mika memasang badan.
✨🦋1 Atap Terbagi 2 Surga ✨🦋
udah update lagi ya dibab 62. nanti sudah bisa dibaca 🤗😍
alasan ibu mertua minta cucu, bkn alasan krn kau saja yg ingin di tiduri suamimu.
tp ya gimana secara suaminya kaya raya sayang banget kan kl di tinggalkan, pdhl mumpung blm jebol perawan lbih baik cerai sekarang. Anisa yg bucin duluan 🤣🤣. lemah
mending ganti kartu atau HP di jual ganti baru trus menghilang. balik nnti kl sdh sukses. itu baru wanita keren. tp kl cm wanita pasrah mau tersiksa dng pernikahan gk sehat bukan wanita keren, tp wanita lemah dan bodoh.
jaman sdh berubah wanita tak bisa di tindas.
yg utang kn bpk nya ngapain mau di nikahkan untuk lunas hutang. mnding #kabur saja dulu# di luar negri hidup lbih enak cari kerja gampang.
karena ini Annisa terkejut, bisa diganti ke rasa sakit seolah sembilu pisau ada di dadanya. maknanya, Annisa merasa tersakiti banget
setahuku, penulisan dialog yang benar itu seperti ini.
"Mas? Aku tak suka dengan panggilanmu itu Terlalu menjijikan untuk didengar, Annisa," ucap Parbu dingin dengan ekspresi seolah diri Annisa ini sebegitu menjijikan di mata Prabu.
Tahu maksudnya?
"BLA BLA BLA,/!/?/." kata/ucap/bantah/seru.
Boleh kasih jawaban kenapa setiap pertanyaan di dialog ada dobel tanda baca. semisal, ?? dan ?!. Bisa jelaskan maksud dan mungkin kamu tahu rumus struktur dialog ini dapet dr mana? referensi nya mungkin.
bisa diganti ke
Langkahnya terhenti tepat di ambang pintu kamar mereka (kamar Prabu yang kini menjadi kamar mereka)
Annisa mulai menyadari sikap dingin Prabu yang mulai terlihat (ia tunjukkan).
BLA BLA BLA, Annisa langsung diboyong ke kediaman Prabu yang berada di kota Malang.
dan kata di kota bukan dikota.
kamu harus tahu penggunaan kata 'di' sebagai penunjuk tempat dan kalimat